Generasi "micin", adalah generasi lemah salah satunya karena selalu dibela dan dilindungi orang tua, walaupun salah.Â
Anak jatuh, orang tua menyalahkan batu,
Anak menabrak tembok, orang tua memukul tembok,Â
Anak berkelahi dengan teman, temannya yang disalahkan
Anak dihukum guru, guru nya yang dilaporkan ke polisi.
Anak tumbuh menjadi maha benar
Anak tidak akan pernah belajar introspeksi
anak tidak pernah belajar dari kesalahan
Ada fenomena menarik yang banyak terjadi akhir-akhir ini, dimana guru menjadi korban serangan siswa atau orang tua murid.
Di Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul seorang anak SMP mengancam guru dengan senjata tajam karena HP nya disita. Anak tersebut bermain HP saat pelajaran berlangsung. Di Kabupaten Gowa, orang tua siswa menyerang guru karena tidak terima penyelesaian perkelahian anaknya.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan anak-anak tersebut, akan menjadi seperti apa anak yang tumbuh tanpa rasa hormat kepada guru, tanpa kemampuan mengakui kesalahan. Anak tersebut akan tumbuh menjadi generasi yang ingin menang sendiri, serta tidak menghormati hukum.
Fenomena tadi juga menyadarkan kita tentang pentingnya perlindungan terhadap guru dalam menjalankan profesi-nya. Guru adalah profesi yang mulia, tugasnya tidak mudah yaitu membentuk pribadi unggul calon-calon penerus bangsa. Tentu dalam proses pembelajaran terkadang diperlukan suatu tindakan untuk mengajarkan kepada siswa tentang disiplin dan keteraturan. Perlindungan tersebut bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan pemerintah.
Pemerintah sebaiknya segera turun tangan agar penyerangan dan pelecehan terhadap guru tidak terus berulang. Waktu kecil saya diajari oleh guru mengaji saya bahwa salah satu kunci berkahnya ilmu adalah rasa hormat terhadap guru.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H