Semenjak bergulirnya Tour the Singkarak, satu persatu pesona keindahan alam sumatera barat terbuka. Berbagai keelokan adat, budaya dan juga alam di ekplorasi dan di kelola. Sebagai putra ranah minang, kurang elok rasanya tidak pernah menikmati dan mencoba menjadikan sebagai kekuatan ekonomi dalam bidang usaha jasa pariwisata. Untuk sekarang masih dalam tahap pengkonsepan tour bersama teman-teman. Upaya yang coba dilakukan untuk menjadi tuan rumah yang baik dan membuka lapangan pekerjaan.
Bincang-bincang dengan beberapa anggota Surau Intelektual secara bersama malam ini, maka dicoba menggagas usaha jasa pariwisata dengan mempertimbangkan kekhususan dan full service. Konsep utama adalah memperkenalkan secara dekat dan detail tentang kehidupan masyarakat dan budayanya serta alam nan melimpah ruah yang membutuhkan sentuhan kreatif dari putra putri ranah minanag.
Perjalanan usaha ini dimulai dari hasrat membangun kemandirian dan memacu kreatifitas tanpa meninggalkan penyelesaian tanggung jawab akademik anggota Surau Intelektual. Beruntungnya ada alumni yang memiliki usaha Tour and Travel yang mau membimbing dan memberikan kesempatan yang tidak terbatas.
Beberapa tempat lewat foto semoga bisa menjadi reverensi untuk dinikmati. Perjalanan kali bersama Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Indonesia.Yuk mari lihat foto-foto nan indah dan menakjubkan.
Aktivitas ibu-ibu melakukan pembersihan gulma dari tanaman padi. Aktivitas yang mengedepan gotong royong atau kongsi. Setiap empat rumpun padi diberi ruang untuk dapat melihat hama tikus, model ini populer bernama jejer legowo.
Pemandangan ini dapat disaksikan langsung dan terlibat. Kawasan ini tepat sebelah kanan dan kiri menuju Lembah Harau. Bagi pengunjung yang ingin menikmati bagaimana bertani dan segala aktivitas adalah sebuah nilai tambah.
Setiap ibu-ibu atau yang populer disebut dengan amai-amai memiliki kelompok. Masing-masing kelompok memiliki areal pesawahan dan memiliki arisan bekerja. Hal ini menimalisir biaya ongkos produksi.
Sebuah kolam nan indah terbuat dari air terjun di lembah harau. nama air terjun adalah sarasah bunta. Memilki debit air yang tinggi ketika musim hujan. Untuk dapat sampai ketempat ini membutuhkan kendaraan pribadi, sedangkan untuk jalan kaki membutuhkan 15 menit dan keletihan akan terbayar lunas ketika telah sampai di kolam air terjun nan alami dan tentunya segar dan dingin.
Untuk biaya masuk setiap pengunjung di kutip biaya Rp. 10.000,-. dan Rp. 5.000,-untuk anak-anak. Dan bagi yang menggunakan kendaraan motor tidak dipungut bayaran.
Untuk pariwisata keluarga lembah haru memberikan segalanya, penginapan berupa resort, berbagai keperluan untuk mandi bagi anak-anak.
Harga sewa untuk sekali pagai sekitar Rp.5.000,- sampai Rp. 10.000,- dibutuhkan kemampuan negosiasi untuk mendapatkan harga yang murah.
Selain itu pengunjung juga dapat memesan jagung bakar, mie rebus dan cemilan serta beraneka ragam minuman penghangat tubuh.
Bagi yang ingin mempunyai tumbuhan dari jenis pakis, atau kantong semar. Dilembah harau ada masyarakat yang menjual beraneka macam tumbuhan untuk menjadi oleh-oleh dan juga tanaman hias.
Soal harga, mari menawar karena dengan kemampuan menawar maka harga didapat sesuai dengan kantong.
kalau tidak dapat harga yang wajar dan insya Allah tidak mengecewakan penjual, tapi bagi pembeli sedikit menikmati kekecewaan.
Kerajinan dari tangan-tangan terampil anak nagari Harau yang berasal dari berbagai jenis hewan melata. Ada kalajengking, Tokek terbang, anak ular, kupu-kupu.
Dan juga ada gambar air terjun nan indah sebagai oleh-oleh bagi pengunjung. Soal harga mulai Rp. 15.000,- sampai ratusan ribu rupiah. tergantung jenis makhluk yang ada di dalamnya.
Salah satu aktivitas masyarakat menambah penghasilan dengan menjual kayu bakar.
Penulis menyemparkan diri untuk mencoba bagaimana membelah kayu. Memang membutuhkan teknik tersendiri untuk bisa menjadi pembelah kayu profesional. Dan di tambah dengan jam terbang yang tinggi.
Ada yang mau mencoba atau memiliki pengalaman boleh nostalgia seperti penulis. Narsis
Selanjutnya perjalanan adalah ke Masjid tertua Bingkudu di Nagari Canduang Koto laweh Kec. Canduang Kab. Agam. Dari Lembah Harau ditempuh dalam jarak 30 KM. Setelah Pasar Baso ada simpang empat, belok kekanan dan naik menuju gunung merapi nan eksotis.
Masjid yang masih memiliki atap ijuk aren. Dengan dinding full kayu dan tiang-tiang dari kayu.
Serta lantai yang masih kayu. Ada kesejukan dan ketenangan ketika dapat melaksanakan solat dan mendekatkan diri. Berwisata sambil menambah keyakinan.
Dan jangan sampai lupa untuk berbagi dengan monyet yang telah jinak dengan pengunjung di Lembah Anai selepas air terjun atau populer disebut dengan "Air Mancua". Diharapkan membawa makanan untuk kawanan monyet, karena banyak monyet yang akan antri mendapatkan jatah makanan. Hampir sama dengan koruptor yang menunggu giliran untuk menikmati pemberian sogok atau suap dari pemilik proyek. Selain rakus dan tidak mau berbagai, he he he [caption id="attachment_199382" align="aligncenter" width="448" caption="Mari Jaga Kebersihan Lingkungan dan tempat parwisata dari sampah"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H