Sayangnya, saya belum berkesempatan untuk singgah ke Jepang, namun saya pernah membaca di beberapa koran, majalah atau artikel-artikel di berbagai situs dan media online /daring kalau Jepang, menjadi sukses luar biasa sampai saat ini, dikarenakan karena gemar membaca dimana pun dan kapan pun.
Kesadaran akan pentingnya membaca buku dipicu oleh Kaisar Hirohito, setelah Perang Dunia II yang menyebabkan kelumpuhan dan jatuhnya perekonomian dari bangsa Jepang karena kekalahan dari Sekutu.
Mereka bisa mengejar ketinggalan mereka karena kesadaran yang tinggi bahwa pendidikan adalah kunci bagi mereka untuk bangkit kembali menjadi bangsa yang berhasil, dan sekarang mereka menuai hasilnya.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini hanya bersifat sementara, tapi apabila berinvestasi 'leher ke atas', akan tetap ada,abadi dan tak mungkin bisa dicuri orang.
Dan yang terlebih penting adalah budaya tulis.
Karena budaya tulis mempunyai korelasi dengan budaya baca.
Makanya timbul kesalahpahaman sewaktu membaca sms atau pesan singkat, dikarenakan kurangnya membaca dan tidak adanya kesukaan menulis.
Menulis pun ketrampilan, seperti halnya berenang, memainkan piano, menjahit dan lain sebagainya.
"Saya tidak bisa menulis. Saya mah apa atuh."
Ini salah satu alasan dari berbagai alasan yang biasa dilontarkan.
Saya tidak mau mendebat orang yang memberi alasan sejenis ini, karena kalau menurut pengamatan saya, mereka belum menyadari pentingnya menulis bagi hidup mereka.