Kota Cirebon merupakan salah satu titik penting pada jalur perlintasan kereta api utama di pulau Jawa. Para sedulur yang pernah menggunakan jasa angkutan kereta api dari Jakarta ke Jawa Tengah maupun Jawa Timur, tentu pernah melintasi stasiun Kejaksan di pusat kota Cirebon. Tepat di ujung timur stasiun ini, para penumpang kereta dapat menikmati sajian pemandangn berupa sebuah bangunan dengan gaya arsitektur yang sangat mencolok dan menimbulkan decak kagum di dalam dada setiap orang yang memandangnya. Bangunan yang saya maksudkan tersebut adalah Masjid Raya At Taqwa Kota Cirebon.
Bagian struktur Masjid At Taqwa yang langsung menampakkan keindahannya dari balik jendela kereta adalah menara dan kubah masjid. Dua bagian atap masjid tersebut memadukan dua gaya arsitektur dengan porsi dan komposisi yang sangat seimbang sehingga menghasilkan paduan akulturasi antara bentuk atap tumpang khas Jawa dengan menara bergaya Timur Tengah yang menjulang tinggi. Masing-masing pucuk menara maupun atap tumpang dihias dengan kubah mungil dengan kilauan warna emas. Gaya khas ini mengingatkan kita kepada kemilau emas di Masjid Kubah Emas Depok.
Jika sesekali kita berkesempatan untuk benar-benar mampir di Masjid At Taqwa Cirebon ini, tentu ketakjuban kita kepada masjid tersebut akan benar-benar lengkap dan utuh. Sisi depan Masjid At Taqwa dapat diakses dari Jalan R.A. Kartini maupun Jalan Siliwangi yang merupakan jalan utama di pusat Kota Cirebon. Tepat di pinggiran ujung selatan Jalan Siliwangi, kita akan mendapati sebuah gapura bergaya kolonial dengan busur lengkung setengah lingkaran bertuliskan “Alun-Alun Kejaksan”. Dan memang jika kita melewati gapura tersebut, kita akan memasuki sebuah lapangan rumput yang cukup luas, itulah Alun-Alun Kejaksan.
Meskipun tidak mengadopsi secara penuh konsep tata ruang sebuah kota pusat pemerintahan peninggalan kerajaan-kerajaan terdahulu di pulau Jawa, dimana alun-alun menjadi pusat denyut nadi kehidupan sebuah kotapraja dengan keberadaan keraton di sisi selatan, masjid di sisi barat, kejaksaan atau penjara di sisi timur dan pasar di sisi utara, namun pengaruh tersebut muncul juga dalam pengaturan tata letak bangunan Masjid At Taqwa Cirebon.
Setelah melintasi Alun-Alun Kejaksan ke arah barat, segera pengunjung akan dibawa memasuki pelataran Masjid yang dilengkapi dengan beberapa taman yang tertata apik, lengkap dengan pohon kurma khas Timur Tengah yang dipadu dengan beberapa jenis bunga-bungaan yang beralaskan rumput hijau menyegarkan mata. Hal ini memberikan kesan kerapian dan kesejukan yang semakin membawa suasana damai di hati setiap jamaah yang mampir di masjid ini.
Dari beberapa sumber terpercaya dikisahkan bahwa Masjid At Taqwa sebenarnya sudah dibangun semenjak tahun 1918. Julukan awal masjid ini adalah Tajug Agung Cirebon. Istilah masjid agung sendiri sudah melekat erat kepada Masjid Agung Sang Cipta Rasa di lingkungan Keraton Kasepuhan peninggalan Sunan Gunung Jati. Tajug Agung Cirebon pernah dipugar pada tahun 1951. Atas inisiatif RM. Arthatha selaku Kepala Kantor Urusan Agama Cirebon, dalam pemugaran tahun 1963 Tajug Agung Cirebon diubah namanya menjadi Masjid At Taqwa hingga kini. Perkembangan dengan beberapa kali renovasi dan perombakan total struktur bangunan, akhirnya menghasilkan sebuah bangunan yang terbilang masih sangat baru. Sentuhan teknologi modern dalam pengerjaan unsur sipil bangunan menjadikan bangunan masjid yang masih baru ini nampak kokoh dan tangguh. Konon bangunan indah ini menelan dana hingga 9,8 M rupiah.
Badan bangunan Masjid At Taqwa jika dilihat dari sisi luar nampak sangat kental pengaruh gaya Timur Tengahnya. Bentuk bangunan berupa kotak persegi dengan pilar-pilar yang berdiri tegak sebagai penopang struktur bangunan nampak mendominasi berbagai sisi masjid. Diantara masing-masing pilar dilengkapi dengan relung-relung pintu maupun jendela besar yang dilengkapi dengan lubang-lubang angin yang memiliki fungsi ganda, sebagai pengatur sirkulasi aliran udara dan sebagai penghias dinding masjid.
Di dalam menara tertinggi tersebut terdapat akses tangga yang dapat mengantarkan pengunjung untuk naik ke lantai tingkat 13 di dalam menara. Dari tempat ini, pengunjung dapat dengan leluasa melepaskan pandangan ke segenap penjuru kota Cirebon. Untuk dapat menaiki puncak menara masjid ini, pengunjung dikenakan retribusi Rp. 3.000.
Adapun ruang utama di dalam masjid merupakan ruang ibadah yang di bagian tengahnya terdapat empat buah saka guru. Jika di Masjid Agung Demak, masing-masing saka guru memiliki arti yang sangat mendalam karena dibuat oleh empat sunan ternama (Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunang Kalijaga dan Sunan Gunung Jati), maka saka guru di Masjid At Taqwa ini hanyalah berupa cor-coran beton bertulang besi yang menopang bangunan secara keseluruhan. Tepat di tengah keempat saka guru, tergantung lampu kristal yang menimbulkan efek prismatis yang semakin menambah kesyahduan suasana masjid di kala malam tiba. Untuk memperluas kapasitas jamaah sholat lima waktu, di sisi utara dan selatan ruang utama dibuat ruangan lantai dua yang berfungsi juga sebagai tempat sholat. Secara keseluruhan ruang sholat di masjid ini mampu menampung jamaah hingga 5.500 orang.
Sebagai masjid besar yang melayani ummatnya, semenjak dahulu selepas sholat lima waktu, di masjid ini senantiasa dihidangkan minuman jahe hangat kepada semua jamaah yang memakmurkan masjid. Lama-kelamaan hidangan wedang jahe hangat tersebut hanya dibagikan pada saat hari-hari besar tertentu maupun pada waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan. Namun demikian, pada saat saya berkesempatan sholat jamaah Maghrib di masjid ini, terlihat hamparan rak-rak gelas yang diisi dengan minuman teh hangat yang diminum oleh banyak jamaah selepas sholat selesai ditunaikan.
Masjid At Taqwa tidak hanya sekedar memiliki fungsi sebagai tempat ibadah mahdzah semata. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya bangunan Islamic Center di sisi timur bangunan utama masjid. Bangunan yang cukup luas tersebut berfungsi sebagai pusat kajian keislaman maupun kegiatan sosial keagamaan yang lainnya, seperti pengajian, seminar, hingga kursus baca tulis Al Qur’an. Bahkan Alun-Alun di depan masjid juga seringkali difungsikan untuk berbagai kegiatan pengembangan kepemudaan maupun kemasyarakatan, mulai dari olah raga, latihan baris-berbaris, hingga drumb band dan pencak silat. Masjid At Taqwa nampak sekali ingin memfungsikan diri sebagaimana Masjid Nabawi yang dibangun Rasulullah sebagai pusat kegiatan sosial keagamaan dalam rangka membina ummat Islam dan menegakkan panji-panji peradaban Islam di muka bumi.
Penasaran dengan Masjid Raya At Taqwa di Kota Cirebon? Silakan sekali-kali mampir dan nikmati kharisma, serta daya magisnya.
Ngisor Blimbing, 31 Maret 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H