Mohon tunggu...
Sania RahmaLaelatusabila
Sania RahmaLaelatusabila Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

Dimana ada kesempatan, maka disanalah saya harus menyebar kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kamu yang Kutunggu

20 Februari 2020   21:12 Diperbarui: 20 Februari 2020   21:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Keesokan harinya pada saat di sekolah, aku tak ingin bercerita kepada siapa -- siapa. Memang kata orang -- orang diluar sana orang yang seneng mendengar curhatan orang lain tapi dirinya sendiri enggan untuk curhat kepada orang lain, tulah aku. Aku sering sekali ditanya sama Ayudia dan Azkia lagi ada masalah atau apa tapi aku tak mau menjawabnya, setelah 2 minggu kedepan baru aku cerita sebenarnya keadaan aku lagi gini gini gini tapi mereka tetap menerima aku dan membantu aku meskipun tidak cerita pada saat itu juga. Merakapun bertanya, kenapa Qila keliatan murung hari ini? Ya jelas aku akan menjawab ga kenapa kenapa  ko. 

Mereka memamng langsung mnegerti tidak akan bertanya seperti itu lagi nanti juga aku yang akan cerita sendiri sama mereka. Seminggu kemudian  ceritalah aku sama mereka kalau aku udah tidak ada hubungan apa -- apa lagi sama Reza. Mereka menyangka bahwa Reza  itu selingkuh tapi aku tetap bilang sama mereka bahwa ini kemauan aku meskipun kenyataannya pahit. Aku bilang pada mereka tenang ajah Reza bilang dia tidak akan  mencari wanita lain dia akan tetap menunggu aku sampai aku menjadi psikolog  dan dia akan menjadi dokter yang sukses. Aku percaya itu.

Jangan mendua, berdua saja

Itu sudah lebih dari cukup

Karena sendiri adalah sepi,

Dan bertiga adalah luka

            Pulang sekolah, langsung ditanya oleh Ibu. Qila mana Reza? sudah dikasih tau kalau ibu mau ketemu. Bingung deg degan campur aduk rasanya sebab Ibu sangat setuju dengan Reza dan sudah kenal baik dengan keluarganya tak heran jika Ibu sering ngobrol dengannya. Aku spontan menjawab Reza ada acara di Jakarta bu jadi ga bisa dateng, acaranya pun lumayan lama jadi ga  bisa bilang besok Reza bisa ketemu sama Ibu. Terus Reza ga sekolah gitu? Mamahnya ga marahin dia? Kalau jadi Ibunya Reza, Ibu udah ngasihtau dia jangan bolos seko..... aku  langsung memberhentikan pembicaraan Ibu, Qila ke kamar bu. Ibu bilang Qila dengerin dulu Ibu tapi aku mengabaikannya. Mungkin ini terlihat tidak sopan tapi mau bagaimana lagi aku tak ingin memperlihatkan kesedihanku untuk saat ini.

            Hari demi hari akhirnya aku sudah mulai terbiasa dengan semuanya. Aku sudah mulai terbiasa ketika teman -- teman menanyakan mana Reza biasanya suka dijemput. Memang Reza orangnya gampang sekali akrab, makannya banyak teman disekolahku berteman baik dengan dia. Aku juga tidak munafik akan melupakan Reza selamanya, ya ketika orang bertanya tentang Reza sesekali aku memang suka memikirkan dia, dia lagi apa ya jam segini, dia keadannya giamana ya sekarang... tapi aku harus selalu terlihat ceria dihadapan mereka.

3 minggu kemudian, Ibu menanyakan lagi kepadaku, mana Reza? Mana mungkin acara di Jakata sampai mau sebulan, sekolahnya gimana? Mamahnya pun akan melarang dia buat pergi kesana. Sini bu kita duduk diruang tengah yah... Qila mau biacara sama Ibu. Sebenarnya Qila sudah tidak dekat lagi sama Reza bu. Ibu kaget dan menjawab kok bisa? Aku menjelaskan kepada Ibu se detail mungkin. Ibu jangan marah dulu yaa, jadi gini bu aku gak mau terganggu sekolah karena aku ketergantungan sama Reza. 

Aku juga tidak menutupi bahwa aku memang tiap hari mikirin Reza bu. Itu sangat sangat menganggu konsentrasi belajar aku. Ibu tau sendiri pesan Ayah sama aku bahwa tidak boleh ketergantungan dengan seseorang kalau belum menjadi hak kita. Qila  ga cerita langsung ke Ibu karena takut marah. Kalau Qila terus seperti itu cita -- cita Qila buat jadi psikolog akan terganggu juga. Qila sudah menerima dengan segala resikonya ko bu... tenang saja tidak usah mikirin Qila dan kalau bisa Ibu jangan terlalu sering menanyakan Reza ya bu.. jangan membuat Reza menjadi kepikiran, boleh nanya sesekali nanti Qila sampaikan ke Ibu.

Ibu diam dan matanya berkaca kaca, Ibu salut sama kamu Qila. Maafkan Ibu karena sering bertanya keadaan Reza gimana. Ibu doakan agar kammu sukses dan Reza pun sukses dengan jalannya masing -- masing. Tapi Ibu ga yakin Reza  langsung menerima begitu saja. Ya bu, Reza bilang dia ga akan mencari lagi yang lain dan dia yakin bahwa  Qila akan jadi jodohnya dia. Tapi Qila ga akan berharap banyak bu karena yang  menentukan jodoh kita hanya Allah SWT bukan dari ucapan Reza. Sebagai orang tua hanya bisa mendo'akan yang terbaik saja, yang menjalankan kan kalian kalian juga. Iyah bu makasih udah mengerti keadaan Qila, jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun