Mohon tunggu...
dadi kristian
dadi kristian Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan dan Petani, menyukai ekonomi

hanya seorang penanam tomat

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Tiga Orang Bersaudara (Sesat Pikir Sosialisme)

14 Januari 2019   14:11 Diperbarui: 14 Januari 2019   14:24 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam hati  Candra protes kenapa dia harus membayar setengahnya sedangkan pagar dan taman tersebut nantinya akan dinikmati bersama. Bahkan keluarga Aidit akan paling banyak menikmati taman karena dia paling banyak tinggal di rumah. Budi sebenarnya berpendapat argumen Candra lebih masuk akal , tapi karena dengan sistem proporsional Budi dapat mengeluarkan uang dengan lebih sedikit (15 juta vs 13,5 juta) akhirnya Budi menyatakan setuju dengan pendapat Aidit.

Enam tahu kemudian karir Candra melesat dengan cepat, karena dia rajin, sering lembur dan melakukan tugas yang tidak mau dilakukan orang lain dia dipilih menjadi kepala cabang, karir Budi-pun meningkat sewajarnya dia diangkat menjadi manager. Sedangkan Aidit, karena sering komplain, menjadi aktivis serikat pekerja dan sering mem-provokasi kawan-kawannya untuk menuntut kenaikan upah dan pengurangan jam kerja. Aidit menganggap bahwa petinggi dan para pemegang saham adalah kaum borjuis penindas yang harus dijatuhkan, karier Aidit-pun terhambat, dan akhirnya dia dipecat.

Ketika rapat keluarga Adit berkata pada Candra "Aku menuntut pembagian yang adil atas hasil sawah peninggalan kedua orang tua kita". Candra terkejut" Apa maksudmu, apakah berarti aku mendapatkan proporsi 50% seperti setiap kita membagi beban biaya untuk perawatan komplek rumah ini?", kata Candra menyindir, "bukan", kata Candra Cuek "aku ingin agar hasil sawah dibagi 70% untukku, 30% untuk Budi", "Atas dasar apa kamu mempunyai perhitungan seperti itu?" tanya Candra. 

"Aku tidak punya penghasilan, maka aku berhak mendapatkan subsidi terbanyak, penghasilanmu sudah semakin besar" jawab Aidit. "tapi, kamu menganggur bukan salahku, lagi-lagi kenapa aku yang dihukum atas kemalasanmu" keluh Candra.  "itu mandat pemerintah sesuai dengan undang-undang, yang tidak berpenghasilan harus diberikan subsidi" Kata Aidit, "tapi itu tidak adil " keluh Candra. 

"Kamu egois, tidak berperikemanusiaan, dan tidak punya rasa keadilan sosial" tuduh Aidit. Candra hanya diam, sedangkan Budi diam-diam merasa tidak enak pada Candra, tapi karena dia masih mendapatkan 30% dari hasil sawah Budi memilih diam.

Keluarga Aidit dan Budi hidup bahagia sedangkan Candra terus mendongkol di dalam hati, tapi ketika Candra protes, Aidit selalu mengatakan bahwa Candra rakus dan mementingkan diri sendiri.

 Demikian kisah tiga bersaudara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun