Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jagung Menyeret Para Menteri Berpol-emik-itik

6 November 2018   17:04 Diperbarui: 6 November 2018   17:10 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah polemik tentang impor beras memasuki penurunan yang landai atau dianggap diselesaikan. Maka kita disuguhkan kembali tentang tentang kebijakan impor jagung 50.000-100.000 ton. Jagung adalah hasil pertanian dari petani di musim kering dan tanaman ladang pengganti kala musim hujan belum datang.

Berbeda dengan beras yang merupakan hajat konsumsi kita paling utama. Walau ada pangan pengganti seperti ubi jalar, ketela pohon, sagu, dan jagung. Bicara jagung sebagai sebuah usaha petani, maka berbagai fakta dan data dapat kita telusuri. Baik dari data Badan Pusat Statistik yang bertugas dan bertanggungjawab atas data yang dihimpun dari berbagai sumber.

Jagung yang menjadi kebutuhan dari industri ayam petelur adalah pakan utama. Kebutuhan jagung terkonsentrasi pada beberapa tempat industri peternakan ayam mandiri, perusahaan maupun sistem plasma. Sedangkan dari berbagai data daerah DKI terdapat pabrik pakan yang jauh dari sentra tanaman jagung. 

Kenaikan harga jagung mengakibatkan harga produksi naik, sedangkan harga jual tidak bisa dengan cepat dinaikkan. Hal ini membuat peternak usaha mesti melakukan langkah penyelamatan dan pencegahan menyelamatkan usaha. Terutama ketika pakan kurang, maka ayam akan 'manggok' bertelur. Sedangkan cicilan pokok hutang dan bunga tetap dan mesti dibayar ke perbankan.

Sedangkan dari sisi petani bertanam jagung akan masif bila harga jual memberikan untung yang cukup. Bila dalam suatu kawasan panen mendapatkan harga bagus, maka dengan senang hati petani akan membuka lahan baru atau memanfaatkan ladang terlantar dan terbengkalai dengan caranya petani, baik secara pribadi maupun kelompok. Budaya ini belum banyak bergeser pada pelaku usaha pertanian.

Instensif dari Kementerian Pertanian dengan program gempita yang pemberian bibit jagung, bantuan traktor bajak, pupuk dan pertisida untuk kelompok petani telah ada yang sukses. Dan masih banyak berada dalam proses administrasi dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi. Bagaimana cerita dan fakta, semoga teman saya mau bercerita lika liku soal membuat surplus jagung dan hal hal yang tersembunyi dibalik ladang jagung. 

AgroIndustri dalam bidang tanaman jagung mulai termanajemen. Sedangkan letak pabrikasi dan lokasi peternakan berada pada tempat yang jauh. Otomatis membuat harga naik, rantai pasok diistilahkan. Hal ini sesuai dengan data yang ada dan telah banyak diulas oleh media, termasuk kompas.com.

Menyusun ulang tata kelola jagung, industri pakan, peternak membutuhkan waktu dan konsolidasi lintas kementerian yang mesti bermain dan bernegosiasi dengan pengambil kebijakan. Dan itu tidak mudah, butuh lobi, terkadang tidak sedikit upeti. Soal ini telah menjadi budaya yang semoga semakin bersih bila tertangkap oleh KPK lewat Operasi Tangkap Tangan.

Sebab perputaran uang besar dan nafsu ketamakan bermain dengan kecerdasan, soal memperbaiki nasib petani kecil itu menjadi pembicaraan sela diantara membahas impor yang tidak membutuhkan kaki bergelimang embun pagi dan tersengat matahari musim kemarau di sudut kampung.

Kebijakan impor jagung oleh Kementerian Perekonomian dalam rapat terbatas melibatkan Asosiasi telak menjadi polemik, bahan caci maki, dan juga menguliti 'hama' tanpa memperkuat kedaulatan dan ketahanan pangan. Sekali lagi petani mesti bersabar, seperti sabar menunggu jagung masak empat bulan dan tidak pula diserang oleh hama monyet dan babi hutan.

Kemaun dan politik baik seniscayanya dikedepankan. Ini soal sikap dan perilaku. Impor jagung bagian dari perbaikan tata kelola usaha dari hulu hingga hilir dan peletakan kawasan terpadu antara pabrik pakan, ladang untuk bertanam, dan juga tempat usaha beternak ayam petelor. Yang telornya menjadi lauk cepat saji di piring nasi. Apalagi keuangan lagi menipis maka pilihan telor ceplok menemani nasi yang terkadang beras impor di warung warteg sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun