Mohon tunggu...
Sang pengoceh
Sang pengoceh Mohon Tunggu... -

Ada na gau..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serbuk Debu Abu-abu..

12 September 2012   01:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah kemegahan kota dengan julangan gedung pencakar yang bisa tercipta, tanpa bauran bubuk halusnya yang kan segera membatu layaknya perunggu...?

Adakah lintasan beton d sepanjang jalan dan jembatan layang yang mampu memintas waktu, tanpa bekuan keras yang teraduk dr ribuan keping pecahan tubuhya...?

Adakah rumah dan istana pemayung raga yang bisa menghadirkan kenyamanan jiwa, tanpa keikhlasannya untuk di tata, di cacah dan di
pahat paksa oleh selera manusia yang tak terbatas angka...?

Adakah terminal, stasiun, dermaga dan bandara yang bisa menadah maupun sbagai pelontar tujuan
kita, tanpa topangan kekar dari kaki raksasanya yang di benamkan hingga ke dasar tanah paling
bawah dari otot bajanya...?

Adakah....

Adakah....

Adakah.....

Dan mungkin masih ada jutaan karya anak bangsa yang belum tersebut dengan kata, dan terlahir
dari wujud rahimnya yang tak lebih dari sejumput guguran serbuk debu yang berwarna abu-abu.
Tuban, semen Gresik 220811

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun