Kecerdasan aksara terbagi menjadi dua bagian. Pertama kecerdasan oral atau berbicara dan kedua kecerdasan literasi atau penulisan.
Kecerdasan bicara lebih dominan dari pada kecerdasan literasi. Tidak tertutup kemungkinan mulai dari profesor, dosen, mahasiswa, guru, murid mengalami rabun membaca dan buta menulis seperti yang disampaikan oleh Taufiq Islail. Berbagai kegiatan perkuliahan memberikan ruang yang banyak untuk berbicara, sistem perkuliahan menyita kemampuan dosen untuk terus berbicara, namun sedikit untuk menulis. Aktivitas menulis terdapat pada penulisan bangan dan kerangka ajar. Sedangkan mahasiswa mencatat kerangka dan juga apa yang disampaikan oleh dosen. Teramat jarang terjadi sebuah perkuliahan mengandalkan metode belajar dengan menulis. Dimana interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam satuan waktu menggunakan tulisan. Maka ada sebuah selorohan yang sampai hari ini masih menjadi magma, sebuah tulisan sederhana "Kampus Miskn Karya Tulisan".
Menulis adalah pekerjaan yang teramat sederhana, mudah, menyenangkan. Begitulah kata-kata para penulis dan juga meraka yang bergelut dengan dunia akasara menyusun kata. Menulis adalah pekerjaan tangan dengan sepuluh jari. Tiada kata lain yang melakukan semua itu adalah jari-jari yang berkoordinasi satu sama lain menekan tombol keyboard komputer atau menggerakkan pulpen menari di atas kertas.
Sebenarnya setiap orang adalah penulis ulung dan unggul. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai macam status yang kita buat di akun Facebook hampir setiap hari, kecuali beberapa warga kompasian yang lebih asik membagikan tulisan di facebook. Sering membuat Senang Menulis Singkat atau SMS kepada siapapun. Mencintai kicauan demi kicauan di setiap saat di Twitter. Hampir setiap hari seseorang mendapatkan diri adalah seorang penulis lebih dari 300 kata. Namun, kenapa tidak menjadi sebuah rangkaian tulisan?
Menulis adalah pekerjaan 10 jari yang terdiri dari ibu jari yang dengan senang hati menjadi pemencet spasi, telunjuk dengan kekuasaan menunjuk berbagai huruf bagian tengah keybord, dan dibantu oleh sijari tengah, manis dan juga kelingking. Kalau ini semua telah terlatih. namun tidak dapat dipungkiri bahwa telunjuk memaninkan peranan lebih banyak bagi yang mengetik dengan 11 jari telunjuk kanan dan kiri.
Ketika telah berniat untuk menulis langkah yang pertama adalah berdayakanlah sepuluh jari. Banyak media yang bisa ditulis oleh civitas akademika: dosen, mahasiswa, struktural dan warga kampus. Mulai dari bahan kuliah dosen yang disampaikan dalam 16 kali pertemuan, kemudian bagi mahasiswa membandingkan dan menjawab dengan tulisan apa yang didapat di kala kuliah.
Mencatat hal-hal ringan dalam sebuah perjalanan. Hal ini teringat keluhan seorang mahasiswa yang telah 3 kali gagal untuk minta persetujuan judul skirpsi. Maka saran adalah buatlah 10 kegagalan mengajukan judul dan tuliskan bagaimana perjalanan 10 kegagalan tersebut, karena ia mampu melatih untuk menyusun kalimat demi kalimat untuk skripsi yang menggantung.
tips-tips sederhana dari berbagai aktivitas kehidupan. Dalam dunia kampus, banyak tips untuk dapat menaklukkan berbagai kesusahan dalam melahap berbagai bahan bacaan, atau membuat tugas makalah yang jadi bagian tidak terpisahkan. Barangkali beberapa catatan sederhana tentang pola tingkah kehidupan mahasiswa, atau catatan tentang kehidupan seorang dosen, petugas kebersihan kampus. Atau cerita lucu dan kejadian yang sering ditemui setiap hari dalam canda tawa di kantin kampus.
Dalam setiap lembaran hari civitas akamika akan memberikan laporan dan data faktual sebagai bahan evaluasi tentang penggunakan, maka ia memberikan laporan detail sebagai berikut
- Membersihkan tempat keluar kotoran dalam tubuh 1 jam sehari.
- Melakukan perbuatan tidak baik, hal-hal yang mengotori bersihnya kampus 1 jam sehari
- Menyentuh buku, dan membolak balik 2 menit sehari.
- Menuliskan kata-kata, pengalaman dan cerita yang bermanfaat, < 15 menit sehari. Diluar aktivitas wajib menulis catatan.
- Memencet tombol hp untuk sekedar menulis sms yang kurang bermanfaat 3 jam sehari
Dan jemari itu akan melakukan sebuah pemogokan bersama untuk melakukan kegiatan 1,2,5 dan hanya mau melakukan selama 15 menit semua kegitan 1,2 dan 5, bagaimana komentar Anda?
Keadilan itulah yang diminta oleh sepuluh jari. Memberikan waktu bagi jari untuk melakukan hal-hal baik dan bermanfaat untuk generasi lintas batas.
Selanjutnya kita memliki dua telinga sebagai media untuk mendengar banyak hal dalam kehidupan. Telinga ibarat antena yang terpasang kiri dan kanan. Namun terkadang antena ini tidak terfungsikan secara baik dan benar. Karena kalah oleh kemampuan 1 mulut yang bersemanyam lidah didalamnya.
Hampir setiap hari lidah mampu mengeluarkan berbagai macam kata-kata,sedikit kata bijak dan bermanfaat yang keluar sekali-kali, kata keluh kesah dan caci maki yang hadir setiap kesal dan marah yang hampir sering menghiasi halaman wall facebook dan twitt di twitter. Ada kata-kata gosip yang membicarakan aib orang lain yang terkadang menjadi sebuah tradisi melenakan.
Untuk dapat memaksimalkan menjadi penulis ada sebuah kaidah sederhana bernama 10 jari, 2 telinga dan 1 mulut. Sepuluh perbutan menulis adalah hasil dari dua kali mendengarkan dan satu kali berbicara. Ketika hari ini Anda berbicara 20 kali termasuk marah, mengeluh, mencaci, menjual produk maka saatnya untuk 40 kali mendengar dan 200 kali untuk menuliskan apa yang Anda telah ucapkan sebagai bentuk bahwa tangan lebih baik dari mulut.
Catatan menjelang Pameran Tulisan Klinik Menulis Azzahra 16 Januari 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H