Mohon tunggu...
Sang
Sang Mohon Tunggu... -

www.sanggulmu.wordpress.com sangtraveler@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Selfie Berlatar Singa-singa Lapar di Alam Liar Afrika

17 Mei 2016   06:23 Diperbarui: 19 Mei 2016   01:58 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

April malam itu, musim masih menggigit dingin di Afrika Selatan. Mobil tanpa atap, tanpa pengaman, yang kami tumpangi menderu pelan membelah liar gelapnya hutan di Kruger Park, taman nasional yang penuh sensasi alam liar. Sesekali sepasang mata berkelebat berkilat-kilat dalam gelap lalu menghilang dalam hitam yang seakan tak ada ujung. Suara-suara binatang malam sesekali mencekam seperti sengaja dipasang buat menakut-nakuti kami. Bayangan-bayangan gelap dari pohon-pohon dan semak belukar yang kami lewati seolah berusaha sekuat tenaga menggapai-gapai untuk menelan kami.

Kami semua diam. Sesekali kami menatap milyaran bintang yang terpampang nyata. Sesekali kami merapatkan jaket melawan tajamnya hempasan udara yang 12 derajat Celcius itu. Tiba-tiba mobil berhenti. Mata tajam pemandu perjalanan kami menatap awas. Mendadak dia melompat keluar mobil lalu menyenter jejak-jejak kaki yang mata awam kami tak bisa melihat.

“Segerombolan singa baru lewat sini!” katanya sambil mengawaskan matanya ke sekeliling dan menajamkan telinga kalau-kalau binatang-binatang yang suka berburu di malam hari itu masih berkeliaran. Rasa takut, seru, cemas, penasaran, mendadak menyergap bercampur aduk. Suasana makin mencekam ketika pemandu membelokkan kendaraan menjauh dari jalan setapak menuju lebatnya hutan.

“Mau kemana kita? Di sini kan nggak ada jalan?!” tanya seorang dari antara kami dengan suara cemas sambil sesekali merunduk panik ke lantai mobil. Transportasi yang kami tumpangi meluncur tanpa ampun menabrak apa saja yang bisa dilewati, merambah hutan semak belukar menciptakan tapak barunya sendiri. Ranting-ranting berduri ditebas patah, tebing miring berbatu diterabas tegas, sungai-sungai kecil seakan lari menghindar melihat deruman kendaraan kami. Memang mobil itu tangguh, tapi kami tidak. Cuma rasa penasaran dan turun-naik adrenalin lah yang membuat kami tidak merengek minta pulang.

Tiba-tiba, “aaauuuuuummmmmmm…!!!!” Mendadak semesta alam seakan bergetar. Seekor raja hutan baru saja mengaum. Sesombong-sombongnya manusia, mustahil tak ciut nyalinya mendengar suara itu. Mengerikan sekaligus dahsyat mengisyaratkan kekuasaan tertinggi di alamnya. Kata sang pemandu, auman itu adalah panggilan bagi para singa-singa kerabatnya untuk berkumpul menyantap hasil buruan. Benar saja. Tak jauh dari situ, pelan-pelan kendaraan kami mengendap ke segerombolan singa yang samar-samar nampak. Dari kejauhan kami mendengar hewan-hewan karnivora itu mengerang-ngerang nikmat. Saya berharap kendaraan kami berhenti sejauh mungkin. Mendekati gerombolan singa lapar sama saja…, ah, saya nggak mau berpikiran terlalu jauh. Ngeri sendiri. Tapi tanpa basa-basi pemandu menghentikan kendaraan pas di depan “gerombolan pesta” itu. Begitu dekat. Cuma beberapa meter! Masih jelas di ingatan saya kerasnya debaran jantung pada waktu itu.

Ingin rasanya saya berteriak dan kabur. Teriak nggak berani. Mau kabur pun, kemana? Kata sang pemandu, dalam situasi apapun, “jangan lari! Mencoba pun jangan!” Hewan-hewan yang panjangnya bisa sampai dua meter itu larinya mencapai 81 kilometer per jam atau 22,5 meter per detik. Akhirnya saya pasrah. Sudah jauh-jauh dan susah payah akhirnya bisa merasakan wisata liar ini, terlambat untuk mundur. Saya cuma bisa mengkeret ciut tutup mata pakai jari yang dijarang-jarangkan biar bisa ngintip. Singa-singa itu tak melirik balik sedikitpun. Menoleh pun tidak. Atau berhenti sekadar kaget kek, apa kek, tidak sama sekali. Mereka cuek. Saat beberapa dari kami mengabadikan momen dengan berselfie-ria, hewan-hewan yang terkenal ketat menjaga daerah kekuasaanya itu tetap tak menggubris. Mereka sedikitpun tidak terganggu atau terancam.

Pelan-pelan saya buka mata saya makin lebar ke pemandangan tanpa sensor itu. Sepertinya ada sekitar delapan ekor. Mereka sedang berbagi mangsa seekor bayi jerapah (sungguh teganya...) Hewan berkulit indah itu baru saja mereka tangkap hidup-hidup. Raut-raut wajah para singa tampak begitu menikmati, ada yang sibuk menghisap darah, ada yang sibuk mencabik-cabik daging lembut si binatang kecil malang itu. Ketegangan saya pelan-pelan mulai luntur, berganti sedih dan ngeri menyaksikan nasib jerapah yang lucu menggemaskan itu kini berganti mengenaskan. Tapi itulah roda kehidupan alam. “It’s the circle of life”, kata lagu Elton John dalam film The Lion King. “Eat or be eaten; terkam atau kamu yang diterkam!”

 

Bersambung…

 

Sang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun