Karut marut  dalam penyelenggaraan ibadah haji 2023
Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Setiap tahun, jutaan umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di tanah suci Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Namun, ibadah haji tidak selalu berjalan lancar dan tanpa kendala. Ada banyak permasalahan yang bisa terjadi selama proses penyelenggaraan ibadah haji, baik dari sisi pemerintah maupun jamaah.
Pada tahun 2023, Arab Saudi akan menormalisasikan penyelenggaraan ibadah haji setelah sebelumnya dibatasi akibat pandemi Covid-19. Kuota jamaah haji Indonesia akan kembali seperti sebelum pandemi, yaitu sekitar 214 ribu orang. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia dalam memberangkatkan dan melayani jamaah haji dengan baik.
Akhir akhir ini terdengar isu isu dari pelayanan ibadah haji yang kurang memadai, sehingga menyebab kan para jamaah banyak yang terlantar dan mengalami kurangnya pelayanan dari para tours, dan banyak jamahhh yang tidak terbawa ke Musdalifah dikarenakan bus nya terbatas.
Selain itu juga banyak para jamaah yang mengalami keterlambatan, yang disebabkan karena kemacetan, Ibadah haji di tahun 2023 kali ini jadi sorotan, Selain Jemaah yang telantar, isu pemondokan yang kurang memadai juga mengemuka. Tak hanya itu, Kebutuhan pokok Jemaah Haji atau makanan juga disebut sangat terlambat datang. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa karut-marut penyelengaraan Ibadah Haji terjadi justru setelah biaya naik haji meningkat?
 terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh jamaah haji Indonesia pada tahun 2023, antara lain:
- Transportasi yang terlambat. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah keterlambatan transportasi yang mengangkut jamaah haji dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, pada tahun 2023, banyak jamaah haji Indonesia yang terlantar di Muzdalifah karena bus yang mengantarkan mereka ke Mina mengalami kemacetan yang sangat parah. Hal ini menyebabkan jamaah haji harus menunggu di bawah terik matahari dan kekurangan pasokan makanan dan minuman.
- Tenda yang melebihi kapasitas. Selama ibadah haji, jamaah haji harus menginap di tenda-tenda yang disediakan oleh pemerintah Arab Saudi di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Namun, pada tahun 2023, terdapat beberapa tenda yang melebihi kapasitas, sehingga jamaah haji merasa sesak dan tidak nyaman. Selain itu, beberapa tenda juga mengalami kerusakan, seperti bocor atau tidak berfungsi.
- Konsumsi makanan. Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh jamaah haji selama ibadah haji. Namun, pada tahun 2023, terdapat beberapa keluhan dari jamaah haji Indonesia mengenai konsumsi makanan, khususnya menjelang dan sesudah Armuzna. Beberapa jamaah haji mengeluh bahwa makanan yang disajikan tidak sesuai dengan selera, tidak higienis, tidak cukup, atau terlambat datang. Hal ini menyebabkan jamaah haji merasa tidak puas dan kurang bergizi.
- Akomodasi yang melebihi kapasitas. Selain tenda, jamaah haji juga harus menginap di hotel-hotel yang disediakan oleh pemerintah Indonesia di Mekkah dan Madinah. Namun, pada tahun 2023, terdapat beberapa hotel yang melebihi kapasitas per kamar, sehingga jamaah haji harus berbagi kamar dengan orang lain yang tidak dikenal. Hal ini menyebabkan jamaah haji merasa tidak nyaman dan tidak aman.
- Jumlah toilet yang tidak sebanding. Toilet adalah salah satu fasilitas penting yang harus ada di setiap tempat penginapan jamaah haji. Namun, pada tahun 2023, terdapat beberapa tempat yang jumlah toiletnya tidak sebanding dengan jumlah jamaah haji, sehingga jamaah haji harus antri lama untuk bisa menggunakan toilet. Hal ini menyebabkan jamaah haji merasa tidak nyaman dan tidak sehat.
- Fasilitas untuk jamaah lansia kurang optimal. Jamaah haji Indonesia tidak hanya terdiri dari orang-orang muda, tetapi juga orang-orang lansia yang sudah berusia lanjut. Jamaah haji lansia membutuhkan perhatian dan fasilitas khusus yang berbeda dengan jamaah haji muda. Namun, pada tahun 2023, terdapat beberapa fasilitas untuk jamaah haji lansia yang kurang optimal, seperti tidak adanya pendamping, tidak adanya kursi roda, tidak adanya lift, atau tidak adanya ruang istirahat.
Permasalahan-permasalahan di atas tentu saja harus segera ditangani dan diselesaikan oleh pemerintah Indonesia dan Arab Saudi agar tidak mengganggu kelancaran dan kenyamanan ibadah haji. Pemerintah Indonesia harus berkoordinasi dengan pemerintah Arab Saudi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan teknis, seperti transportasi, tenda, konsumsi, akomodasi, toilet, dan fasilitas lansia. Selain itu, pemerintah Indonesia juga harus memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada jamaah haji Indonesia agar mereka bisa bersabar, bersikap positif, dan menjaga kesehatan selama ibadah haji. Dengan demikian, ibadah haji bisa berjalan dengan lancar, khidmat, dan bermakna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H