“Waahhh.... So Sweet...” Matanya berbinar-binar, bola matanya yang indah memancarkan keceriaan.
“Eh... tunggu.. tunggu... Elo kok jadi Aku-Kamu gitu sih, Hahaha!”
“Bee... Tau ngga, kata orang jodoh kita itu sebenarnya berada tidak lebih dari radius 64 km disekitar kita!”
“Oh... Iya... Iya... Gue pernah denger tuh, berarti bisa jadi jodoh Lo Mbak Parti tukang jamu yang ada didepan Gang itu ya?! Hahaha..” Tawa renyah itu membuat jantungku berdetak semakin kencang, lagi dan lagi.
“Hahaha... dasar Loe!”
“Bee... Gue ngga tau jodoh Gue siapa dimasa yang akan datang, tapi Gue ada satu nama yang Gue harap bisa jadi jodoh Gue kelak.”
“Memangnya siapa?” Berkerut dahi Aisy penuh tanya.
“Kamu mau tau?” Jawabanku malah membuatnya semakin penasaran
“Siapa?”
Kuhela nafas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. Kugenggam lagi jemarinya erat, kutatap matanya, dalam.
“Jawabannya ada dikata pertama kalimatku barusan!” uraiku sambil tersenyum.