Mohon tunggu...
Sangresi Purba
Sangresi Purba Mohon Tunggu... -

suka bola dan musik

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Atmosfir Industri Sepakbola Dirusak Lagi

18 April 2015   00:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pinjam istilah sobat kompasiana  @MD : Orang pinter-pinter bodoh gua tambahin dikit2 bekukan aja PSSI. PSSI adalah organisasi besar yg udah berdiri sejak 1930 , kini anggotanye hampir  600 sebanyak anggota DPR kite. Kok nasibnye mudah dikacaukan oleh segelintir orang orang BOPI, si Nahrowi dan siapa tuh TIM 9. Mereka itu pasti banyak ngarti seluk beluk  sepakbola, ngarti binatang seperti apa sih FIFA itu.  Tapi yaitu pinter pinter bodoh. Andi Malaranggeng dulu juga begitu sloganya PSSI itu ada I-nya. Apa yang terjadi, adalah kekacauan, pak Panigoro terjebak dalam langkah pinter-pinter bodoh. Padahal Kabinet PSSI udah ditangan, tinggal memutar kompetisi sesuai aturan. Tapi malah bikin FIFA bête tujuh keliling.

Mencabut ijin organisasi  itu sama aja membekukan semua kegiatan PSSI. Ujungnya udeh pasti PSSI akan dibekukan keanggotaanye oleh FIFA. Sodara sodara tentu lebih tahulah apa akibatnye bagi bagi persepakbolaan kite. Bekunya PSSI akan memicu perpecahan, akan muncul lagi dualisme ato tigalisme Federasi, dengan anggotanye masing masing. Begitu juga kompetisi Liganye mungkin dua atau tiga. Di negeri ini, kalo sudah konflik akan selalu muskil diselesaikan. Siapapun nggak akan punya kapasitas untuk menyelesaikan kerumitan yang timbul. Karena kekacauan dimulai dari dan ditanam oleh kepentingan politik. Indonesia nggak akan pernah bisa lolos persyaratan re-entry ke FIFA lagi. Kenapa begitu? Karena PSSI  akan sulit  bersatu lagi,  akan ada dualism, bahkan tigalisme.

Jangan lupa gimanapun Nahrowi itu orang partai politik (PKB). Kondisi ini akan mengundang perlawanan dengan jurus politis juga. Jurus politis tandanya genitnye bukan main, obral ancaman, Mereka nggak bermodal apa apa, cuma dengan selembar kertas politik kekuasaan mau jadi pahlawan, plus suara lantang:

Sodara-sodara !!! PSSI itu ada I-nya,

Sekali lagi sodara-sodara !!! PSSI itu ada I-nya

Sodara-sodara !!! ini Indonesia, negara berdaulat

Sodara sodara !!! FIFA sudah melecehkan NKRI.

Untung aja nggak pakai Allahu Akbar

Dulu Andi Malaranggeng juga begitu “PSSI itu ada I-nya” Lalu terjadilah kekacauan itu. entah berapa duit Pak Panigoro ludes sia-sia. Dua ratus Tiga ratus ato empat ratus milyar, entahlah. Barangkali kalo duit itu untuk take-over satu-dua-tiga klub yang umumnye pada ngos2an, trus klub dibesarkan. Sekarang Pak Arifin Panigoro akan tetap menjadi tokoh yg berpengaruh di PSSI. Karena udah berbuat secara nyata, rela keluar dana aduhai, punya klub kaya apalagi trus jadi juara. Pokoknye hebatlah.

Sobat di Kompasiana dengan initial @MD punya kalimat yang gua cari-cari tapi nggak dapat-dapat. Mereka itu orang orang yang pinter-pinter bodoh … dan juga sompret. Mereka orang orang pinter, ngerasa yang paling punya PSSI, ngerasa yang paling sepakbola dari siapapun di negeri ini. Ngerasa paling tahu statuta lebih dari siapapun termasuk FIFA. Tapi nggak modal apa apa untuk ngebangun sepakbola.

PSSI itu murni milik masyarakat sepakbola  sejak negeri ini belum berdiri. PSSI punya andil dalam perjuangan membentuk negara kebangsaan ini. PSSI itu milik masyarakat sepak bola, milik klub-klub mulai yang Pro, Div Utama, DV I, Div II, asosiasi asosiasi pemain, wasit, pelatih, oficial, footsal, sepakbola wanita, pengda pengda PSSI di seluruh indonesia. Milik para supporter fanatic klub klub sepakbola. Mereka yang meskipun dalam kekacauan tetap datang ke stadion menghidupkan roh sepakbola, nggak pernah lelah cobateerus hidupi klub. Martabat mereka jauh lebih tinggi dari mereka yang kegenitan tebar ancaman itu. Siapapun kalo punya klub sepakbola bisa daftar jadi anggota PSSI dan menjadi pemilik PSSI.

Pemerintah jelas punya hak untuk cabut ini cabut itu, silahkan saja.. Kalo memang cabang sepakbola bukan cabang strategis ato PSSI dianggap gak punya prestasi, Pemerintah punya hak untuk tidak membantu pembiayaan PSSI, stop dana untuk PSSI. Tapi memverifikasi apalagi melarang klub untuk bertanding itu sepenuhnya wewenang PSSI. Mencabut ijin organisasi PSSI harus punya alasan hukum yg kuat. Karena bisa digugat ke pengadilan baik moril maupun materiil oleh para anggota PSSI yang merasa dirugikan.

Kemenpora apalagi BOPI bahkan PSSI sekalipun nggak bisa intervensi terhadap sengketa kepemilikan klub anggota PSSI. Tunggu keputusan pengadilan yg berkekuatan hukum tetap. Sengketa kepemilikan sebuah klub bukan ranah PSSI apalagi FIFA untuk menyelesaikan. Kalo yang bersengketa nggak bisa akur, silahkan  bawa sengketa ke pengadilan. Tapi keanggotaan Persebaya dan Arema yang sudah bermusim-musim menjadi peserta kompetisi harus dijamin hak-haknya  untuk berkompetisi.

Apapun persoalannye, jangan mudah menanam bibit konflik perpecahan di tubuh Federasi sepakbola kite. Sekali kite tanam bibit konflik, maka akibat kerumitannya akan selalu muskil untuk diselesaikan. Apalagi kalo yang menanam nyata nyata toh orang2 politik juga. Hal ini pasti akan mengundang perlawanan dengan jurus politik dari banyak kelompok kepentingan.

Liga baru bisa disatukan kembali, statuta sudah mulai disempurnakan dari waktu ke waktu. Sponsor besar sekelas QNB udah mulai masuk. PT. LI udah mulai untung, tahun 2014 kabarnye untung 24 Milyar. Sudah mulai ada klub yg bisa mandiri dan untung seperti Persib. Di daerah daerah selalu ada tokoh2 yang gila bola, stadion mulai dibangun ato direhab satu demi satu. Pertandingan kompetisi ISL mulai dipenuhi penonton, bahkan ABG-nye kece-kece. Publik selalu super kritis kepada siapapun yang memimpin PSSI. FIFA selalu mengawasi PSSI.

Kongres 18 April 2015 memilih Ketum Waketum Baru

Salah satu kewajiban utama pimpinan PSSI  adalah menjamin berputarnye kompetisi liga di semua level dengan teratur, stabil dan semakin tinggi mutu. Kompetisi harus dijamin nggak mudah dikacau-kacaukan apalagi bentar-bentar terancam berhenti.

Dalam situasi di hari-hari terakhir ini, siapa yg layak ngurus PSSI . Hal itu berpulang pada pada para anggota PSSI. Lihat tanda-tanda tabiat  Menpora,  ada baiknya Ketum dijabat oleh orang yang kuat dan punya wibawa, yang ngarti sepak bola dan seluk beluk FIFA. Sosok seperti pak Agum Gumelar mustinya dipertimbangkan. Tokoh ini punya reputasi dan wibawa ke badan badan AFC dan FIFA. Pak La Nyalla, Limbong, Saleh Mukadar dan tokoh tokoh lain yg terlibat dalam kekisruhan yang lalu sebaiknya nggak usah nyalon.

Kalo kompetisi nggak stabil, mudah dikacaukan gampang terancam, maka jangan pimpi sepakbola sebagai industri akan tumbuh dengan baik. Kalo industri macet maka Klub2 akan tetap miskin miskin. Akibatnya Klub akan pada nunggak gaji para pemain dan official, karena sponsor akan pada ngacir terbirit birit

Pameo dari 250 juta lebih penduduk negeri ini, kok susah cari 11 pemain. Ya realitasnya memang susah. Masalahnye barangkali justru terlalu banyak orang yang ngerasa paling bisa, ngerasa paling jago ngurus sepakbola, dikit-dikit main ancam, dikit-dikit cabut ijin, dikit dikit bekukan PSSI.

Salam Sepakbola.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun