Mohon tunggu...
Sang Pengelana
Sang Pengelana Mohon Tunggu... -

Berkelana dari waktu ke waktu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Mengejar impian tak akan pernah berakhir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Perlu Keterpaksaan?

24 Maret 2016   17:31 Diperbarui: 25 Maret 2016   08:28 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup ini singkat. Manusia akan mati suatu hari nanti. Pertanyaan paling mendasar adalah: Apakah selama hidup, kita sudah menjalani kehidupan yang menyenangkan?

Apakah kita sudah bekerja atau mempunyai mata pencaharian sesuai passion, seperti Addie MS, Jubing Kristianto, Seno Gumira Aji Darma, Bill Gates dan seabrek orang sukses lainnya?

Kebanyakan akan menjawab: Tidak!

Menurut berbagai sumber bacaan, saya mendapati hanya 3 persen orang sukses yang menjalani karier sesuai passion.Sisanya bisa Anda bayangkan sendiri!

Saya termasuk dalam golongan 97 persen tadi.Pada awalnya saya merasa manyun pada diri sendiri. Menyesali diri.

 Mengapa dulu saya tidak bersungguh-sungguh dalam studi?

Mengapa dulu saya tidak membuka usaha saja di waktu muda?

Mengapa dulu sewaktu remaja dan dewasa, saya membuang-buang waktu didepan playstation, main dengan teman sampai larut malam, bahkan sampai pagi?

Mengapa, mengapa dan mengapa.

Penyesalan selalu datang terlambat. Waktu tidak bisa diputar ulang. Mau tidak mau, perbaiki kehidupan yang sekarang, supaya tidak berulang sama seperti masa lalu.

Mengacu ke judul "Apakah Perlu Keterpaksaan?", memang bukanlah hal yang mudah.

Bekerja menjadi guru selama lebih dari lima belas tahun menjadikan diri seakan tak punya ketrampilan lain, selain menjadi guru. Meskipun diawal lebih banyak mengeluh, tapi seiring waktu bergulir, selewat dua - tiga tahun, mulai menikmati. Sekarang setelah hampir dua puluh tahun, meskipun mulai mengeluh lagi, tapi saya mulai mengerti bahwa biar bagaimana pun, bersyukur kalau ada orang lain yang membutuhkan tenaga saya. Selain dari itu, saya mendapat gaji. Meskipun tidak cukup untuk sebulan, tak mengapa. Tuhan akan memberikan dari sumber yang lain untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Sekarang, saya terpaksa, karena perlu. Perlu untuk hidup selanjutnya. Namun jika saatnya tiba, dimana bisnis online saya sudah maju, maka saya pun akan memutuskan untuk resign dari pekerjaan sekarang.

Jadi bagi Anda yang sekarang perlu untuk terpaksa bertahan demi sesuap nasi, tidak usah merasa berdosa atau risi atau langsung memutuskan resign, karena saya pun berbuat demikian karena masih ada keluarga yang harus saya nafkahi. Meskipun begitu, kita harus bergiat. Tuliskan impian untuk masa depan yang lebih baik, rencana-rencana yang akan dilaksanakan demi tercapainya impian tadi dan evaluasi tindakan-tindakan yang sudah dilakukan. Lalu perkuat lagi impian-impian (dan tambahkan impian yang lain), buat rencana lagi, evaluasi lagi. Begitu seterusnya.

Tetap semangat demi kehidupan di dunia yang lebih baik dan mati pun nanti bisa tersenyum karena sudah memberikan manfaat untuk banyak orang.

Salam untuk semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun