Mohon tunggu...
I Made Sudarman Utama
I Made Sudarman Utama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMP Negeri 2 Pekutatan

Lakukanlah apa yang kamu bisa dengan apa yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan apa yang kamu butuhkan untuk melakukan apa yang kamu inginkan. Lahir untuk berjuang, belajar untuk menang, dan hidup untuk berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keterampilan Literasi Dalam Perspektif Realisme

3 Desember 2024   21:26 Diperbarui: 3 Desember 2024   22:19 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Siswa Membaca Buku (Sumber: Dokumen Pribadi)

National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai kemampuan menyeluruh yang mencakup membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan pemecahan masalah. Ini berarti literasi tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang keterampilan praktis yang kita butuhkan untuk sukses dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan literasi yang baik tidak hanya memengaruhi keberhasilan akademik, tetapi juga keterampilan hidup yang lebih luas. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kemampuan literasi siswa adalah filosofi pendidikan yang diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Salah satu filosofi pendidikan yang penting untuk dibahas adalah filsafat realisme. Filsafat ini berpengaruh dalam berbagai aspek pendidikan, terutama dalam cara pandang terhadap dunia nyata, serta bagaimana siswa memperoleh dan memproses pengetahuan.

Realisme adalah suatu aliran filsafat yang menganggap bahwa kebenaran adalah representasi nyata atau sebenarnya dari dunia nyata dari gagasan yang ada dalam pikiran seseorang. Realisme sebagai salah satu aliran filsafat yang berpengaruh, menawarkan perspektif unik dalam memahami pendidikan. Aliran ini berpandangan bahwa dunia nyata atau realitas objektif itu ada, independen dari pikiran manusia. Realitas ini dapat diketahui melalui panca indera dan akal budi, dan pengetahuan yang diperoleh dari proses ini dianggap sebagai pengetahuan yang valid dan dapat diandalkan. 

Dalam konteks pendidikan, realisme menekankan pentingnya menghubungkan proses pembelajaran dengan dunia nyata. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang bermakna adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung dan observasi terhadap fenomena alam. Pendidikan yang berlandaskan realisme akan mendorong siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan eksplorasi, eksperimen, dan pemecahan masalah.  Dalam proses pembelajaran, realisme Aristoteles menekankan pentingnya pemahaman daripada sekadar menghafal. Perspektif filsafat pendidikan realisme juga berarti mengakui nilai penting fakta-fakta abstrak dan konkret dalam mencapai kemampuan ilmiah yang diinginkan (Budiarti et al., 2022). Realisme dalam pada proses pembelajaran harus berorientasi pada kenyataan objektif dan dunia nyata, yang memungkinkan siswa untuk memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung serta penggunaan media yang relevan.

Realisme dalam Konteks Filsafat Pendidikan

Filsafat realisme, yang berkembang dari ajaran Aristoteles, berfokus pada pemahaman bahwa dunia ini memiliki struktur dan hukum yang objektif yang dapat dipahami melalui pengamatan dan pengalaman empiris. Realisme menganggap bahwa kenyataan di luar pikiran manusia bersifat independen dan dapat dipahami secara rasional. Dalam pendidikan, realisme mendukung gagasan bahwa pengetahuan tentang dunia harus diperoleh melalui pengalaman langsung dan interaksi dengan dunia nyata, baik itu melalui observasi, eksperimen, atau penggunaan sumber daya yang mencerminkan kenyataan. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan, filsafat realisme menekankan pentingnya mengajarkan siswa tentang dunia nyata melalui materi yang konkret dan relevan, dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang diperlukan untuk memahami fenomena yang terjadi di sekitar mereka.

Realisme dalam pendidikan sering kali diasosiasikan dengan pengajaran yang berbasis pada fakta-fakta objektif, disiplin ilmu yang mendalami hukum alam, serta pendekatan yang memfokuskan pada penggunaan sumber daya yang ada di dunia nyata, seperti buku, eksperimen ilmiah, dan kegiatan praktikal. Filosofi ini juga sering kali berlawanan dengan pandangan idealisme, yang menekankan bahwa pengetahuan lebih bersifat subjektif dan berhubungan dengan dunia ide. 

Prinsip-Prinsip Utama Filsafat Realisme dalam Pendidikan

Realisme memiliki beberapa prinsip utama yang memengaruhi praktik pendidikan. Berikut adalah beberapa prinsip tersebut:

  1. Pengetahuan Berasal dari Pengalaman Dunia Nyata
    Salah satu prinsip utama dalam filsafat realisme adalah bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman dunia nyata. Dengan demikian, dalam konteks literasi, siswa harus didorong untuk memperoleh pengetahuan melalui teks yang menggambarkan kenyataan dan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk literatur yang berkaitan dengan sejarah, sains, sosial, dan budaya, yang memungkinkan siswa untuk terhubung dengan realitas yang mereka alami. Hal ini membuat pembelajaran lebih bermakna, karena siswa melihat relevansi langsung dari apa yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka sehari-hari (Kusumawati, 2016).
  2. Keterkaitan Antara Pengalaman dan Pembelajaran
    Realisme menekankan pentingnya pengalaman konkret dalam proses belajar. Pembelajaran yang efektif harus melibatkan siswa dalam situasi yang menghubungkan pengetahuan teoritis dengan realitas praktis. Misalnya, dalam pengajaran literasi, siswa dapat didorong untuk membaca teks-teks nonfiksi atau bahan bacaan yang mencerminkan kehidupan sosial dan budaya mereka. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap dunia sekitar serta kemampuan mereka untuk menganalisis informasi dengan kritis.
  3. Pendidikan Sebagai Proses Objektif
    Filsafat realisme menekankan objektivitas dalam proses pendidikan. Materi ajar harus didasarkan pada fakta dan informasi yang dapat diuji dan dibuktikan. Dalam pengajaran literasi, ini berarti bahwa siswa tidak hanya diajarkan untuk memahami teks secara subyektif, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan kritis yang memungkinkan mereka untuk menganalisis fakta dan data dengan cara yang objektif dan logis.
  4. Pentingnya Guru Sebagai Pemandu dan Pengarah
    Dalam pandangan realisme, guru berperan sebagai pemandu yang membantu siswa untuk memahami dunia nyata melalui pembelajaran berbasis fakta dan konsep-konsep yang terbukti secara ilmiah. Guru diharapkan untuk memfasilitasi pengalaman belajar yang memadai, serta memberikan arahan yang jelas agar siswa dapat mengeksplorasi dan memahami pengetahuan secara lebih mendalam. Guru menyampaikan fakta-fakta yang diperlukan dengan jelas dan memberikan dukungan empiris untuk setiap konsep yang diajarkan. Siswa diajarkan untuk membedakan antara opini dan fakta, serta untuk mengevaluasi informasi berdasarkan bukti yang tersedia. 

Filsafat Realisme dan Kemampuan Literasi Siswa

Foto Siswa Membaca Buku (Sumber: Dokumen Pribadi)
Foto Siswa Membaca Buku (Sumber: Dokumen Pribadi)

Kemampuan literasi, yang mencakup keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan, sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa. Literasi adalah dasar dari banyak keterampilan akademik lainnya dan berperan penting dalam membentuk kemampuan berpikir kritis serta memfasilitasi interaksi sosial yang sehat. Realisme dalam pendidikan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan kemampuan literasi siswa, terutama melalui pendekatan berbasis fakta dan pengalaman dunia nyata.

  1. Penguatan Literasi Melalui Pembelajaran yang Kontekstual
    Salah satu cara filsafat realisme memengaruhi literasi adalah dengan mendorong pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran literasi yang kontekstual artinya materi pembelajaran disesuaikan dengan kondisi kehidupan nyata siswa. Misalnya, dalam pengajaran membaca, siswa dapat membaca teks-teks yang berhubungan dengan fenomena sosial, budaya, atau ilmiah yang sedang terjadi. Hal ini memungkinkan siswa untuk tidak hanya meningkatkan keterampilan membaca mereka, tetapi juga memahami isi teks secara lebih mendalam karena berhubungan langsung dengan kenyataan yang ada di sekitar mereka.
  2. Pemanfaatan Sumber Belajar yang Relevan
    Realisme mengutamakan penggunaan sumber belajar yang realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dalam konteks literasi, ini berarti bahwa materi bacaan yang digunakan harus mencakup berbagai teks nonfiksi yang mencerminkan dunia nyata, seperti artikel berita, laporan ilmiah, dan biografi. Siswa yang terpapar pada jenis teks ini cenderung lebih mampu memahami fakta dan informasi yang terkandung di dalamnya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keterampilan literasi mereka.
  3. Pengembangan Kemampuan Analisis dan Evaluasi
    Filsafat realisme mengedepankan pentingnya kemampuan berpikir kritis dan analitis. Dalam pengajaran literasi, ini berarti bahwa siswa tidak hanya membaca teks, tetapi juga diajarkan untuk mengevaluasi dan menganalisis informasi yang mereka baca. Mereka diajarkan untuk mempertanyakan kebenaran informasi, mengidentifikasi bias, dan menyaring informasi yang relevan. Proses ini sangat penting dalam pengembangan literasi yang lebih tinggi, karena memungkinkan siswa untuk mengolah informasi dengan cara yang lebih mendalam dan kritis. Peran guru yaitu membimbing siswa dalam mengevaluasi, dan memahami informasi yang mereka terima. Ini membantu siswa menjadi pembelajar mandiri yang mampu berpikir kritis dan mampu mengambil keputusan. 
  4. Pendidikan yang Berdasarkan pada Data dan Fakta
    Realisme juga menekankan bahwa pembelajaran harus berbasis pada data dan fakta yang dapat diuji. Dalam pengajaran literasi, hal ini bisa diwujudkan dengan menggunakan teks-teks yang berbasis pada penelitian dan data yang dapat diverifikasi. Hal ini membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan membaca yang tidak hanya terbatas pada pemahaman isi teks, tetapi juga pada kemampuan untuk menilai validitas dan reliabilitas informasi.

Tantangan dan Implikasi Filsafat Realisme dalam Pendidikan Literasi

Meskipun filsafat realisme memiliki banyak keuntungan dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa, terdapat beberapa tantangan dalam penerapannya. Salah satunya adalah kebutuhan untuk menyediakan materi yang relevan dan berbasis fakta, yang sering kali membutuhkan sumber daya yang cukup. Di negara-negara berkembang, akses terhadap buku dan bahan bacaan yang berkualitas mungkin terbatas, sehingga pengajaran berbasis realisme mungkin tidak dapat diterapkan secara maksimal. Selain itu, pendekatan yang terlalu menekankan pada kenyataan objektif dapat mengabaikan nilai-nilai subjektif dan kreativitas siswa. Dalam pendidikan literasi, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara pemahaman teks yang objektif dan pengembangan imajinasi serta interpretasi pribadi siswa terhadap teks.

Kesimpulan

Filsafat realisme memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan literasi siswa. Dengan menekankan pembelajaran yang berbasis pada fakta, pengalaman dunia nyata, dan keterampilan berpikir kritis, realisme dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan literasi yang lebih kuat dan mendalam. Meskipun terdapat tantangan dalam penerapannya, terutama dalam hal ketersediaan sumber daya yang relevan, filsafat realisme tetap menjadi pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Ke depannya, penting untuk terus mengadaptasi prinsip-prinsip realisme agar dapat memenuhi kebutuhan pendidikan literasi yang semakin kompleks di dunia yang terus berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun