Bentangan alam yang indah, menawan dengan liukan anak-anak sungai yang mengalir perlahan. Diapit oleh bukit-bukit yang perkasa. Senyum ramah masyarakat dan saling tegur sapa ketika berpapasan. Mampu menghilangkan sekat-sekat kota metropolitan; serba cuek dan tidak mau tahu dengan orang lain. Melunturkan individualisme dan masuk pada alam agraris yang ramah, santun, toleran dan tepo seliro.
Berkesempatan untuk datang kembali ke Jorong Buluh Kasok, Nagari sarilamak, kab. 50 Kota, Sumatera barat. Memberikan kesejukan alami nusantara yang masih terjaga dari polusi asap kendaraan dan juga industri. Tidak seperti kota yang menawarkan polusi dan kebisingan. Datang pertama kali ke Jorong Buluh Kasok dalam rangka melihat bagaimana perkebunan aren dan juga nenas yang diusakan oleh pengusaha dari Jakarta. Juga termasuk melihat secara langsung kehidupan masyarakat dalam bidang pertanian, peternakan dan pengolahan hutan.
Untuk menikmati pemandangan indah alam Jorong Buluh Kasok, ada ujian yang mesti dilalui oleh setiap orang. Pertama tidak tersedianya angkutan umum yang bisa membawa pengunjung langsung ke Buluh Kasok. Kendaraan umum hanya bisa sampai ke Pasar Taram, Nagari Taram. Pilihan selanjutnya adalah menggunakan ojek atau kendaraan pribadi. Kondisi jalan, belum sepenuhnya beraspal bagus. Pada beberapa tempat lebih kurang 1 km masih menggunakan jalan tanah liat dengan kerikil. Terdapat beberapa lubang jalan yang digenangi oleh air. Air yang mengalir dari mata air perbukitan.
Jalan Jorong Buluh Kasok dipersiapkan menjadi jalan utama ke Provinsi Riau. Tepatnya Kabupaten Kampar yakni Lipek Kain. Menurut sesepuh dan juga tokoh masyarakat Jorong Buluh Kasok, Syekh Mulyadi Ketinggian, masyarakat sangat membutuhkan perbaikan jalan secara sistematis dan holistik, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Teringat lagu Indonesia Raya Bangunlah Jiwanya, bangunlah raganya. Orah orientasi pembangunan selama ini masih berorientasi pembangunan fisik yang tampak oleh mata. Sedangkan dalam kontek penguatan ekonomi lokal, terutama ketahanan pangan perlahan berjalan seperti siput.
Dari beberapa informasi yang penulis dapatkan, beberapa lahan telah berganti kepemilikan kepada pihak luar. Sedangkan hasil pertanian masyarakat tidak mencukupi. Maka gelombang marantau adalah pilihan untuk dapat sejajar dengan pencapaian ekonomi masyarakat.
Pada bidang pembangunan sumber daya manusia, baru dibangun Sekolah Menengah Pertama. Lokasi ini tepat berada di Belakang SD negri. Sebelumnya masyarakat harus menyekolahkan anak yang telah menamatkan SD berjarak jauh. Yakni ke Nagari Pilubang atau Taram. Hal ini membutuhkan biaya yang amat membebankan masyarakat.
Sedangkan pada kontek ketahanan pangan, sedang dicoba melakukan inisiasi Jorong Organik dengan langkah operasional: Pertama adalah Transfer Ilmu & Alih Teknologi berupa Pembuatan Pupuk Organik Majemuk Lengkap. Kedua, mengembangkan Ikan Larangan sebagai cadangan devisa untuk kekuatan ekonomi masyarakat.Â
Untuk menopang hal tersebut, dari beberapa pembicaraan maka disepakati untuk mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai awal proses dan penguatan pembentukan Jorong Organik. Sedangkan pada tingkat petani, dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang terbagi menjadi, KUBE Pengolahan Limbah Organik, KUBE Padi Organik, KUBE Sapi Potong, KUBE Jagung Organik dan beberapa KUBE lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pekerjaan ini, membutuhkan waktu lebih kurang 2 tahun untuk meletakkan dasar-dasar pemberdayaan ekonomi masyarakat petani. Dan pengembangan selama 5 tahun. Kendala utama adalah ketiadaan jaringan sinyal telekomunikasi. Hal ini menjadikan kejadian demi kejadian terlambat diketahui oleh masyarakat.
Mohon do'a untuk dapat mewujudkan Jorong Buluh Kasok menjadi Jorong Percontohan Total Organik dengan penerapan Ekonomi Syariah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H