Mudik
Selain itu ada stimulus ekonomi yang sangat berpengaruh. “Anda bayangkan saat lebaran ada dana Rp61 triliun bergerak di daerah. Ini satu hal positif,” ungkap Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa. Bayangkan Rp61 triliun! Jumlah yang cukup untuk membuat Syahrini yang biasanya cuma berkata “Alhamdulillah yaa” menjadi “ALHAMDULILLAH YAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” kalau uang segitu dikasih ke dia. Bahkan, Gayus Tambunan pun harus melakukan reinkarnasi sebanyak 586,5 kali kehidupan (semoga tidak kecemplung didunia binatang) untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. (Dengan asumsi harta gayus 104 milyar saat ini, maka dibutuhkan urunan dari 586,5 Gayus).
Uang ini tentu saja dapat digunakan untuk menstimulasi perekonomian daerah. Terlebih lagi, jika uang-uang ini tidak menguap kembali menjadi barang konsumsi. Melainkan, dijadikan penggerak program-program jangka panjang yang menjamin kesejahteraan warga.
Untuk fenomena mudik ini memang banyak orang yang bilang bahwa fenomena ini adalah sesuatu yang abnormal. Tetapi, saya yakin orang yang bilang jika mudik itu abnormal karena yang mereka tahu mudik hanya dilakukan oleh orang Indonesia saja. Orang kulit berwarna. Tapi, coba ketika mereka melihat fenomena yang sama di Amerika Serikat, Eropa dan lainnya pas saat natal. Mereka juga mudik. Hanya satu yang membedakan, yaitu di sana tidak ada yang mudik naik motor. Bayangkan saja, natal tanggal 25 desember. Berarti kira-kira puncak arus mudik adalah tanggal 23 Desember. Nahh, pada saat ini juga lah puncaknya musim dingin. Silahkan mengkerut yaa, kawan!
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Dengan berbagai anugerah yang melimpah rasanya bukan sesuatu yang aneh untuk mengakui bahwa Ramadhan benar-benar bulan penuh berkah. Baik itu berkah spiritual maupun ekonomi. Tentu masih banyak lagi berkah dari segi ekonomi yang ada. Namun, keterbatasan alam fikirku hanya mampu menangkap sekelumit dari sekian banyak berkah yang menjadi tanda bagi orang-orang yang mau berfikir. Keterbatasan media yang mampu memuat secuil dari segala kebesaran Ilahi bagi hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Saya mohon maaf atas segala kesalahan. Bila ada yang benar itu semata-mata karena Allah. Bila ada yang salah itu semua karena saya dan juga kontribusi setan-setan yang ada di sekitar saya. Lebihnya mohon dikurang sendiri, kurangnya mohon ditambahkan sendiri. Selamat Hari Raya Idul Fitri. Taqabbalallahu minna waminkum. Minal Aidin Wal Faidzin.
*Sandiaga Unyu*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H