Mohon tunggu...
Macg Prastio
Macg Prastio Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Rakyat Konoha

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tanpa Sadar Mengekspose Aib Orang Lain

18 Mei 2024   20:37 Diperbarui: 18 Mei 2024   20:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber.Hennadii Kutomanov.Facebook. How art you today?

Bercanda merupakan pintu masuk untuk mengekspos aib orang lain. Karena sifatnya bercanda orang kemudian tanpa sadar telah melakukan itu. Oleh karena itu, rasa empati kita perlu dipertanyakan. Atau memang rasa empati kita telah menjadi tumpul.

Memang sudah menjadi bagian dari sifat manusia untuk terus bergosip, tentang hal-hal yang seharusnya tidak perlu. Ada saja untuk mencari-cari kesalahan orang lain atas nama lelucon. Orang seperti merasa tidak melanggar apa-apa, karena tujuannya hanya untuk bercanda. Di hadapan bercanda semuanya menjadi biasa.

Orang kemudian berpikir atau secara tak langsung membuat cara, bagaimana membicarakan aib orang lain tanpa harus merasa bersalah. Dan tidak dicap sebagai orang yang suka bergosip, karena bergosip dianggap sebagai sesuatu hal yang negatif di masyarakat atau hal yang tak berguna.

Dalam lingkungan pergaulan mungkin tidak menjadi masalah. Karena tak ada dampak berarti yang ditimbulkan. Lelucon tentang aib orang lain, hanya terbatas pada lingkungan pergaulan itu. Namun pergaulan yang seperti apa dulu, karena tidak semua tempat mau menerima lelucon tentang aib orang lain. Bisa saja menimbulkan ketersinggungan dan hal-hal yang tidak diinginkan, serta merugikan diri sendiri dan orang lain.

Namun pada kenyataannya dalam pergaulan juga, individu-individu itu kurang dalam mengontrol perkataan mereka. Kita mungkin niat untuk bercanda, tapi lawan bicara kita tidak berpikir demikian. Orang punya tujuan masing-masing yang dibawa ke dalam pergaulan. Latar belakangnya seperti apa sesudah kita bertemunya terakhir kali. Kita tak pernah tahu sampai kita bertemu dalam pergaulan kembali.

Dampak dari aib orang lain yang kita leluconkan atau selisih paham ketika bercanda dalam pergaulan, mungkin masih bisa kontrol dan sadari. Meskipun juga dapat menimbulkan mental pura-pura pada kita, karena hanya berani di belakang layar. Atau dampak yang bisa kita bayangkan, ketika salah satu lawan bicara kita, tak terima atau tersinggung dengan lelucon kita.

Yang paling susah untuk disadari adalah, ketika sudah memasuki dunia maya. Semua terjadi begitu saja. Kita perlu menyaring, postingan-postingan yang tanpa sadar telah menertawakan aib orang lain. Mereka biasanya menggunakan simbol-simbol, yang tampaknya tak berarti apa-apa, namun mempunyai dampak yang berarti bagi mental orang lain.

Simbol-simbol itu biasanya merupakan suatu hal yang terjadi pada aib tersebut. Atau rangkaian kejadian sehingga aib itu terjadi. Contohnya, seperti kasus perselingkuhan yang melibatkan tokoh yang berpengaruh misalnya. Ada kejadian atau kegiatan sebelum perselingkuhan itu terjadi. Seperti, ketika mereka hendak beristirahat mereka pasti duduk bercerita sambil minum atau memakan sesuatu terlebih dahulu.

Tanpa sadar orang-orang mulai berpikir, bagaimana caranya agar membicarakan perselingkuhan itu tanpa dinilai berlebihan oleh pengikutnya di sosial media. Mereka tidak langsung membicarakan perselingkuhan itu, namun fokus membangun lelucon pada kegiatan yang mereka lakukan sebelumnya. Misalnya mereka meminum kopi, atau melakukan video call.

Lelucon-lelucon itu tersebut tersebar semakin luas, baik dalam bentuk tulisan atau video. Misalnya tulisan seperti "Saya kalau bertamu di rumah orang kalau disuguhkan kopi, saya tidak akan minum." Begitu saja, selesai. Atau video yang memparodikan salah satu dari orang yang berselingkuh itu, melakukan panggilan video call via WhatsApp.

Sekilas memang tampak biasa-biasa saja. Namun rasa empati kita telah mati. Dari kalimat tentang "kopi" itu atau "parodi video itu," kalau tanpa makna yang lebih jauh maka tak ada reaksi emoticon dan komentar yang dibuat lelucon secara berlebihan. Pada akhirnya ribuan emoticon dan ragam komentar, menghiasi status tersebut. Tersebar luas dan tak terbendung. Tanpa sadar ini kemudian bisa menjadi hal basa-basi yang diadopsi masyarakat luas yang diterima begitu saja.

Namun ada dampak yang tidak disadari oleh para pembuat itu. Yaitu, jika status atau parodi video tersebut melewati beranda para sahabat atau keluarga dekat mereka. Bagaimana jadinya kalau Anda adalah, bagian dari orang yang berselingkuh itu, entah tetangga, sahabat, atau keluarga dekatnya. Mungkin kita pasti akan merasa sedih dan geram.

Hal ini juga terjadi pada TV nasional dalam acara komedi. Kita bisa melihat bagaimana almarhumah Vanesa Angel, menangis dan merajuk meninggalkan lokasi syuting. Ini hanya karena, salah satu lawan main tanpa sengaja atau dengan sengaja meletupkan kalimat "80 juta." Banyak makna yang bisa disematkan pada kalimat tersebut. Ada yang tertawa, tapi tidak bagi almarhumah Vanesa Angel, suaminya, atau keluarga dekatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun