Penyakit ini, bukan melanda masyarakat yang melek dengan dunia media sosial. Namun juga publik figur dari pemangku kebijakan. Soal ini telah banyak meme dan broadcast di grub Wa, Fb dan media sosial lainnya.
Apa yang mesti dipersiapkan dan dilakukan ketika hendak terlibat dalam aktivitas pasca bencana:
Pertama. Luruskan niat untuk membantu karena Allaah Swt guna meringankan beban saudara yang terkena musibah. Pengorbanan waktu yang diberikan, tenaga yang dikorbankan, keterampilan yang diberikan, fikiran yang menyelesaikan persoalan dan uang yang disedekahkan. Semua yang kita berikan menjadi ladang amal kebaikan.
Kedua. Kenali kemampuan diri, keterampilan apa yang dimiliki. Hal ini perlu untuk menyusun kegiatan dan pembagian tugas bila bergabung dalam sebuah tim relawan. Hal ini berguna untuk tidak terejadinya mis manajemen kerja relawan.
Ketiga. Focus tim dan kegiatan. Ada beberapa tahapan pasca bencana, tanggab darurat, rehabilitasi, rekonstruksi. Setiap tahapan membutuhkan keterampilan dan keahlian berbeda.Â
Pada tanggab darurat yang dibutukan adalah kesehatan prima, tenaga kuat dan kemampuan untuk mengurus jenazah dan menyelenggarakannya. Bila muslim termasuk menshalatkan jenazah.Â
Pada rehabilitasi hal ini berfocus pada trauma healing terhadap psikis, recoveri keImanan, keyakinan diri, ekonomi. Program ini membutuhkan waktu yang panjang dan aktivitas terencana multi pihak.Â
Sedangkan pada rekonstruksi adalah tugas pemerintah lewat berbagai program kebijakan dan anggaran.
Keempat. Menentukan wilayah yang menjadi sasaran. Hal ini berguna untuk tidak menumpuknya kegiatan dan tumpang tindih dalam satu wilayah. Pengalaman sewaktu di Padangpariaman dan Padang. Sebagian relawan kebigungan dan menumpuk pada beberapa titik. Biasanya tidak ada pemandu lokal yang dapat dihubungi.
Hal ini mutlak bagi relawan untuk merecoveri iman dan juga masyarakat muslim. Sedangkan bagi non muslim melibatkan pendeta atau tokoh agama untuk melakukan recoveri mental dan psikis.