Mohon tunggu...
sanggam manalu
sanggam manalu Mohon Tunggu... -

Ingin berbagi pendapat dan perasaan tentang apa saja. Hidup ini begitu sayang hanya dilewatkan sendiri. Banyak teman berbagi hidup akan membuat hidup lebih hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Wajah Sinetron Indonesia

3 Agustus 2010   03:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apa pendapat anda tentang sinetron Indonesia saat ini? Saya yakin banyak diantara kita tidak terlalu minat dengan sinetron Indonesia lagi. Hampir semua sinetron yang pernah saya lihat sekilas (maklum istri saya suka sinetron), walau judulnya berbeda tapi ada kesamaan yang sangat menonjol, sepanjang menyaksikannya hampir bisa kita tebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Menurut pemahaman saya, sinetron Indonesia saat ini memunculkan dua karakter secara ekstrim. Yang satu ada karakter kebencian ekstrim atau "extreme hatred" dan satu lagi adalah karakter terlalu baik atau "extreme kindess".

Dua jenis tokoh ini selalu muncul. pihak yang satu mempunyai tingkat kejahatan yang luar biasa, menekan, menyiksa, rebut kuasa dan harta, mengintimidasi, menipu, dan semua dilakukan tanpa belas kasihan. Lihat saja cara mereka berlakon dengan permainan mimik wajah dan mata yang luar biasa. Pihak satu lagi, selalu ditekan tanpa perlawanan, dibodoh-bodohi, terkesan terima saja, tak berani mengungkap fakta dan kebenaran atas alasan kebaikan.

Saya tidak setuju dengan kedua-duanya. Sinetron terlalu mengekspos kebencian dengan cara berlebih-lebihan dan kebaikan secara berlebih-lebihan. Seperti jauh dari kenyataan sehari-hari, sehingga tidak lagi "make sense".

Biasanya tokoh-nya adalah perempuan. Setelah munculnya dulu sinetron "Bawang putih dan bawang merah" dimana kedua ekstrim ini sangat sempurna digambarkan, maka sampai saat ini seolah-olah sinetron tersebut sangat menginspirasi sinetron selanjutnya. Entah apa yang terjadi. Takkan mungkin para penulis dan prosedur perfilman Indonesia sudah miskin ide untuk menulis kisah yang lebih menarik. Yang menjadi sorotan saya adalah bahwa sinetron seperti ini tidak mendidik sama sekali.

Orang jahat yang terlalu jahat dan orang baik yang bodoh (maaf)...tanpa berani berdiri menyatakan kebenaran. Sungguh tak masuk akal bukan.

Tapi ngomong-ngomong, di Malaysia pun banyak peminat sinetron Indonesia. Kalau rekan2 ada yang punya bakat menulis cerita yang lebih baik kayaknya boleh berkontribusi dalam perfilman Indonesia yang lebih baik.

Maju terus - tetap semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun