Penyintas siang dan malam
Hingga punggungnya hitam legam
Kau memakai senjata seperti pahlawan perang
Tapi kenapa engkau melarang untuk ikut di medan perang
Sedih menyilet hati
Meliht tangannya tertancap duri
Cinta sebatas tanam dalam diri
Merasa diri tak berarti
Mati dalam dekapan
Ingin mapan
Waktuku sia-siakan
Dalam diam
Mendengar sajakmu terasa sukmamu termakan
Melihat keringatmu terasa ingin menuju ke masa depan
Kau sudah cukup bertahan
Dalam lava dunia yang menjalar
Cukup…
Sudahi semuanya hingga kini aku akan lari sekencang mungkin sampai melihat bahwa masa depan akan terlihat di bawah telapak kaki dan cintanya akan membuat bahagia dalam dekapan
Alwandi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H