“Aku hanya ciptaan-NYA, begitu juga dengan hamparan yang kau lihat di kaki langit itu sekarang. Kami hanya makhluk, sama seperti kau. Ada sang Maha Bijak dan Maha Sayang yang bisa kau tanyai tentang betapa hebatnya dirimu diantara curamnya lika-liku kehidupanmu. DIA yang selalu tersenyum walau kau meninggalkanNYA dalam keriangan. DIA yang Maha Sabar menunggu kau menemuinya merengek, minta penjelasan tentang rumitnya hidupmu, di sepertiga malam terakhir setiap hari, walau kau tak pernah datang menemuinya. Maka teduhilah dirimu dengan remang cahaya kasih sayang-NYA. Sungguh peraduanku sudah dekat. Aku ingin tidur...”
Pembicaraan itu pun putus, diiringi tertutupnya tiral kaki langit yang sejak tadi dihinggapi oleh pandangan kosong. Kaki sudah lelah bergoyang. Hati telah tertambal. Terucap salam untuk alam yang senantiasa menjadi biola dengan irama musikalitas terbaik.
Alam selalu bisa melenakan hati...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H