"Pemimpin baik pada tingkat nasional maupun tingkat pada tingkat daerah, baik pemimpin formal maupun pemimpin tidak formal harus lebih berkorban membimbing rakyat, menunjukkan arah kemudian dalam suka dan duka ia juga merasakan, memberi contoh bahkan dia harus mengorbankan waktunya, mengorbankan tenaganya, mengorbankan pikirannya untuk mencapai tujuan."
Keniscayaan menuai kritik adalah pembentukan karakter pemimpin. Penempaan hidup untuk tetap berada dalam koridor moral dan etika. Bila pemimpin sedikit saja oleng dan tergelincir. Maka masyarakat akan ikut dan menjadikan legitimasi untuk mengikuti kesalahan.
"Sebagai pemimpin, sebagai pejabat sering menghadapi kritik, kecaman di media massa, banyak tempat, itu juga menuntut ketegaran, kesabaran, karenanya kita tidak boleh berputus asa dengan semua itu. Saya kira itu juga merupakan bentuk pengorbanan yang mesti kita lakukan sebagai bagian untuk mencapai tujuan yang mulia."
Maaf-memaafkan harus kita lakukan. Manusia bijak, manusia yang arif adalah mereka yang selalu membuka hatinya untuk memaafkan kepada yang lain. Dengan memaafkan, ada kesadaran baru yang bisa menjadi awal bagi terbinanya persatuan yang lebih kuat yang pada akhirnya akan memperkuat tali persaudaraan anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H