Mendengar istilah Bon Tek Bio, apa yang terbayang di benak Anda sekalian? Selintas mungkin kita sudah bisa menduga bahwa istilah tersebut merupakan bagian dari bahasa China atau Mandarin. Lebih jauh mungkin ada yang menebak bahwa istilah tersebut mengacu kepada tempat ibadah sedulur kita dari etnis Tionghoa. Ya, benar sekali Bon Tek Bio merupakan nama dari sebuah klenteng, bahkan yang tertua di Kota Tangerang, Provinsi Banteng.
Klenteng Bon Tek Bio tepat berlokasi di Jalan Bakti No. 14 , Kawasan Pasar Lama Kota Tangerang. Bangunan klenteng yang anggung dengan dominasi warna merah ngejreng tersebut konon dibangun pada tahun 1684. Bon Tek Bio dapat diartikan sebagai klenteng kebajikan. Kata bon atau boen bahkan sering disetarakan dengan makna perdaban, kelemahlembutan, kesopanan, juga kebajikan.
Keberadaan klenteng Bon Tek Bio tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kaum China Benteng di wilayah aliran sungai Cisadane. Konon di samping merupakan anak keturunan bangsa Tionghoa yang terdampar di Teluk Naga pada abad ke-16, sebagian diantara mereka merupakan anak cucu warga Tionghoa yang menyingkir dari Batavia akibat pertikaian etnik dan pembunuhan besar-besar oleh pemerintah Kompeni Belanda pada waktu itu.
Berada di sisi timur sungai Cisadane, akses utama ke klenteng Bon Tek Bio kini hanya merupakan sebuah gang yang cukup sempit dan padat. Namun di ujung Jalan Bakti tersebut, kegagahan bangunan klenteng yang khas dan unik tidak tersembunyikan. Tempat ini senantiasa ramai oleh ummat Kong Hu Cu maupun Budha yang bersembahyang. Puncak keramaian tersebut biasa terjadi pada saat hari-hari menjelang Tahun Baru China atau yang kini dikenal sebagai Hari Raya Imlek.
Memasuki gerbang utama di depan klenteng, kita akan mendapati pelataran yang pada saat perayaan Imlek justru berganti nuansa dengan ratusan lilin merah besar dan kecil. Di sisi kiri pelataran terdapat lonceng dari besi tembaga yang ditunggui oleh seekor singa jantan. Menapaki sisi kiri tersebut, kita dapat langsung memasuki bagian dalam sisi kiri, belakang dan kanan yang merupakan ruang-ruang khusus untuk bersembahyang. Beberapa pujaan menempati ruang-ruang berukuran sedang dengan akses pintu masuk berupa relung-relung pintu penghubung berbentuk semi lingkaran yang sangat menawan.
Terkait dengan klenteng Bon Tek Bio, keberadaan sungai Cisadane di sisi baratnya merupakan sebuah gambaran keberadaa naga sebagai simbol kemakmuran tadi. Sungai mengalirkan kemurahan anugerah alam berupa kelimpahan air dari mata air di puncak gunung hingga ke sisi hilir di muara laut. Konon secara filosofis geografis, Bon Tek Bio tidak bisa dilepaskan dari keberadaan klenteng Bon San Bio maupun klenteng Boen Hay Bio yang juga berada tidak jauh dari sisi tepian sungai Cisadane.
Klenteng Bon San Bio terdapat di kawasan Pasar Baru, tepat di sisi barat aliran Cisadane. Di samping keanggunan patung Dewi Kwan Im setinggi hampir tiga meter, di klenteng tersebut juga terdapat latar lukisan berwujud gunung. San, dalam bahasa China memang bermakna gunung. Klenteng Bon San Bio merupakan perlambang gunung yang dimaknai sebagai harapan atau sumber mata air kebaikan dan kebajikan setinggi gunung.
Di sisi lain, tempatnya di wilayah Karawaci terdapat sebuah klenteng yang bernama Boen Hay Bio. Klenteng ini konon sudah berdiri semenjak tahun 1694. Di klenteng ini terdapat patung kepiting raksasa. Kepiting merupakan perlambang hewan atau makhluk laut. Boen Hay Bio memiliki makna filosofis sebagai kebaikan seluas samudera.
Konon ketiga buah klenteng keramat tersebut berada pada sebuah garis imajiner yang tepat lurus dalam bentang jarak 16 km. Simbolisasi puncak gunung, aliran sungai dan muara laut lepas diwujudkan dengan keberadaan klenteng Bon San Bio, Bon Tek Bio, dan Boen Hay Bio. Dengan demikian, Bon Tek Bio memiliki peranan sebagai sentral atau pusat dari tiga titik klenteng di tepian sungai "naga" Cisadane. Klenteng sendiri memiliki peran sentral sebagai tempat ibadah, sekaligus sebagai tempat berkumpul warga untuk berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan, dan juga tempat menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan.
Belum sempat mengunjungi klenteng Bon Tek Bio? Monggo sekali-kali sempatkanlah mampir di Kota Tangerang, tepatnya di tepian sungai Cisadane. Anda tidak akan menyesal dengan kemagahan, keanggunan dan nilai filosofis yang dapat memperkaya wawasan dan pengalaman hidup Anda.
Ngisor Blimbing, 30 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H