Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surau dan Lapau Sinergi Komunikasi yang Terkadang Bertolak Belakang

7 Oktober 2012   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:07 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan akan berkembang lewat informasi dan komunikasi antar sesama. Ketiadaan informasi dan komunikasi akan melahirkan kematian ilmu pengetahuan. Informasi bisa berasal dari aksara yang tertulis diatas kertas. Informasi juga bisa berasal dari alam. Hal ini sesuai dengan filosofi komunikasi dan informasi urang ranah minang Alam takambang jadikan guru.

Alam adalah informasi yang berlimpah. Salah satu alam yang menjadi media informasi dan juga tempat bertukarnya komunikasi di nagari-nagari sumatera barat, khususnya Pariaman adalah surau dan lapau.

Surau merupakan tempat belajar dan beribadah bagi masyarakat. Suarau memiliki tuanku yang memiliki tanggungjawab mengajar murid-murid yang datang dari berbagai tempat. Murid-murid tinggal di surau dan belajar tentang agama dalam kurun waktu yang cukup panjang. Jika seorang murid telah menyelesaikan tahapan belajar agama dan adat maka ia akan mendapatkan gelar Tuanku dan berhak untuk membuka surau baru atau surau kaum untuk mengajar anak kemenakan.

Surau adalah salah satu tempat bertukar informasi dan sarana komunikasi bagi masyarakat. Beberapa surau masih menjadi corong komunikasi. Berita duka tentang masyarakat meninggal, pengadaan pengajian dan juga tanam serentak adalah beberapa informasi yang disampaikan.

Sedangkan Lapau adalah media sosial masyarakat berkumpul ketika sore, malam hari. Lapau akan penuh dengan anggota masyarakat yang pulang dari surau atau memang tidak datang ke surau sama sekali. Anggota lapau lebih heterogen dan banyak. Rata-rata setiap lapau memiliki komunitas tersendiri. Ada lapau anak mudo, lapau urang agak tuo, ada lapau urang tuo.

Lapau memiliki karakteristik bisa dimasuki oleh setiap orang. Lapau akan buka sampai tengah malam. Bila tidak ke lapau maka bisa dikatakan kita akan ketinggalan informasi seputar kampung, kejadian demi kejadian dan juga gosip yang sedikit menggelitik.

Di Lapau aktivitas masyarakat terdiri dari minum kopi, teh dan sesekali teh talua. Teh telor adalah minuman khas urang laki-laki minang. Hampir di setiap lapau terdapat jasa membuat teh talua. Selain minum kopi, teh dan teh talua terdapat beberapa permainan. Diantaranya adalah domino dan koa.

Permainan domino dan koa memiliki cara masing-masing. Domino dengan 28 kombinasi dari 0 sampai 6. Ada istilah balak enam, balak eseh. Permainan ini dimainkan 4 orang. Masing-masing memiliki mandan (komandan). Masing-masing team harus mengalahkan. Team yang kalah adalah yang membuat angka banyak. Caranya adalah membunuh balak enam dan lima.

Sedangkan permainan koa menggunakan 11 kartu dengan berbagai nama. Ada hiu, tali pusat, pecah halus dan jarum putih. Permainan ini juga bermandan. Masing-masing berpacu untuk mendapatkan 4 pasangan sama. Satu untuk mata, dua untuk pendukung dan 1 untuk coki. Pemenang adalah seorang yang mampu sampai atas coki 3 kali.

Untuk mendapatkan informasi dan juga membangun komunikasi dengan masyarakat daerah pariaman lapau dan surau adalah tempat yang wajib. Karena setiap orang adalah anggota keduanya atau salah satu diantaranya.

Terkadang informasi diatara keduanya sangat bertolak belakang. Jika dilihat secara menyeluruh maka akan memberikan gambaran terbaik tentang potret kehidupan masyarakat. Kebiasaan cerita di lapau berkulindan seputar pekerjaan masing-masing anggota, bantuan pemerintah, kejadian-kejadian dimasyarakat.

Berita yang paling ditunggu adalah cerita urang kampung yang pulang dari rantau. Karena setiap perantau yang pulang akan membawa banyak cerita bagaimana kehidupan enak di rantau. Kehidupan yang sukses menjadi pedagang, usahawan, kerja dan sebagainya. Namun, bagaimana pahitnya hidup di rantau hanya menjadi cerita sendiri dan tidak mugkin beredar di lapau.

Sedangkan cerita di surau lebih kepada perbaikan kualitas hidup, bagaimana hidup sesuai dengan kaidah agama. Cerita ini berasal dari kajian tafsir jalalain, fikih, ushul fikih. Maka tidak heran dalam masyarakat informasi sinergi antara lapau dan surau sering bertolak belakang.

Karena kebanyakan anggota surau tidak sering bergaul dengan anggota lapau. Sedangkan anggota lapau lebih enggan untuk duduk belajar di surau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun