Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

IDR 2.000,- Membuat Tidak Nyaman

24 Mei 2012   10:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:52 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pariwisata adalah sumber devisa setelah sektor riil. Pariwisata berbasiskan jasa membutuhkan tingkat pelayanan yang menghasilkan kepuasaan dan penglaman tidak terlupan. Belajar dari pengelolaan pariwisata Bali dengan keelokan alam, budaya dan juga keagamaan Hindu menjadi daya tarik saling menguatkan dengan pelayanan dan tingkat gangguan yang minim.

Pariwisata berlepas dari sisi negatif-hal ini bisa dikurangi lewat rangkaian proses dan model pariwisata yang dikelola secara lugas dan tegas-mampu memberikan manfaat. Beberapa tempat yang pernah berkunjung memberikan pengaruh besar terhadap tingkat kesejahteraan penduduk. Konsep dan aplikasi Desa Wisata di beberapa daerah diantaranya Bantul, Sleman dan kampung 99 di daerah Depok, memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat.

Selain keindahan alam, pelayanan dan kenyamanan adalah kunci utama para pengunjung untuk datang kembali. Kota Padang sebagai salah satu destinasi Pariwisata yang menjadi bagian Visit Indonesia terkesan kurang mampu memanjakan dan melayani para pengunjung. Hal ini beberapa pengalaman langsung penulis dan juga beberapa teman yang sempat datang dan menikmati keindahan alam Ranahminang, Kota Padang.

Beberapa penyakit utama yang sering menjadi problematika realitas dalam melayani para pendatang diantaranya:


  1. Pemalakan untuk parkir kendaraan. Hampir dipastikan tempat-tempat pariwisata lokal, baik pantai Padang, Gunuang Padang, Pantai Air Manih, dan Pemandian Lubuk Minturun. Tempat parkir adalah tempat yang memang tidak disediakan selayaknya sebuah service. Pengelola yang rata-rata adalah pemuda dan masyarakat setempat dengan seenak hati dan cara yang tidak nyaman meminta uang parkir yang terkadang berulang-ulang. Malam kemaren ketika duduk santai bersama teman membicarakan persiapan acara nanti di Bengkuli tanggal 31 Mei 2012 mendapatkan pengalaman tidak mengasyikkan. Seorang bocah berusia 14 tahun dengan nada ketus minta uang parkir IDR 2.000,- karena mendirikan motor di tepi jalan. Jam menunjukkan jam 10.00 WIB. Selang setengah jam datang lagi pemuda tanggung berusia 16 tahun meminta uang yang sama kepada setiap orang yang memarkir motor atau mobil di tepi Jalan serta Tratoar. Ada apa dengan semua ini?
  2. Harga kuliner yang terkadang tidak masuk akal. Sepanjang jalan tepi pantai dari muaro Padang sampai Banda Puuih akan terdapat berbagai jenis kuliner baik yang pengelolaan secara profesional atau kedai asal-asalan. Ketika rasa enak, pengelolaan bagus maka membayar dengan harga yang premium adalah pantas. Namun berbeda dengan pengelolaan yang sekenanya, rasa yang entah berada dimana, namun harga yang tidak transparan diawal dan sering asal kena. Pengalaman ini terasa ketika membeli minuman yang pada harga wajar IDR 3.000,- namun dijual dengan harga IDR 5.000,-.  Cerita ini ketika terjadi waktu berkunjung ke Pantai Air Manih. Rombongan mengalami kehujanan ketika beranjak pulang. Hujan lebat menyertai, tiada pilihan lain kecuali berhenti. Salah satu anggota rombongan membeli air mineral dengan ukuran 600 ml. Harga air itu dijual IDR 5.000,-. Sebuah harga yang sangat tidak pantas. Celoteh teman, kalau seperti ini tidak usahlah suatu saat belanja atau kembali lagi.
  3. Senyum dan sapa yang tidak bagus. Sering didapati berpapasan dan juga bercerita dengan pelaku usaha, baik dengan pelayan, maupun pemilik usaha yang bergerak dalam bidang jasa pariwisata. Maka bersiap-siaplah untuk mendapatkan kata kasar ketika terjadi pembatalan atas negosiasi. Hal ini sering dialami dari Bandara Internasional Minangkabau ketika bernegosiasi dengan travel liar, taksi dan sebagainya. Kemudian juga dengan beberapa preman, atau tempat pariwisata yang hampir dikelola oleh Pemuda setempat.


Haruskah begini pengelolaan pelayanan Pariwisata Ranahminang? Jawabannya ada pada pelaku, masyarakat dan juga pemerintahan sebagai bentuk pelayan utama masyarakat. Barangkali seloroh sahabat dan teman. Milikilah sebuah sistem pariwisata yang terintegrasi untuk memberikan pengalaman dan juga kepuasaan bagi yang berkunjung ke Ranahminang. Sebuah tawaran yang memiliki potensi, sambil menunggu tempat-tempat yang layak untuk menjadi tempat tujuan pariwisata. Sambil menunggu SDM yang siap untuk mengelola sebuah Tour yang berkesan.

Selamat datang para peserta Tour de Singkarat 2012. Semoga mendapatkan pengalaman indah di Ranahminang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun