Judul tulisan ini berasal dari sebuah selorohan ketika bercengkrama dengan beberapa anggota Klinik Menulis Azzahra malam kemaren. Malam menjelang setengah perjalanan dengan langit tidak benderang, karena tertutup awan penuh dengan bintik-bintik hujan yang siap mengguyur Jakarta.
Awalnya ungkapan ini, lahir dari perbincangan sementara dari seorang teman yang masih bergulat dalam dunia aktivis. Dunia penuh dengan berbagai dinamika kehidupan ala mahasiswa, penggiat sosial, dan juga mereka yang memilih jalan berbeda.
Aktivis adalah sebuah sematan gelar, panggilan untuk mereka yang memiliki banyak kegiataan. Mulai aktivis kampus yang merupakan mahasiswa penggiat organisasi kampus. Aktivis politik yang senang dengan aktivitas padat dalam bepolitik baik sebagai pegurus maupun sebagai pengembira. Aktivis demo yang memiliki sepak terjang sebagai demonstran dengan isu-isu yang terus bergulir. Aktivis lingkungan yang memiliki perhatian terhadap permasalahan lingkungan, penghijauan dan berbagai macam ragam aktivis.
Memang ada perbedaan dalam gaya hidup aktivis. Dari cara berkomunikasi, beragumentasi dan juga melakukan kegiatan demi kegiatan. Keahlian berkomunikasi terbentuk dari pelatihan dalam menyampaikan ide dan gagasan kebanyak orang. Beragumentasi didapat dari kemampuan berdiskusi antara aktivis dan juga ketika melakukan dengar pendapat dengan berbagai kalangan. Sedangkan kegiatan aktivis lebih bervariasi dan memiliki jam terbang lebih banyak dari yang non aktivis.
Dunia aktivis selain menyajikan banyak hal positif dalam pengembangan diri, pengasahan potensi dan juga memperkuat jaringan. Namun juga memiliki sisi negatif dalam berbagai hal. Biasanya merujuk tentang pilihan ranah aktitas dan jenis aktivis tempat berkembang dan membangun sebuah jaringan. Sisi positif dan negatif terpulang kembali kepada kearifan dan kebijaksanaan untuk memilih secara sadar.
Pilihan untuk beraktivitas dan mendedikasikan pilihan menjadi aktivis memiliki kisah suka yang enak dibagi. Juga memiliki duka yang terkadang begitu satir untuk di sampaikan. Duka lara, sisi gelap aktivis bagi sebagian orang adalah pembelajaran. Bagi kalangan mahasiswa adalah sebuah bentuk penasaran akan cerita demi cerita tentang kegetiran, satir perjalanan seorang aktivis.
Kegetiran ini berasal dari sebuah masa lalu ketika masih memilih untuk menempa diri, mengasah potensi bergabung dengan berbagai organisasi baik secara internal kampus, maupun organisasi di luar kampus. Dalam berorganisasi terdapat banyak pembelajaran yang mampu menopang penguatan demi penguatan menempuh hidup yang dinamis. Hal ini mengacu pada beberapa hal positif.
- Kemampuan untuk mengenali masalah dan merumuskan masalah. Hal positif dalam menjadi aktivis adalah kemampuan untuk mengenali sesuatu memiliki tidak seharusnya, sebaiknya atau sepantasnya terjadi. Ketika telah mengetahui maka dalam hal ini mampu merumuskan masalah utama penyebab sesuatu yang tidak seharusnya.
- Kemampuan untuk mengambil keputusan. Kemampuan ini terasah dari keinginan untuk mengubah keadaan, menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Keputusan adalah sebuah ketegasan untuk melakukan sesuatu, mengarahkan kebijakan dan juga menguatkan pendirian. Mengambil keputusan memiliki kemampuan mental untuk menghadapi resiko dan juga penolakan.
- Kemampuan untuk mengambil inisiatif. Dalam berbagai persoalan dan juga permasalahan setiap aktivis harus melakukan langkah lebih dulu, mengambil peran dan juga mendobrak kebuntuan. Tradisi inilah membentuk kemampuan untuk mengambil inisiatif dalam beraktivitas.
- Kemauan untuk bertanggungjawab. Ketika telah mengenali masalah, merumuskan kemudian mengambil keputusan yang ditopang oleh inisiatif, maka ada sebuah kewajiban untuk memikul tanggungjawab. Kemauan memikul tanggungjawab merupakan bentuk pendewasaan diri dan berperan secara benar dalam ranah sosial, masyarakat dan bernegara.
- Kemampuan memimpin orang lain. Dalam fase atau tahapan menjadi aktivis setiap orang akan melalui tahapan terakhir dan utama, yakni memimpin orang lain. Kemampuan dan keahlian yang berpadu dalam seni dan teknik tercipta dari kemampuan untuk memimpin diri sendiri. Dengan kemampuan memimpin diri sendiri menguatkan lingkaran pengaruh. Inilah sisi positif ketika menjadi aktivis dalam lingkup kehidupan sosial.
Dimana ada hal-hal positif maka disampingnya akan berdampingan hal-hal negatif. Dunia aktivis juga memiliki sisi ini, sisi yang realita ada dan pernah terjadi, sekurangnya bagi diri pribadi ketika begitu aktif di organisasi internal dan ekternal kampus dari dulu dan juga sering terbawa secara sadar sampai sekarang.
- Lupa akan tugas utama. Ketika kuliah tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar dan menyelesaikan studi secara tepat waktu dengan kemampuan akademik yang dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa aktivis kampus terkadang menyia-nyiakan tugas utama dan terlena dalam hiruk pikuk aktivitas organisasi. Begitu juga dengan tugas utama sebagai anggota keluarga. Apalagi bagi yang telah memiliki keluarga yang menjadi tanggungjawab hidup.
- Lupa akan kesehatan diri sendiri. Penyakit tifus, deman dan juga kelelahan adalah hadiah dari lupa akan kesehatan diri. Juga beberapa penyakit yang terkadang mengundang penyakit lebih parah. Maag adalah dari kebiasaan makan tidak teratur, yang mengundang penyakit lever.
- Lupa investasi kebaikan diri sendiri. Hal ini kebiasaan untuk melakukan aktivitas sedemikian padat dan banyak, namun tidak mengindahkan pengeluaran dan trasisi yang terus menerus yakni memenuhi rongga pernafasan dengan kepulan asap tembakau, yang akhirnya memiliki kentut asap. Sebagaimana seloroh seorang sahabat.
Kemudian bagaimana sebaiknya untuk mengarungi dunia aktivis dan memaksimalkan hal postif dengan mereduksi hal yang negatif. Berikut beberapa hal yang menjadi panduan dan tips.
- Pilihlah aktivitas yang menunjang tujuan hidup. Aktivitas yang mampu memperkaya khasanah diri, pengetahuan dan karir dalam hidup.
- Milikilah manajemen waktu. Hal ini bermanfaat untuk menentukan skala prioritas tindakan dan alokasi waktu. Jangan sampai yang hal yang tidak produktif menjadi lebih utama dari hal yang produktif dan menyia-nyiakan waktu yang berharga.
- Menjaga kesehatan dengan investasi yang mudah dan murah. Hal ini membantu untuk dapat menyelesaikan tanggungjawab utama dalam peran kehidupan sekaligus aktivitas di dunia aktivis. Seperti minum madu setiap hari lebih baik dari minum kopi lebih 3 gelas sehari. Minum air putih 1,5-2 liter sehari dari pada minum energi. Dan masih banyak pilihan bijak lainnya.
Semoga ulasan sederhana ini bermanfaat, bagi kita yang berkecimpung dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Terkhusus untuk anggota Klinik Menulis Universitas Azzahra, Komunitas Cinta Menulis Universitas Bung Hatta dan generasi Insan Akademis, Pencipta yang sekarang berpeluk dengan idealisme seorang anak muda.
Graha Insan Cita, Depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H