Mohon tunggu...
Frengki Nur Fariya Pratama
Frengki Nur Fariya Pratama Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pecinta naskah Jawa di Sradhha Institute, berdikusi sastra di Komunitas Langit Malam.

Menjadi Insan yang mampu berkontribusi terhadap negara dan masyarakat adalah ideologis manusia yang menghamba kepada Sang Khaliq

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Gurat Usang untuk Harapan yang Gemilang

14 September 2020   14:26 Diperbarui: 14 September 2020   14:41 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto kelompok kajian-manuskrip bersama fasilitator Sinta Ridwan dan salah satu juri kajian Afrizal Malna) dokpri

Kami pun berlanjut melakukan diskusi dengan fasilitator kami Teh Sinta Ridwan, yang juga seorang filolog amatir. Satu-satunya solusi dari diskusi panjang itu memang kita harus menuruti kehendak sang ahli waris. Tentu, biaya dan segala peralatan penunjangnya yang menjadi permasalahan dalam benak kami. Lalu, kami berinisiatif untuk melakukan lobby dengan pemerintah bersangkutan. Dan yang terjadi? Nihilisme.

Pasrah dan dongkol di hati. Kami menempuh jalan buntu. Perasaan ketidakbergunaan manuskrip di zaman sekarang semakin meronta untuk memenangkan perang konsistensi kerja sosial kami. Tak ada sambutan melegakan dari para pemangku kebijakan daerah. Limbung, tak lagi punya rumah berteduh atas pengkajian yang selama ini kami lakukan.

Dalam kegiatan KMKB itu saya mendapatkan curahan hati yang sama dari seluruh kelompok kajian manuskrip. Kami perlu dukungan dan sokongan untuk mengkaji manuskrip salah satu materil pijakan awal untuk melangkah. Untuk melihat kebudayaan yang nyatanya sangat kompleks, manuskrip.

Ketika kita bejumpa dengan kalangan tua dan masyarakat umum, selalu bilang "Wah, langka ya! Kalian masih mau mengkaji aksara rumit ini!" Dalam hati saya, bukan masalah langka atau tidaknya, namun kami butuh dukungan lebih untuk bergerak.

Ketika ungkapan itu muncul, hati kecil saya selalu menjawab "Coba saja anda itu langsung bilang, aku bisa bantu apa?" Itu yang mengurangi pesimistis kami. Bukan hanya berhenti pada pemujaan kelangkaan.

Hingga saat ini, kami para kelompok pengkaji manuskrip di KMBK masih menjaga simpul. Selalu berkabar akan eksistensinya di masing-masing daerah. Berkabar kelanjutan pengkajian. Menjadi kelompok persaudaraan yang kami namakan "Filolog muda KBKM 2019".

Entah sampai kapan kami akan bertahan. Pastinya, kami tetap konsisten menjaga warisan budaya nenek moyang ini. Komunitas saya, Sradhha Institute pun masih melakukan pengkajian dan penyebarluasan ke seluruh pelosok negeri dengan keterbatasan kami.

Keterbatasan alam pengalaman kami sebagai anak muda pun menjadi kendala yang harus tetap kami cari ujung benang ruwet-nya. Sekian tahun berkegiatan, sekian tahun melakukan diskusi dengan berbagai kalangan generasi sebelum saya. Terkadang saya sendiri berpikir, mengapa para generasi tua sebelum saya malah bertanya prihal kebudayaan yang seharusnya alam pikiran mereka menyimpannya.

Saya sebagai anak muda sejatinya butuh asuhan dari mereka para generasi tua. Namun, berbicara kebudayaan kami berposisi sebaliknya. Saya sendiri mengimajinasikannya seperti kebo nyusu gudel (Kerbau menyusu pada anaknya).

Terlebih saya sebagai anak muda yang berharap ada generasi sebelumnya mencerna berbagai warisan budaya nusantara. Dan mengajarkannya kepada saya. Lebih satire lagi, saya meminjam cerita yang telah umum didengar "Kisah Malin Kundang" Saya mengatakan apakah ini yang dinamakan "Seorang ibu yang durhaka kepada Maling Kundang" atas peminggiran kebudayaan sebagai identitas bangsa.

Harapan saya, ada sinkronisasi dari berbagai pihak baik pusat maupun daerah atas amanat hasil dari kegiatan KBKM 2019. Lalu, menjalankan UU No 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan dengan sebaik-baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun