Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekayaan Dimanakah Ia Berada?

14 Januari 2011   15:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan sejauh apapun akan memiliki tujuan akhir, diantaranya akan diselangi oleh beberapa pemberhentian. Terkadang ada masanya untuk berpacu di jalan datar tanpa perlu untuk menginjak rem. Kendaraan mampu di pacu pada kecepatan maksimum, bagi kita yang sering menikmati jalan tol akan merasakan kemudahan.

Namun dalam perjalan juga terdapat tikungan tajam diantara jurang yang dalam. Disinilah kebutuhan keahlian dan kemampuan diuji. Banyak yang sukses berada dalam kondisi stabil dijalanan datar. Namun banyak yang tidak mampu berada dalam perjalanan tanjakan kehidupan atau penurunan.

Menempuh perjalanan bagi setiap orang selalu berbeda satu sama lain walau dalam ruang waktu yang sama. Ada yang mengalami perjalanan sulit terlebih dahulu. Banyak kisah-kisah heroik dan menginspirasi banyak orang untuk dapat teguh. Perjalanan tersebut menempa menjadi pribadi yang memenangkan setiap tantangan. Memberikan pembelajaran kesyukuran kala berada dalam kelancaran hidup. Tidak sedikit yang mengalami perjalanan dari yang mudah. Terlahir dari keluarga mapan dan nyaman tanpa ketakutan akan kekurangan. Kisah kehancuran dalam perjalanan dari jalan datar terasa amat jarang terdengar.

Tulisan ini lahir dari perjalan hari ini dari Pasar Minggu Jakarta selatan ke Desa Gadog Mega mendung Bogor untuk bertemu dengan sosok yang membesarkan lele sangkuriang. Bertemu dengan Abah begitulah namanya akrab dipanggil. Sosok yang sederhana, lugas dan kocak. Bagi yang pertama bertemu dengan beliau sering dikerjai dengan mengatakan bahwa beliau bukanlah Bapak Nasaruddin. Perjalanan ini menelusuri kehidupan masyarakat ruang waktu yang sama namun memberikan pembelajaran yang teramat banyak.

Dalam kenikmatan menikmati perjalanan dengan kereta api ekonomi, berbagai aktivita kehidupan berjalan. Pedagang dengan aneka jenis dagangan menawarkan, banyak motif namun tidak terlepas dari mencari kekayaan. Mengambil selisih margin yang tipis dari harga pembelian di pedagang grosir. Beberapa wajah telah lama menjadi penghuni kereta api super mall.

Masih dalam perjalanan kita akan mendapati sebuah keterasingan kala pergi sendiri diantara ramainya penumpang. Berbalas senyum jarang terjadi, seakan senyum itu mahal dan terkadang dicurigai.

Namun bertemu dengan sosok yang mampu melahirkan sebuah kekayaan yang muncul dari kemaun untuk berbagi dan menginspirasi. Memberikan obat untuk perihnya kekayaan harta dan juga kekayaan kekuasaan yang telah menggerus kehidupan maha kaya dari Rabbul' alamiin.

Tiga jenis kekayaan

Pertama, kekayaan materi. Dimana orang mempunyai beberapa asset yang berlambangkan rumah, mobil, properti, saham dan benda riil yang terlihat. Kekayaan ini menjadikan orang sering merasa miskin ketika telah di belenggu oleh nafsu penguasaan. Saudara sekandung menjadi musuh, Anak menjadi bumerang bagi orang tua. Negara menjadi miskin oleh manusia tamak.

Kedua, Kekayaan ilmu. Kemampuan untuk mengetahui, memahami, memformulasikan sesuatu dan melahirkan banyak kemudahan dan juga derejat dalam kehidupan. Kekayaan ilmu didapat dari pembelajaran sepanjang hidup dan kemauan untuk terus belajar. Disinilah banyak lahir pribadi-pribadi agung yang sering disampaikan dalam pepatah "Makin berisi makin merunduk". Dengan kekayaan ilmu orang mampu untuk memberikan pengarahan, membimbing ke arah yang lebih baik dan juga berkorban untuk kemaslahan umum.

Ketiga, Kekayaan keturunan. Bagi yang berasal dari orang-orang biasa silsilah keturunan adalah sesuatu yang tidak begitu berpengaruh. Namun akan berbeda bila berada pada keturunan terpandang, priyayi atau bangsawan atau barangkali keturunan penguasa. Banyak yang membanggakan kekayaan keturunan untuk menghinakan keturunan lainnya. Kisah pilu para tenaga kerja pada sektor rumah tangga adalah bentuk nyata sebuah kekayaan keturunan bersanding dengan kekayaan harta menjadi petaka kemanusiaan.

Dan alangkah indahnya kekayaan ilmu menjadi dikomandoi oleh hati nurani membimbing kekayaan harta, keturunan untuk menjadi kaya sebenarnya. Orang kaya adalah manusia yang mampu berbagi dan terus berbagi dan mendorong orang lain untuk berbagi.

Inilah catatan perjalanan sederhana, semoga bermanfaat

Kesu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun