Mohon tunggu...
Sania rahmawatidevi
Sania rahmawatidevi Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiwi

bersyukur dalam hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendidik Anak di Masa Pandemi, Tantangan Tersendiri bagi Orang Tua

20 April 2021   14:50 Diperbarui: 20 April 2021   15:59 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FAKULITAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN WALISONGO SEMARANG

NAMA           : SANIA RAHMAWATI DEVI

NIM                : 1903016112

KELAS          : PAI 4C

Mendidik Anak di Masa Pandemi, Tantangan Tersendiri Bagi Orang Tua

Pendahuluan

Wabah covid-19 sampai saat ini masih terus melanda dunia, termasuk Indonesia. Bahkan setiap harinya pasien positif covid-19 di Indonesia semakin bertambah. Keadaan ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu lockdown dan psbb, dimana berbagai kegiatan masyarakat yang memungkinkan penyebaran covid-19 dibatasi. Kebijakan lockdown atau karantina ini dilakukan sebagai upaya mengurangi interaksi banyak orang yang dapat memberi akses penyebaran virus corona (Yurianto, Ahmad, 2020). Aktivitas yang melibatkan kumpulan orang-orang yang mulai dibatasi seperti bersekolah, bekerja, beribadah dan lain sebagainya.

Penyebaran virus corona pada mulanya berdampak pada dunia ekonomi, akan tetapi kini dampaknya juga sangat dirasakan oleh dunia pendidikan. Sebagai dampak covid-19 di Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengeluarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease-19 (covid-19), tertanggal 24 Maret 2020. Surat edaran ini dipertegas dengan surat edaran dari Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease-19 (covid-19). Kedua surat edaran tersebut mengatur tentang pelaksanaan belajar dari rumah agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa selama masa pandemi.

Semua ini tentunya akan berdampak pada kebiasaan hidup khususnya belajar. Yang tadinya anak pergi ke sekolah untuk belajar menjadi belajar dari rumah. Yang tadinya bertemu teman-teman di sekolah mendadak tidak bertemu teman-temannya. Yang tadinya belajar didampingi guru, sekarang harus didampingi orang tua. Hal ini dapat mempengaruhi mental anak yang mau tidak mau harus beradaptasi dengan keadaan ini.

Pembahasan  

Tidak semua anak mempunyai kemampuan yang sama, sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak psikologi pada anak. Meski kebijakan lockdown untuk mencegah penyebaran covid-19 menjadi kesempatan untuk kumpul bersama keluarga, tetapi ada beberapa tantangan yang dihadapi orangtua dalam mendampingi anak. Tantangan itu mulai dari kebosanan yang mungkin dirasakan anak-anak, kemampuan orangtua untuk menggantikan peran guru di sekolah, hingga fasilitas yang dimiliki. Terlebih, dalam hal belajar ada anak yang lebih mempercayai guru dibandingkan orangtua. Mau tidak mau orangtua harus menjadi guru bagi mereka secara penuh. Apalagi saat ini diberlakukan belajar secara online dari rumah. (Ade Nasihudin Al Ansori, 2020).

Tantangan lain orang tua saat mendampingi anak belajar di rumah adalah, dalam mendidik anak harus menggunakan cara cara yang tepat sesuai tahap perkembangan anak agar anak tidak merasa tetekan dan tidak nyaman saat belajar di rumah. Untuk memahami bagaimana proses perkembangan pada anak berlangsung serta mengetahui gambaran mengenai pola-pola perkembangan yang tepat maka orangtua, pengasuh, dan pendidik perlu memahami tentang prinsip-prinsip perkembangan. 

Dengan demikian orangtua, pengasuh, dan pendidik dapat memahami anak secara pribadi. Lebih lanjut Hurlock (dalam Prasetyaningrum, 2006 & 2008; dan Baltes, dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa bila orangtua, pengasuh, dan pendidik memahami tentang prinsip-prinsip perkembangan, maka diharapkan mereka akan: pertama, mengetahui apa yang diharapkan dari anak, pada usia berapa kira-kira akan muncul berbagai perilaku yang khas, dan kapan pola-pola perilaku tersebut akan digantikan oleh pola perilaku yang lebih matang. Kedua, dapat membimbing dan memberikan fasilitas pendukung dalam proses belajar anak secara tepat. 

Ketiga, mengetahui pola normal perkembangan, sehingga memungkinkan orangtua,pengasuh, dan pendidik untuk membantu anak mempersiapkan diri ketika proses perkembangan akan dialami.  Perkembangan tiap individu juga tidak selalu sama. Didalam psikologi perkembangan terdapat prinsip serta faktor didalamnya, berikut penjelasan lebih lanjut mengenai prinsip serta faktor psikologi perkembangan.

  • A. Prinsip Psikologi Perkembangan
  • 1. Adanya Perubahan
  •       Manusia tidak pernah dalam keadaan statis, dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubahan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran. Menurut Maslow dalam Hurlock (2007) tujuan perubahan perkembangan adalah upaya untuk menjadi orang terbaik secara fisik dan mental (aktualisasi diri). Namun berhasil tidaknya mencapai tujuan tersebut, tergantung pada hambatan yang dihadapinya dan bagaimana cara menanggulanginya. Hambatan-hambatan datang dari lingkungan dan diri sendiri.
  • 2. Perkembangan Awal Lebih Kritis dari Pada Perkembangan Selanjutnya
  •       Sebuah kenyataan menunjukkan bahwa tahun-tahun pertama sekolah merupakan saat yang kritis bagi perkembangan anak. Beberapa ahli juga mengutarakan pendapatnya diantaranya Milton, Erikson, dan Glueck: Milton dalam Hurlock (2004) menyatakan bahwa “Masa kanak-kanak meramalkan masa dewasa, sebagaimana pagi hari meramalkan hari baru”. Erikson dalam Hurlock (2004) juga menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai manusia, tempat di mana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”. Ia juga menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Glueck dalam Hurlock (2004) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi anak nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.
  • 3. Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
  •       Ciri perkembangan fisik dan mental sebagian berasal dari proses kematangan intrinsic dan sebagian berasal dari latihan dan usaha individu. Proses kematangan intrinsic adalah terbukanya karakteristik yang secara potensional ada pada individu yang berasal dari warisan genetic. Dalam fungsi filogenetik (fungsi umum ras), misalnya: merangkak, duduk, dan berjalan, perkembangan berasal dari proses kematangan. Berbeda dengan fungsi ontogenetic (fungsi khas untuk individu), misalnya: berenang, melempar bola, naik sepeda, diperlukan latihan. Kecenderungan yang diwariskan tidak dapat matang sepenuhnya tanpa dukungan lingkungan. Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha, Belajar dapat terjadi secara imitasi (individu secara sadar meniru apa yang dilakukan oleh orang lain), identifikasi (sebagai suatu usaha individu untuk menerima sikap, nilsi, motivasi, dan perilaku orang yang dihormati atau dicintai)
  • B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
  • 1. Aliran Nativisme
  •             Tokoh aliran ini adalah Schoupen Howern. Menurut aliran ini perkembangan organisme ditentukan oleh faktor pembawaan (nativus). Aliran ini mengemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan baik karena berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena memang ditakdirkan demikian. Jika individu pembawaannya baik, maka akan baik pula individu tersebut begitu juga sebaliknya. Menurut aliran ini, pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya.
  • 2. Aliran Empirisme
  •             Salah satu tokoh aliran ini adalah John Locke, yang mengembangkan teori “tabula rasa”. Menurutnya manusia bagaikan “tabula rasa”, yakni meja lilin yang putih bersih belum tergoreskan apapun. Mau dijadikan gambar gambar apa saja meja lilin tersebut terserah pelukisnya. Meja lilin di sini diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir yang akan berkembang, sedangkan pelukis adalah lingkungan yang akan membentuk jadi apapun anak yang baru lahir ini. Dengan kata lain, aliran empirisme sangat yakin bahwa perkembangan organisme ditentukan oleh lingkungan.
  • 3. Aliran Konvergensi
  •             Tokoh aliran konvergensi adalah William Stern. Aliran ini meyakini bahwa baik factor pembawaan maupun faktor lingkungan sama penting bagi perkembangan organisme. Dengan kata lain Aliran ini mempercayai bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia tidak hanya berasal dari lingkungan (pengalaman) saja atau pembawaan saja, tapi dipengaruhi oleh keduanya. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor lingkungan begitu juga sebaliknya. Perkembangan yang sehat akan berkembang jika ada kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensial kodrati anak bisa mendorong berfungsinya segenap kemampuan anak.
  • 4. Perkembangan manusia melibatkan berbagai stimulus internal maupun eksternal.            Stimulus internal yaitu rangsangan yang berasal dari dalam diri individu, seperti motif, minat, bakat, kecerdasan, kreativitas, kepribadian, sifat-sifat dan sebagainya. Sedangkan stimulus eksternal yaitu rangsangan yang berasal dari luar individu, seperti hadiah, contoh atau teladan, buku, media cetak dan sebagainya. Kedua sumber stimulus tersebut mempengaruhi individu untuk mengembangkan diri sesuai pilihan minat dan bakatnya.

Adapun antara prinsip dan faktor psikologi perkembangan adalah hal yang saling berkaitan. Terdapat tiga prinsip di dalam psikologi perkembangan, pertama yaitu perkembangan melibatkan perubahan, kedua, perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan selanjutnya, ketiga, perkembangan merupakan hasil Proses kematangan dan belajar. Adapun factor yang mempengaruhi perkembangan diantaranya aliran nativisme (pembawaan), aliran empirisme (ditentukan lingkungan), dan aliran konvergensi (perpaduan antara pembawaan serta lingkungan)

Dengan mengetahui dan memahami prinsip dan faktor perkembangan, maka orang tua diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman sesuai perkembangan dan situasi psikologis anak. Suasana belajar yang nyaman ditumbuhkan oleh kondisi lingkungan sekitar dan orang-orang disekitar tempat belajar. Orang tua memiliki hak untuk memberikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar pada diri anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Oktaria & Putra, 2020) bahwa sebagai orang tua perlu belajar terus mengenai ilmu bagaimana parenting yang sesuai pada anak usianya dan bagaimana memberikan pembelajaran yang tepat pada anak sedini mungkin. Peran orang tua dalam pendidikan anak di masa pandemi memberikan keberhasilan karena umumnya orang tua merupakan pendidik utama bagi anak usia dini. Tidak berbeda dengan pendapat (Mustofa & Ishak, 2017) bahwa rasa bosan yang dirasakan oleh anak dapat diatasi dengan menerapkan berbagai variasi metode pembelajaran. Sebagai pendidik harus memahami lebih dari satu metode, karena tanpa adanya metode dalam pembelajaran maka proses pendidikan anak sia-sia.

 Kesimpulan

Pandemi Covid-19 memberikan tanggung jawab kepada orang tua menjadi pendidik utama bagi anak. Orang tua bertugas sebagai pendamping anak dalam mengerjakan tugas yaitu dengan cara membantu anak mengerjakan tugas, belajar dari lingkungan sekitar, dan memberikan pengetahuan kepada anak. Orang tua berperan menjaga dan memastikan anak untuk menerapkan hidup bersih dan sehat, mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah, melakukan kegiatan bersama selama di rumah, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak, menjalin komunikasi yang intens dengan anak, bermain bersama anak, menjadi role model bagi anak, memberikan pengawasan pada anggota keluarga, menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarga, dan membimbing dan memotivasi anak, memberikan edukasi, memelihara nilai keagamaan, melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah.

Daftar Pustaka

Haryadi, Sigit. Muslikah. “Perkembangan Individu”, e-book, didownload pada tgl 18 april 2021 Pukul 20.00.

Nurul Hakim, Fatwa. (2020). “Pola Relasi Anak dan Orangtua di Masa Pandemi Covid 19”. PSISULA: Prosiding Berkala Psikologi Vol. 2

Prasetyaningrum, Juliani. (2009). “Psikologi perkembangan Anak”. Surakarta: Fakultas     Psikologi Universtas Muhammadiyah Surakarta.

Syaodih, Ernawulan. “Perkembangan Individu”, didownload pada tgl 18 april 2021 Pukul 20.00

Tabi’in, Ahmad.(2020). “Problematika Stay At Home Pada Anak Usia Dini Di Tengah      Pandemi Covid 19”. Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi Vol. 04 No. 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun