Mohon tunggu...
Macg Prastio
Macg Prastio Mohon Tunggu... Buruh - Blogger

Rakyat Konoha

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Cara Beternak a la Masyarakat NTT

14 Oktober 2023   20:37 Diperbarui: 19 Oktober 2023   04:30 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Babi Indukan. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Beternak di NTT merupakan suatu hal yang gampang-gampang susah. Mulai dari peternakan besar, peternakan kecil sampai beternak secara mandiri. 

Beternak mandiri, saya artikan sebagai beternak satu sampai dua atau tiga ekor saja. Permintaan terhadap daging babi begitu tinggi, dikutip dari Databoks. 

Kabupaten Kupang menempati peringkat pertama, diikuti kabupaten Timur Tengah Selatan dan kabupaten Ngada. Sapi dan kerbau menempati urutan dua dengan permintaan tertinggi. Dan tidak menutup kemungkinan permintaan akan daging babi, sapi, dan kerbau akan terus meningkat sepanjang tahun.

Saya coba mengangkat sudut pandang dari berternak secara mandiri. Jika kita berkunjung ke kabupaten Ngada, yang terletak pada pulau Flores. 

Maka kita akan mendapati bahwa di setiap rumah terdapat kandang babi, dua sampai tiga petak. Saya tidak terlalu tahu tentang kabupaten lain di NTT, apakah sama dengan cara beternak masyarakat Ngada. 

Beternak mandiri ini, dikelola secara perorangan atau bersama-sama keluarga. Jika memiliki tiga petak kandang, maka yang satu petak dijadikan tempat induk, dan dua sisanya dijadikan penggemukan. 

Sedangkan sapi atau kerbau dengan jumlah satu sampai dua ekor diikat saja pada sebatang besi pendek yang ditanam ke dalam tanah atau pohon, yang terletak di depan rumah, atau belakang rumah, atau di kebun.

Permintaan daging yang tinggi di kabupaten Ngada, disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain upacara adat, upacara keagamaan, dan syukuran-syukuran yang nyaris terjadi sepanjang tahun. 

Jadi bukan tingkat konsumsi yang tinggi pada restoran atau rumah makan. Oleh karena itu setiap keluarga wajib memelihara hewan ternaknya sendiri dan sudah menjadi hal yang pasti bahwa, setiap keluarga mengalami ketiga hal yang saya sebutkan di atas. 

Dengan anggapan, mereka tidak lagi membeli hewan ternak untuk berbagai keperluan serta lebih hemat akan biaya pengeluaran.

Namun ternyata beternak secara mandiri terkadang mengalami kesulitan, jika terjadi kekurangan. Misalkan ketiga hal di atas, upacara adat, keagamaan, dan syukuran terjadi dalam satu tahun itu, dialami oleh suatu keluarga. 

Maka dengan susah paya lagi mereka mengumpulkan uang, membeli hewan lagi untuk mengisi kekurangan itu. Inilah yang menyebabkan mengapa berternak mandiri masih tetap menguntungkan. 

Karena keluarga atau perorangan yang berternak secara mandiri, bisa menjual hewan ternaknya. Jika mereka tidak mengalami, upacara adat, keagamaan, dan syukuran di sepanjang tahun itu.

Walaupun beternak secara mandiri, sekarang pakan ternak tidak hanya terdiri dari batang pisang yang dicincang, atau kelapa dan umbi-umbian, yang di ambil dari kebun sendiri. 

Tetapi harus ada juga pakan tambahan, agar supaya hewan ternak cepat besar dan gemuk. Masyarakat harus mengeluarkan uang, 500-san lebih, untuk membeli pakan seberat 50kg. 

Dengan berbagai jenis angka yang tertulis pada karung dan kegunaannya masing-masing. Di tambah lagi berbagai macam dedak seperti dedak jagung, dedak padi, atau dedak ikan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Tidak peduli bahwa, mereka seorang pegawai, pengusaha, guru, atau pekerja lepas. Sesibuk-sebuknya mereka, tetapi mereka tetap meluangkan waktunya untuk beternak, sekalipun hanya satu atau dua ekor saja. 

Karena semuanya berkat dorongan bahwa, mereka akan mengalami kesulitan suatu hari nanti. Jika tidak ada kebutuhan untuk keperluan mereka, maka mereka akan menjualnya bagi yang membutuhkannya. Mulai dari anakan babi sampai yang siap untuk dipotong. Berlaku juga untuk sapi dan kerbau.

Penjualan kini bisa sangat cepat dan mudah karena menggunakan media sosial. Atau dengan cara tradisional yaitu, dari satu orang ke satu orang lainnya. 

Dengan satu atau dua foto dan video, bisa meyakinkan para calon pembeli dari daerah lainya, yang tersebar di berbagai grup Facebook dan Whatsap. 

Mengapa begitu unik saya mengangkat hal ini, karena bukan masyarakat NTT khususnya masyarakat Ngada memiliki peternakan berskala besar atau kecil. 

Tetapi terletak pada kemandirian mereka.  Memang berternak mandiri ini sanggatlah kecil, namun jika digabungkan maka skalanya bisa sangat besar. Tanpa kita sadari perputaran ekonomi dari penjualan hewan ternak dan pakan ternak, bisa membantu perekonomian negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun