Tragedi Sukhoi? Lagi-lagi catatan kecelakaan pesawat udara di Nusantara bertambah. Kali ini menimpa Sukhoi Superjet 100, sebuah pesawat penumpang super canggih produk baru dari Rusia. Pesawat yang tengah melakukan ekspedisi promosi ini menabrak tebing Cijeruk di lereng gunung Salak, wilayah Bogor, Jawa Barat pada Rabu siang, 9 Mei 2012.
Selintas awal mendengar kabar kecelakaan di televisi, saya hanya ngeh dengan kata-kata “Sukhoi”. Pikiran saya langsung membayangkan pesawat jet tempur milik TNI AU yang kita miliki di beberapa skuadron. Namun betapa saya sangat terkejut, setelah ditayangkan di layar televisi, kok bentuk dan penampakannya berbeda? Rupanya pabrikan Sukhoi, yang memang terkenal sebagai produsen utama pesawat tempur untuk kebutuhan militer sedang mengembangkan produk baru untuk kebutuhan penerbangan sipil. Dan saat ini mereka tengah mempromosikan pesawat Sukhoi Superjet 100, sebuah jenis pesawat penumpang berkapasitas sedang.
Melihat tayangan di televisi tersebut, kesan yang saya rasakan, kok pesawatnya berlagak kemlinthi. Bagaimana tidak, berbeda dengan pesawat penumpang yang lain saat melakukan take off, senantiasa tenang dan membentuk sudut peluncuran yang landai. Sedangkan si Sukhoi satu ini, begitu take off dari landasan sudah memnpertunjukkan aksi akrobatik dengan sudut luncuran yang lebih tegak. Beberapa detik setelah mengudara, pesawat langsung bermanuver goyang kanan-kiri, lenggak-lenggok, bahkan lebih mirip pesawat tempur. Walhasil, seolah-olah pesawat ingin menunjukkan kecanggihannya. Tetapi kok yang saya rasakan, pesawat tersebut terlalu nggaya, gemagus, bahkan ada kesan jumawa.
Pada awalnya saya tidak terlalu paham bahwa memang Sukhoi Superjet ini sengaja berdemo dalam rangka penerbangan promosi. Setelah menyimak lebih jauh berita terkait dengan lebih komplit, rupanya mereka sedang “beraksi” untuk memukai para penumpang dan semua calon pembeli mereka.
Rupanya sang pilot memang pilot jagoan yang diakui sebagai pilot penguji pesawat terbaik di negaranya. Adalah Alexander Yablontsev, pilot berpengalaman kelahiran Warsawa, Polandia itu telah menerbangkan 221 jenis pesawat. Pria kelahiran 3 April 1955 itu juga telah mengantungi lebih dari 14 ribu jam terbang.
Riwayat pendidikannya, Yablontsev lulus dari Higher Military Pilot School, Armavir pada tahun 1976. Pada tahun 1985, Yablontsev menyelesaikan pendidikannya di Soviet Air Force Test Pilot School di Akhtubinsk. Masih di tahun yang sama, Yablontsev lulus dari Moscow Aviation Institute.
Pada tahun 1989, Yablontsev menyelesaikan serangkaian pendidikan di Sekolah Pilot Penguji Angkatan Udara Uni Soviet atau Soviet Air Force Test Pilot School. Yablontsev juga tercatat pernah mengikuti pelatihan di tim kosmonaut alias penerbang pesawat ulang-alik pada Maret 1989-April 1991. Selama tujuh tahun yakni tahun 1989-1996, dia bergabung dalam korps kosmonaut. Namun dia belum pernah menerbangkan pesawat ke luar angkasa.
Pada tahun 1997, Yablontsev pensiun dari kedinasan militer dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel Angkatan Udara Rusia. Maka sejak 1998, dia menjadi pilot untuk maskapai Transaero-Airline. Pekerjaan itu dijalaninya hingga 1999. Yablontsev juga menjadi pilot untuk maskapai Transevropskiye Aviliniy Airline. Selanjutnya, Yablontsev bergabung ke Sukhoi sebagai pilot penguji pesawat komersial. Sebelum membawa Sukhoi Superjet 100 ke Indonesia, Yablontsev telah terlebih dulu menerbangkan pesawat komersial terbaru Rusia itu ke Kazakhstan, Pakistan dan Myanmar untuk melakukan demo penerbangan. Demo penerbangan di ketiga negara tersebut berlangsung sukses.
Namun rupanya, takdir berkata lain di Indonesia, menjelang sore terdengar kabar terbaru bahwa pesawat Sukhoi Superjet 100 yang mengudara dari bandara Halim Perdanakusuma itu hilang! Serius? Ternyata memang demikian adanya. Berita lebih mengundang rasa penasaran karena diduga pesawat hilang di daerah gunung Salak. Bahkan lebih lanjut dikabarkan pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak gunung Salak! Lagi-lagi gunung Salak! Berapa pesawat yang mengalami tragedi di gunung ini? Apa salahnya gunung Salak?
Gunung Salak sudah pasti tidak bersalah. Gunung Salak telah berdiri tegak mungkin jauh sebelum peradaban manusia terlahir. Gunung adalah anugerah alam yang diciptakan Tuhan sebagai penopang dan pilar keseimbangan kehidupan. Gunung tinggi melengkung membawa pesan agar tiada ketinggian hati pada setiap jiwa manusia. Meskipun manusia mampu melampaui ketinggian gunung dengan pemanfaatan teknologi, seperti pesawat terbang, namun sejatinya manusia hanyalah makhluk lemah yang mudah terjebak kepada sikap tinggi hati. Belajarlah kepada sang gunung yang senantiasa merenung. Dalam perenungan yang dilakukan oleh setiap gunung, mereka berdzikir mengagungkan kebesaran Tuhan.
Maka pelajaran terpenting yang bisa dipetik adalah agar manusia jangan pernah bersikap tinggi hati dan sombong, sikap kementhus, gumagus, dan jumawa. Meskipun telah mengantongi predikat pengalaman panjang, pilot terbaik, dan semua pengetahuan serta keahlian dalam mengendalikan pesawat, pilot tetap manusia biasa. Manusia biasa tidak bisa lepas dari khilaf dan lupa. Maka berhati-hatilah dalam setiap langkah dan tidak lupa bertawakal kepada Tuhan. Itulah kunci keselamatan hidup!
Ngisor Blimbing, 12 Mei 2012
Riwayat sang pilot diambil dari sini: http://news.detik.com/read/2012/05/12/124746/1915580/10/terbangkan-221-jenis-pesawat-pilot-sukhoi-miliki-14-ribu-jam-terbang?9911012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H