Mohon tunggu...
Danang Nur Ihsan
Danang Nur Ihsan Mohon Tunggu... -

Aku hanyalah jurnalis kecil di sebuah media kecil dan berbicara tentang hal-hal yang kecil dan dekat dengan orang-orang kecil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suatu Pagi di Pematang Sawah

10 Januari 2011   04:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka tersenyum simpul kala kamera membidik wajah mereka. Wajah-wajah polos dan ceria dari bocah-bocah itu membuat pagi menjadi berarti. Sambil berjalan beriringan, bocah-bocah itu membelah pematang sawah dengan sepeda. Gelak tawa bahagia itu meluncur bersama dengan keringat tipis di dahi mereka.

Tak ada keluh kesah kelelahan setelah mengayuh sepeda dari rumah ke sekolah. Rasa lelah itu seakan memudar kala bangunan sekolah menyambut mereka. Rasa lelah hilang seketika kala teman-teman menyambut di dalam kelas.

Bagi mereka sepeda bukan sekadar alat transportasi yang mengantarkan mereka dari rumah menuju sekolah yang berjarak beberapa kilometer. Lewat sepeda mereka mencoba meraih mimpi-mimpi masa depan. Dari sepeda mereka mencoba meniti jalan kehidupan yang kadang terjal dan berliku. Dan yang pasti, sepeda selalu membuat bocah-bocah itu bahagia.

Mereka, bocah-bocah SD dan SMP yang setiap pagi membelah pematang sawah dengan sepeda tak pernah diajarkan tentang bike to school. Mereka bersepeda ke sekolah karena sepeda telah menjadi bagian terpenting dalam hidup bocah-bocah itu. Pikiran bocah-bocah itu juga jauh dari istilah global warming, polusi dan kerusakan lingkungan, tapi mereka dengan sepeda mereka telah mengajarkan tentang pentingnya kelestarian alam.

Gelak tawa bahagia bocah-bocah mengayuh sepeda di tengah pematang sawah yang masih berkabut tipis mulai memudar. Sekolah telah menanti mereka. Kabut tipis akan segera pergi bersamaan dengan datangnya terik matahari. Sebentar lagi riuh rendah bumi akan dijejali dengan segudang polusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun