Mohon tunggu...
saniarunifauzizah
saniarunifauzizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

mahasiswa PGSD yang suka bernyanyi dan bermain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jembatan Imajinasi, Rekayasa Pedagogik Literasi dalam Mikrolima Puisi Anak

2 Desember 2024   10:44 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puisi anak adalah salah satu jenis karya sastra yang memiliki potensi signifikan dalam mendukung perkembangan literasi pada anak-anak. Sebagai media kreatif, puisi memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, mengeksplorasi imajinasi, dan melatih keterampilan bahasa mereka. Dalam konteks pendidikan, puisi tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat pedagogis yang efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi. 

Tema dan bahasa yang sesuai dengan usia, puisi anak mencerminkan pengalaman sehari-hari, petualangan, atau imajinasi yang menyenangkan, sehingga lebih mudah dipahami dan relevan bagi anak-anak. Puisi juga mengandung nilai-nilai pendidikan, budaya, sosial, moral, dan agama yang menjadikannya cermin kehidupan masyarakat sekaligus bagian dari identitas nasional (Assya'bani & Naziah, 2023).

Di Indonesia, dunia literasi, termasuk dalam genre puisi, masih menghadapi berbagai tantangan. Rendahnya penghargaan terhadap hak cipta, maraknya pembajakan, serta kurangnya minat baca dan apresiasi terhadap karya sastra, menjadi kendala utama dalam pengembangan puisi sebagai bagian dari budaya literasi (Suryaman, 2019). Sebagai salah satu bentuk ekspresi seni dan budaya, puisi seharusnya mendapatkan tempat yang lebih besar dalam masyarakat. 

Namun, apresiasi terhadap puisi sering kali terbatas, baik di kalangan pembaca maupun penulisnya.

Fenomena ini juga tercermin dalam penerbitan karya puisi, yang sering kali dilakukan secara terburu-buru demi mengejar target tertentu, seperti memenuhi program budaya atau literasi (Suryaman, 2019). Dalam kasus tertentu, kualitas karya puisi yang dihasilkan kurang optimal karena lebih mengutamakan kuantitas daripada substansi atau kedalaman makna. Padahal, puisi memerlukan proses kreatif yang tidak hanya berfokus pada bentuk, tetapi juga eksplorasi tema, emosi, dan inovasi bahasa.

Selain itu, puisi yang diterbitkan di beberapa daerah sering kali tidak menampilkan keunikan lokal atau inovasi yang signifikan. Banyak karya yang hanya berisi pengulangan tema atau gaya yang sudah sering digunakan tanpa sentuhan baru yang segar. Hal ini mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam dunia literasi Indonesia, yaitu kurangnya dorongan untuk mendorong kreativitas dan eksplorasi, baik dari penulis maupun pembacanya.

 Akibatnya, puisi sering kali hanya dipandang sebagai karya formal yang harus dipelajari, bukan sebagai media untuk menggali makna yang lebih mendalam atau refleksi terhadap kehidupan (Suryaman, 2019).

Dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, kegiatan menulis puisi dapat digunakan sebagai metode yang efektif untuk mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Menulis adalah aktivitas produktif yang memungkinkan anak untuk menyampaikan ide dan perasaannya secara kreatif (Pratiwi.N et al., 2023). 

Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengolah gagasan menjadi karya puitis dengan memilih tema, mengembangkan ide, serta menggunakan kata-kata yang tepat. Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berbahasa tetapi juga memberikan sarana bagi siswa untuk mengekspresikan emosi dan pengalaman mereka secara mendalam.

Puisi anak, sebagai bagian dari sastra anak, berperan penting dalam mendidik dan menginspirasi anak-anak melalui tema yang dekat dengan kehidupan mereka. Memperkenalkan puisi sejak dini, guru membantu siswa untuk memahami, mengapresiasi, dan menikmati karya sastra. 

Sastra anak yang berkualitas tidak hanya mengajarkan nilai-nilai moral dan budaya, tetapi juga mendorong perkembangan imajinasi anak. Melalui proses kreatif ini, puisi anak menjadi jembatan antara dunia imajinasi dan literasi, menciptakan pembelajaran yang tidak hanya akademis tetapi juga bermakna secara emosional dan personal (Iswari & Indihadi, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun