Azan shalat ashar bergema dari pengeras suara Masjid Sunda Kelapa. Panggilan dari Allaah Swt untuk menunaikan tanggungjawab kehambaan dengan mengikuti sunnah Rasulullah Saw secara berjamaah. Beberapa orang menelusuri jalan dengan agak bergegas, takut ketertinggalan takbiratul ula. Hari itu, Jum'at tanggal 6 Rabi'atul Akhir 1440 H.
Para pedagang satu persatu telah merapikan barang dagangan. Setelah berjualan menjelang Jum'at. Kawasan Masjid Sunda Kelapa dengan keramaian jamaah untuk shalat jum'at menjadi peluang berdagang. Diorganisir oleh Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) jadilah kawasan sunda kelapa seperti pasar tumpah.
Dengan santai Putri Galing memainkan kotak sepatu berwarna hitam. Seperti memainkan mobil mobilan. Dalam kotak yang sederhana. Terletak dengan agak lusuh 5 buah tisu.Â
Dengan siapa kesini? Dengan Ibu, Pak!. Beli satu ya. Maka dengan senyum ia sukses menjual satu tisu. Maka oboran berlanjut. Berapa umur Putri Galing sekarang? dengan polos ia menjawab "5 tahun pak". Sudah sekolah? "Paud sudah dan sekarang lagi TK" ia menjawab sambil duduk manis didepan pintu masuk Masjid Sunda Kelapa.
Punya cita-cita, bila dewasa nanti?. Dengan lirikan mata mengarah keatas kemudian bermain ke sudut kanan. Ia belum memberikan jawaban. Mau melanjutkan sekolah? Nanti akan masuk Sekolah Dasar Pak.
Sepatu telah selesai membungkus kaki untuk melanjutkan perjalanan. Terima kasih ya Putri Galing. Ia menjawab pun, "sama-sama Pak".
Ia tinggal bersama orang tuanya dekat perkampungan Stasiun Manggarai. Datang ke Kawasan Sunda Kelapa dengan Ibu kandung yang juga berdagang di luar kawasan Masjid Sunda Kelapa.
Kedatangan Busway masih lama. Dan naiknya mesti di halte. Dan tidak sembarang tempat seperti Metromini dan Kopaja. Kabarnya Metromini berangsung hilang dan Kopaja bergabung dengan manajemen Busway. Semoga ada perubahan nama lebih Indonesia, tidak Busway, bukan Transjakarta. Ada ide?.
Sambil berjalan, terlihat sebelah kiri Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Tempat bermusyawarah untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa dan negara Merdeka. Tempat para tokoh memberikan kemampuan terbaik untuk berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan bangsa lain di sunia. Tidak banyak pengunjung yang terlihat. Ia tetap menjadi museum sebagai penanda dan pengingat tentang warisan bangsa dan negara Indonesia yang kita bagian darinya.