“Oh, silakan, Don.”
Namun pertanyaan lanjutan yang dia lontarkan adalah pertanyaan klasik yang entah sudah berapa kali dia ucapkan pada saya yaitu “Kapan kawin? Tunggu apa lagi?”
Dan dengan hati-hati, supaya Doni tidak tersinggung, dan dengan gaya ngeles tingkat menengah (maklum, kurang lihai mencari dalih :-)), “Belum sekarang.”
Petuah-petuah pun akhirnya keluar dari mulut Doni.
Saya pun cuma mendiamkan saja.
Tak bersuara.
Karena kalau saya membantah, Doni akan semakin nyerocos terus.
Saya pun pura-pura mendengarkan, menjadi pendengar yang baik.
“Supaya ada teman berbagi,” Doni akhirnya mengakhiri ‘kuliah’.
Saya pun mengiyakan saja.
Tapi, lain waktu, kalau dia bertanya lagi hal yang sama, “Kapan kawin?”
Maka dengan lantang, saya akan jawab,
Emang kamu mau danain?
Ujung Pelangi, 21 Juli 2016