Mohon tunggu...
dadi kristian
dadi kristian Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan dan Petani, menyukai ekonomi

hanya seorang penanam tomat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dear Bapak Pejabat Perhubungan, Pernah Naik Angkot?

2 Juli 2019   11:02 Diperbarui: 2 Juli 2019   17:13 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Yang terhormat Bapak Menteri Perhubungan, dan para pejabat perhubungan. 

Akhir-akhir ini bapak-bapak pejabat kementerian perhubungan sangat bersemangat menyuarakan wacana pembatasan usia kendaraan bermotor. Semangatnya menyerupai semangat sales mobil baru yang sedang menawarkan dagangannya di event pameran otomotif. Telah diketahui lobi produsen mobil memang sangat gencar mendukung wacana ini, tapi jangan sampai lobi  pabrikan membuat kita semua tidak dapat bersikap objektif terhadap kondisi sebenarnya.

Memang, menurut pengakuan para politisi dan pejabat, kepentingan pabrikan mobil bukanlah alasan utama ide tersebut muncul. Kemacetan adalah kambing hitamnya. Tapi benarkah satu-satunya penyelesaian kemacetan adalah dengan pembatasan usia kendaraan. Apakah sudah diperhitungkan untung ruginya bagi masyarakat luas?

Membawa kendaraan pribadi bukanlah gaya hidup, tapi kebutuhan hidup. Tidak semua keperluan mobilitas bisa ditunjang dengan kendaraan umum, contohnya mengantar istri melahirkan ke Rumah Sakit tentu tidak bisa dengan naik angkot atau bus. Dan yang paling penting tidak semua orang bisa membeli mobil baru, sebagian hanya mampu membeli mobil bekas itupun dengan mencicil.

Saya terkadang penasaran apakah pejabat kementerian perhubungan pernah naik transportasi umum, angkot misalnya. Kalau belum pernah saya akan beritahu bagaimana rasanya. Naik angkot itu menyenangkan, sepanjang perjalanan kita bisa merasakan angin sepoi-sepoi menyelinap melewati jendela angkot yang terbuka. Selain itu duduk bersebelahan dengan orang asing adalah kesempatan berharga mendapat teman baru. Namun angkot dan transportasi publik umumnya  memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak bisa tepat waktu, tidak aman dan nyaman serta tidak murah. Naik angkot menyenangkan jika tidak dikejar waktu, tidak membawa anak kecil dan hanya satu trayek.

Jika usia kendaraan dibatasi, siapa yang paling diuntungkan?

Pertama, produsen mobil, tidak perlu dipertanyakan lagi kebijakan ini akan membuat penjualan mobil baru melesat naik, sehingga direksi, komisaris, dan karyawan industri otomotif akan mendapat bonus tahunan yang menggiurkan. Kedua, kelas menengah atas, dengan berkurangnya mobil tua di jalanan membawa berkah tersendiri bagi kalangan menengah atas, bisa lebih leluasa menggunakan mobil pribadi di jalan raya.

Siapa yang paling dirugikan

Pertama adalah masyarakat kecil, orang yang tidak sanggup membeli mobil baru. Jangan sebut mereka memiliki mobil untuk bergaya, mereka membeli mobil bekas untuk menunjang kegiatan sehari-hari, terkadang digunakan untuk usaha. Kedua adalah pedagang dan petani, mereka membeli mobil bak terbuka bekas untuk mengangkut hasil tani, dan barang dagangan ke pasar. Ketiga pedagang mobil bekas, padahal mereka adalah pembayar pajak yang taat, mereka berwiraswasta tanpa subsidi pemerintah. Semuanya itu akan mengakibatkan aktivitas ekonomi dan mobilitas warga terganggu sehingga secara umum merugikan perekonomian. 

Kenapa pemerintah dan politisi mendukung wacana pembatasan usia kendaraan jika mengerti jumlah orang yang dirugikan lebih banyak dari yang diuntungkan?

Pertama adalah lobi kuat produsen mobil. Industri otomotif akan melakukan lobi untuk melindungi kepentingan bisnisnya. Tentu saja para pedagang dan konsumen mobil bekas bisa juga melobi pemerintah dan politisi, tapi mereka tidak punya koneksi dan dana yang memadai untuk mempengaruhi pikiran para pejabat dan politisi. Urusan wacana, adalah masalah siapa yang paling kencang suaranya.

Kedua pemerintah dan politisi ingin terlihat sukses mengatasi kemacetan. Jalanan yang lenggang bebas macet akan meningkatkan citra pejabat/politisi di mata media. Jangan lupa membatasi usia kendaraan lebih mudah daripada membuat sistem transportasi umum.

Pemerintah sebaiknya fokus memperbaiki transportasi umum, jadikan terintegrasi, murah, nyaman, aman, dan tepat waktu. Kalau 5 hal tersebut terpenuhi, tanpa dipaksa masyarakat akan berpindah ke transportasi umum. Adapun transportasi pribadi jangan dibatasi, biarkan masyarakat memilih naik kendaraan pribadi atau umum, jika transportasi umum sudah semakin baik, maka naik kendaraan pribadi risikonya macet sedangkan kendaraan umum lebih nyaman.

Jadi Dear bapak pejabat perhubungan, pernah naik angkot?, bagaimana kalau seluruh pejabat kementerian perhubungan dari menteri hingga pegawai di daerah dilarang menggunakan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun