Memang sulit jadi orang susah. Bahkan teman sampai saudara sendiri pun tidak memandang sebelah mata.
Benar kata Amsal dari Raja Salomo, raja bangsa Israel tentang kekayaan dan kemiskinan, seperti beberapa ayat dibawah ini :
Amsal 18:23 Â Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar.
Amsal 14:20 Â Juga oleh temannya orang miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak.
Dan masih banyak lagi.
Dalam posisi saya sekarang, sangat terasa kalau saudara dan teman cuma menghargai di saat saya dulu menggapai gelar sarjana dengan predikat lulusan terbaik.
Setelah itu, ya sudah. Setelah tahu saya cuma guru biasa lagi, dengan gaji pas-pasan, mereka pun 'memandang remeh'.
Ditambah lagi, karena kebanyakan dari mereka adalah perempuan.
Saya tidak mendiskreditkan wanita dalam hal ini, tapi entah mengapa, kebanyakan dari mereka selalu berpandangan kalau penampilan selalu nomor satu.
"Pakailah masker waktu naik (sepeda) motor."
"Pakai sunblock dong."
"Jangan nganga (mulutnya)."
Hadeeh cuapeeek deeee .... ^__^
Berjuang untuk sebuah harga diri
Berjuanglah untuk hidup yang lebih baik. Demi harga diri yang meningkat.
Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
Anda mungkin tidak sepaham dengan kutipan kalimat tentang uang diatas (entah siapa penggagas kutipan itu ^_^).
Tapi sayangnya, itulah realita yang kita hadapi di dunia ini.
Sebagai guru (dan juga berkecimpung dalam internet marketing), terkadang susah untuk mengekang perasaan.
Apalagi waktu bertemu dengan mantan murid yang sudah lama tidak bertemu dan apabila kalimat yang ini keluar dari mulut mereka, maka bisa timbul dua pemahaman di benak saya.
Kalimat apa itu?
"Wah, bapak nggak berubah ya."
Nah, mungkin Anda bertanya, "Pertanyaan seperti apa yang timbul di otak saya?"
Pertama, tetap awet muda.
Kalau ini sih, saya tidak keberatan ^_^ hehehe.
Siapa sih yang tak senang dibilang awet muda?
Padahal rambut putih sudah menyemak di kepala.
Kedua, hidup serba pas-pasan.
Inilah yang tak enak.
Kehidupan guru dari dulu sampai sekarang cenderung yah apa adanya.
"Lah, kan sudah sertifikasi. Tambah satu kali gaji per bulan. Kalau gaji 2,5 juta, maka dapat 5 juta per bulan."
Kadang-kadang orang awam cuma melihat besaran nominal gaji, tapi tidak melihat bagaimana pelaksanaan pemberian sertifikasi itu dan berapa guru yang sudah mencicipi gurihnya sertifikasi.
"Sudah enam bulan, belum cair."
"Ada potongan gaib."
Mungkin Anda bertanya, apakah saya dapat atau tidak?
Jawabannya, tentu saja tidak!
Bagaimana saya bisa mendapatkan sertifikasi, wong saya cuma guru honorer!
Namun bagi saya, tidak menjadi soal, karena saya mengarungi kehidupan bukan dari satu sumber pendapatan saja.
Saya juga mendapatkan income dari les privat, dan sekarang juga merambah ke internet marketing.
Meskipun belum menghasilkan, namun bagi saya, internet adalah sumber yang sangat menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan, dengan meluangkan waktu di depan layar laptop atau komputer.
Jadi, apabila ada murid saya atau lebih tepatnya mantan murid, yang mengatakan kalau hidup saya sederhana dari dulu, saya pasti akan cepat meralat apa yang dia ucapkan.
Saya tidak ingin hidup biasa-biasa saja. Hidup sederhana tidak ada dalam kamus kehidupan saya, karena saya sudah bosan hidup susah.
Saya ingin memiliki hidup yang berkelimpahan.
Melangkahlah dengan rencana
Ada suatu perkataan yang pernah saya dapat atau baca yang berbunyi, "Gagal dalam perencanaan adalah merencanakan kegagalan".
Artinya?
Sederhana.
Seperti halnya sebelum lomba tujuh belasan di bulan Agustus, biasanya panitia di rukun tetangga sudah sibuk membuat proposal dan menyebar proposal ke berbagai perusahaan atau orang-orang terkait yang tinggal di lingkungan RT tersebut untuk menyumbangkan dana demi terwujudnya berbagai lomba tadi.
Nah, masa untuk acara sekelas lomba tujuh belasan saja kita membuat rencana supaya sukses dalam pelaksanaan, masa untuk hidup kita, kita tidak membuat perencanaan sama sekali!
Mana yang lebih penting? Lomba tujuh belasan atau suksesnya kehidupan Anda?
Tentu saja, kehidupan Anda lebih penting daripada lomba-lomba atau pekerjaan Anda bukan ^_^?
Anda harus merencanakan kehidupan Anda ke arah mana, lebih baik daripada lomba atau pekerjaan Anda, karena banyak orang berkata, "mengalir saja seperti air mengalir."
Akibatnya?
Jelas membingungkan, tanpa tujuan, hidup menjemukan, dari hari ke hari sama saja.
Membosankan.
Pergi kerja di pagi hari, pulang di siang atau sore hari, lalu mandi, makan malam dengan keluarga, menonton teve, lalu tidur, kemudian esok hari mengulangi rutinitas yang sama seperti itu berulang-ulang, dan bersyukur kalau hari Sabtu dan Minggu tiba.
Artinya?
Anda merasa pekerjaan Anda membosankan, dan Anda merasa terjebak dalam pekerjaan yang Anda pegang, namun Anda merasa tidak punya pilihan lain, selain menjalaninya.
Ubah paradigma Anda.
Anda bisa mencapai impian Anda.
Rencanakan kehidupan Anda, dan Anda akan melihat hasilnya, tentu saja sebelumnya disertai dengan doa dulu.
"Menjadi berharga itu butuh proses. Jalani prosesnya, nikmati prosesnya. Mengeluh tidak akan menghasilkan apa-apa."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H