Mohon tunggu...
Muhammad Yunus
Muhammad Yunus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kemandirian Pilar Dalam Kebersamaan Saling Berpadu

Penggiat Ekonomi Syariah terapan, dan Pertanian Organik Terpadu berbasis Bioteknologi. Sehat Manusia, Sehat Pangan, Sehat Binatang, Sehat Tanah, Air dan Udara.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Calon Presiden dan Wakil Mari Belajar ke Serumpun Padi

25 Mei 2014   20:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tumbuh sendiri adalah kecelakaan diri. Karena petani telah lama menanti. Karena air irigasi yang tidak lagi menggenangi. Air sungai dan kali telah lama tercemar oleh kesombongan yang terus meninggi. Demi mengejar yang bernama gengsi.

Padi tumbuh bersama dari hari kehari. Mengeluarkan warna hijau alami. Menyejukkan mata petani dan pendatang yang sering melahirkan wajah berseri. Rumpun yang tumbuh tanpa mesti merusak teman yang juga tetangga baik hati. Tidak saling menyikut apalagi saling memerangi. Bila angin datang dari timur kami bergoyang seirama dengan tak bediri. Bila angin berhembus dari barat kami bergerak tanpa pernah kehilangan hati dan prinsip diri untuk tetap bediri.

Kala godaan untuk rebah oleh angin puting beliaung yang menguji. Serumpun padi akan melahirkan generasi. Generasi pelanjut yang siap berdiri untuk mengganti. Karena masih ada akar yang terus menancap kedalam bumi secara rapi

Selalu memberi arti dan hikmah berseri.

Serumpun padi selalu menjadi perhatian yang masih memiliki hati. Mendatangkan gelar akademik bergengsi. Menciptakan lapangan pekerjaan baru yang penuh dengan uang sepeti. Jaringan persahabatan yang selalu tidak enggan berbagi. Karena tumbuh dari tempat dan prinsip masing-masing tanpa mesti menyakiti.

Bila ada yang datang merusak serumpun padi tidak pernah dengki. Karena karunia Ilahi lebih memiliki arti. Hijau daun menjadikan mata sejuk bagi hati yang berkarat besi. Kuning buah padi mendatangkan rezki dari petani hingga penjual nasi.

Namun, kami cemburu bila datang beras dari tetangga yang lebih bergengsi. Lewat kebijakan presiden yang memiliki taji. Mampu menjadikan petani mati dalam hidup dalam ekonomi. Wahai para calon pelayan negri. Datanglah kesawah petani dan bergurulah kepada padi yang terus berdiri dan terus berbagi.

Dan serumpun padi selalu senang hati untuk dipuji atau pun dicaci maki. Karena itulah perilaku para petinggi dan penyanjung kekuasaan tak berhati. Hanya bisa tebar hama yang merusak daun hijau rumpun padi. Menghancurkan tanah kami yang telah banyak memberi.

Karena dari serumpun padi berbuah dan menjadi nasi bagi anak negri, tetap memberikan kekenyangan dan energi. Dan jangan lupa bahwa serumpun padi selalu datang dengan penuh arti dan memberikan wajah cerah berseri bagi para petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun