Assalamualaikum  wr.wb
Nama: Sania FernandaÂ
Nim: 1130022141Â
Prodi: S1 keperawatan UniversitasÂ
Nahdlatul ulama surabaya
Menjadi perawat adalah pekerjaan yang sangat mengandalkan aktivitas fisik. Mulai dari membantu penanganan, memindahkan, mengangkat, mendorong, mengubah posisi pasien, dan lainnya. Karena intervensi keperawatan mencakup anggota risiko fisik, pribadi dan ergonomis menjelang nyeri punggung bawah (low back pain).
Terutama perawat yang bekerja di mengalami nyeri punggung bawah lebih sering karena memberikan perawatan pasien dengan membungkuk ke depan untuk jangka waktu yang lama, terlalu memaksakan/membebani beberapa bagian tubuh saat memposisikan pasien, dan menghemat lebih banyak waktu untuk perawatan pasien.
Selain itu, menurut hasil penelitian Ozlem Ovayolu dkk pada 2014 silam, beban kerja yang berlebihan di instalasi perawatan intensif juga menjadi faktor risiko munculnya masalah ini. Antara lain gerakan tubuh yang sering seperti mengulurkan tangan ke depan, memegang, menggenggam, memeluk, mengangkat dan memutar saat menyiapkan tempat tidur pasien.Â
Seberapa bobot sih? Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah berjudul Perbedaan Keluhan Low Back Pain pada Perawat (2019)yang dipublikasikan oleh Higeia, si penulis yakni Farah Hutami Nurhafizhoh menemukan fakta bahwa masalah ini menghantui nyaris separuh dari perawat yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil survei yang ia lakukan di salah satu Rumah Sakit swasta di Jakarta, ia mendapati bahwa skor rata-rata keluhan low back pain tebanyak berasal dari perawat IGD yakni 51,40. Tertinggi kedua adalah perawat jaga inap (42,30) dan terendah yakni perawat jaga jalan (18,32).
Menurut WHO pada tahun 2018, perawat sangat berisiko menderita nyeri punggung bawah bersama petani dan operator alat berat. Dalam studinya di Bangladesh (2017), Shubrandu S. Sanjoy dkk menulis bahwa 72,9 persen dari 229 yang mereka temui mengeluhkan masalah tersebut.