Aisy kembali mengerutkan dahi, sedikit berpikir, sebelum kemudian sadar dengan maksud ucapanku tadi.
“Ihh... Raihan, apaan si?! Becanda Lo ngga lucu deh!” Aisy tampak sedikit gusar dengan jawabanku tadi.
“Aku serius Bee..” Kucoba meyakinkan, meski Aku tahu Aisy bukan wanita yang mudah takluk oleh kata-kata.
“Tapi... Kita Kan...” Ucapnya tertahan.
“Apa?”
“Teman?”
“Sahabat?”
“Memangnya ada yang salah jika dua orang sahabat saling jatuh cinta?” Kucoba meyakinkan lagi, berharap apa yang aku rasa juga berbalas rasa.
“Iya... tapi sejak kapan Raihan... Bukankah selama ini kita nyaman dengan kondisi seperti ini? Saling menyayangi sebagai seorang sahabat, tidak lebih?!”
“Ucapku bisa berkata begitu Bee, tapi hati aku tidak. Aku tak mau terus membohongi perasaan!”
Aisy memalingkan badannya membelakangiku, kepalanya tertunduk, entah apa yang sedang berkecamuk dalam pikirannya.