Saya sendiri, setelah jatuh bangun beberapa kali, kadang menulis, kadang tidak, sekarang mendisplinkan diri untuk menyediakan waktu minimal satu jam perhari untuk menulis.
Menulis apa saja.
Selain saya ingin menerbitkan novel sebelum saya mati, juga saya ingin menggunakan hal menulis sebagai alat terapi, melepaskan kegalauan hati, kepenatan hidup, atau pun untuk memuji kebesaran Tuhan yang wah dan ajaib,karena masih diberikan kesempatan untuk hidup satu hari lagi.
Menulis, dengan bebas, melepaskan uneg-uneg di kepala, dan mem-postingnya di kompasiana atau blog dengan nama samaran, sangatlah membantu melepaskan ketegangan.
Di saat orang lain tak mau mendengar, saya menuangkan dalam bentuk tulisan.
Ini berimbas pada cara saya berkomunikasi.
"Wah, kalau ngomong sama bapak kok enak ya. Nyambung."
Ini salah satu komentar dari beberapa kenalan, setelah berbincang dengan saya.
Bahkan dalam menulis pesan singkat, saya menulis dengan kata-kata lengkap, bukan singkatan.
"Saya tidak ingin ada kesalahpahaman si pembaca waktu membaca pesan saya."
Begitulah alasan saya waktu ada yang menanyakan soal kelengkapan atribut SPOK dalam pesan singkat saya ^_^.