Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Penggalan Kisah Perjalanan

5 April 2012   07:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:00 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lampu lalu lintas masih menyisakan kehidupan malam di jalanan ibu kota Jakarta. Saat itu beberapa mobil masih berlalu dengan kecepatan tinggi saling mendahului. Beberapa penumpang tertidur lelap diantara belaian angin yang masuk disela jendala Bus Karunia Bakti. Bus yang berasal dari Garut menuju Kampung Rambutan sebagai tujuan akhir. Beberapa penumpang merupakan penumpang berangkat dari daerah ciawi bogor.  Daerah yang merupakan pusat pergantian penumpang untuk beberapa kota tujuan di Jawa Barat. Rata-rata menuju Bandung, Sukabumi, Garut, dan beberapa kota lainnya. Hari ini adalah sebuah episode lain dari menelusuri berbagai kehidupan.

Seakan  waktu tetap berjalan sesuai dengan kodrat dari yang maha kuasa. Siang sebelumnya Stasiun Kereta Api Pasar Minggu masih menyisakan beberapa penumpang. Masing-masing menuju tujuan yang terkadang hanya diketahui dari stasiun demi stasiun, diantaranya Tanjung Barat, Universitas Pancasila, Lenteng Agung, Universitas Indonesia, Bidara Cina, Depok Baru, Depok Lama, Bojong Gede, Cilebut dan stasiun Terakhir adalah Bogor. Masing-masing terdiam sambil melihat berbagai kesibukan. Dua orang anak sekolah asik bercerita dan saling berdiskusi. Disela-sela pembicaraan mereka beberapa kosakata memang tidak selayaknya keluar. Bodoh dan teman sejenisnya menghambur keluar seperti sampah-sampah yang bertebangan keluar dari Kereta Api Ekonomi yang membawa kami menuju Stasiun Bogor.

Perjalanan kereta Api memiliki banyak cerita yang terpendam dan juga kisah yang terkadang cukup menjadi cerita kehidupan tanpa mesti tertulis. AC alami adalah sebuah keniscayaan untuk pengguna kereta api, kala panas menyengat maka hembusan angin kering menjadi penyejuk penumpang yang berdesakan dalam gerbong yang semakin tidak terawatt. Namun lain ceritanya ketika hujan melanda Jakarta. Maklum kata ahli meteologi dan geofisika sekarang Jakarta memasuki masa Pancaroba. Membaca Koran Media Indonesia Hari Rabu, 3 April 2012 Halaman depan memuat berita tentang banjir Di Pasar Cipulir.

Semenjak dari Stasiun Universitas Indonesia rintik demi rintik hujan membersihkan kotoran demi kotaran yang menempel di badan Kereta Api yang masih perkasa di usia nan tua. Namun perlahan air mulai menyapa penumpang demi penumpang yang duduk di dekat Jendela. Beberapa Jendela memang tidak memiliki standar sebuah jendela yang memberikan keamanan sekaligus kenyamanan. Karena harap maklum bayaran sekali Jalan Cuma Rp. 2.000,- saja. Hal ini tidak mampu membayar semua biaya operasional PT. Commuter Line, anak perusahaan dari PT. Kereta Api Indonesia. Walau telah berubah Logo sebagai wujud memperbaiki kinerja pelayanan public. Namun belum terasa menyentuh hal yang Nampak oleh mata penumpang dan di dengar dalam perbincangan para pengguna setia Kereta Api Ekonomi Pagi pergi kerja dan pulang ke rumah saban hari setiap minggu.

Tujuan perjalanan hari ini adalah Pasar Muncang, Gadog Kecamatan Mega Mendung. Berangkat tiga bersaudara, ada Afif yang masih duduk di Bangku kelas 1, dan Salsabila duduk di kelas 3 SD, termasuk Penulis. Perjalanan ini adalah sebuah perjalanan nan indah dan penuh pengalaman dan pembelajaran untuk siapapun termasuk penulis.

Apakah yang membuat perjalanan ini berbeda? Pasar Muncang ada Hajatan yakni Mauludan yang terlaksana pada tanggal 2-4 April 2012. Bagaimana mungkin pesona muncang begitu besarnya dan apakah yang terjadi?

Habib Adad merupakan pribadi yang memiliki charisma dan juga pengaruh besar dalam penguatan ajaran Islam di Pasar Muncang. Sudah menjadi Tradisi tahun demi tahun memperingati Maulud Nabi Muhammad Saw dengan gegap gempita. Pengajian demi Pengajian di gelar untuk mengenang perjuangan Rasulullah mensiarkan Islam.

Hari kemarin, penulis masih berada di Padang dalam rangka beberapa kegiatan diantaranya Seminar Bersama  Om Jay di Kampus Universitas Bung Hatta pada Tanggal 23 Maret 2012. Kemudian dilanjutkan dengan Leadership Camp yang bertempat di Batu Busuak Kelurahan Lambuang Bukik. Kecamatan Pauh Kota Padang, Sumatera Barat. Dengan Jumlah Peserta 28 orang yang bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Proklamator UBH.

Disela itu Wirausaha Muda Proklamator juga mengadakan kegiatan Pengenalan & Pengembangan Karakter yang bertempat di Gedung Sastra Universitas Bung Hatta dengan jumlah Peserta 250 orang. Ada sebuah spirit untuk bersama dari kaum muda bung Hatta untuk meningkatkan kualitas diri menjadi pengikut setia Rasulullah Saw.

Angin dingin mencoba mengingatkan betapa sejuknya udara Pasar Muncang kala bertemu dengan Jendral Lele sangkuriang beberapa bulan yang lalu. Dingin yang menusuk tulang belulang bagi yang tidak terbiasa dengan alam pengunungan ala Puncak Bogor. Namun terasa berbeda saat ini, beberapa orang merasakan udara panas. Hal ini penyebab utamanya adalah berdesakan untuk melihat dan memilih beberapa jenis barang yang ditawarkan oleh banyak pedagang.

Moment Haul ini memiliki sebuah kesempatan bagi siapa saja untuk mendapatkan berkah dan keuntungan. Dalam hitungan penulis lebih dari 200 orang pedagang yang berasal dari berbagai kelompok pasar malam dan juga pasar kaget di Jakarta. Bagaimana riuh rendahnya dan sisi lain kehidupan dari pedagang akan diulas dalam tulisan tersendiri. Selamat jalan Habib Adad, langkah hidupmu mampu memberikan kebaikan untuk ummat Manusia, baik bagi para penduduk maupun masyarakat yang tetap mengidolakan Rasulullah Saw sebagai suri tauladan dalam berbagai segi kehidupan.

Pasar Minggu, 4 April 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun