Mohon tunggu...
Roni N Wijaya
Roni N Wijaya Mohon Tunggu... -

Miskin Terhormat, Kaya Bermartabat!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pencalonan Moeldoko: Strategi Mega hadapi Prabowo?

22 Maret 2014   21:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belum lama ini PDI Perjuangan mengumumkan tujuh nama yang digadang-gadang sebagai pendamping Jokowi sebagai calon Wakil Presiden. Menariknya, dari ketujuh nama tersebut, terdapat nama Jendral Moeldoko yang notabene masih menjabat sebagai Panglima TNI. Strategi ini diyakini sebagai salah satu upaya untuk menghadapi Prabowo.

Strategi PDIP tersebut jelas mengundang kontroversi dari berbagai pihak. Internal PDI P sendiri meyakini Moeldook merupakan sosok yang pasa untuk disandingkan dengan Jokowi. Jendral bintang empat tersebut memiliki ketegasan yang akan sangat membantu sosok Jokowi nantinya. Melalui Maruarar Sirait, PDIP mengaku tidak memandang latar belakang calon pendamping Jokowi nantinya.

Sikap PDIP tersebut memberikan gambaran bahwa PDIP sedang berupaya menyiapkan sosok yang bisa menandingi Prabowo yang dianggap memiliki citra tegas. Sebuah hal yang dianggap masih kurang begitu menonjol dalam sosok Jokowi. Di sisi lain, langkah PDIP ini terbilang unik karena, sosok yang diusung pun masih terikat dalam jabatan kenegaraan yakni, Panglima TNI.

Sebelumnya, PDIP mengumumkan Jokowi sebagai capres padahal Mantan Walikota Solo tersebut belum genap dua tahun menjalankan mandat sebagai Gubernur DKI. Jika sosok Moeldoko benar menjadi pendamping Jokowi di pilpres nanti, hal itu seakan mempertegas pilihan PDIP yang tidak terlalu mengindahkan faktor tanggungjawab sang calon yang diusungnya.

Sosok militer yang hendak dipasangkan dengan Jokowi diyakini sebagai salah satu upaya untuk berhadapan dengan Prabowo sebagai salah satu kandidat berlatar belakang militer terkuat saat ini. Bersama Gerindra, Prabowo juga menjadi sosok yang melakukan kritik keras terhadap pencalonan Jokowi.

Faktor komitmen menjadi kritik keras yang dilontarkan kubu Prabowo. Jokowi dianggap tidak menuaikan komitmennya menyelesaikan persoalan Jakarta sesuai sumpah jabatan, sementara Megawati dianggap ingkar terhadap perjanjian Batu Tulis yang disepakati antara PDIP dengan Gerindra, 2009 lalu.

Nada ketidaksetujuan muncul dari Tri Sutrisno. Tokoh yang pernah menjabat sebagai Panglima ABRI ini menilai keputusan untuk menyandingkan Jokowi dengan Moeldoko dalam ajang Pilpres nanti bukanlah tindakan yang tepat. Menurutnya, Prajurit TNI yang masih aktif tidak selayaknya terlibat dalam politik praktis. “Kalau masih aktif, nggak boleh dong,” ujar Tri Sutrisno saat menjawab pertanyaan wartawan di Kompleks Parlemen, Jumat (21/3).

Selain nama Moeldoko, terdapat juga nama Jendral (Purn) Ryamirzard Ryacudu. Sosok ini juga dianggap sebagai tokoh berlatar belakang militer yang ampuh untuk menandingi Prabowo. Perseteruan kedua partai ini menjelang helat politik April dan Juli nanti memang kian memanas. Perdebatan tentang komitmen dan etika politik menjadi topik yang kerap diakitkan terhadap rivalitas dua parpol ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun