Mohon tunggu...
Penulis
Penulis Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Penulis website http://www.tipsanak.info/ http://jellygamatbandung.com/ http://penyuburspermapria.com/ http://bahayaobesitas.com/ http://sleepcarecapsule.com/ http://obatparkinson.info/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ranah

25 Desember 2016   17:23 Diperbarui: 25 Desember 2016   17:30 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pendidikanberbasisfitrah.com

Ku mohon jangan pergi ibu 

Maafkan anakmu ini ibu 

jangan berpasrah dipangkuanku

Ibu aku tidak bisa mengangis 

Sanubari luluh kala ibu menangis 

Tiada daya saat ibu mengangis 

Kumohon maafkan aku ibu 

Maksud hati tersingkap emosi 

Jiwamu tegar terhantam ombak

Derai air mata bersimbah darah

Hati pilu berpadu haru

Bantahan akan nada melengking 

Tolak pinggang bagai maha raja 

Tiada tau pembalasan kelak

Nurani tertutup kabut durjana

Sorak sorai iblis berpesta pora 

Manusia pembantah kian membara 

Gersang meradang ibu pertiwi 

Torehan asa kian mendera 

Laju lalang silih berganti

Sama saja dikau ini 

Padam api dan basah kuyup

Menghantui raga berjuta sepi 

Ranah lara duhai ibunda 

Satu nusa satu bangsa 

Kertas hijau diremas lembut 

Penyuapan layaknya sang bayi 

Pikiran mungkin tiada berpaling

Karena engkau segalanya 

Sudah berlalu kian menderu

Tonggak sejarah dunia makmur

Kini hanya tinggal kenangan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun