Mohon tunggu...
bima wahyu
bima wahyu Mohon Tunggu... -

kuli pabrik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Flash Fiction: Santet

4 Oktober 2010   01:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:45 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat penghitungan surat suara ...

"Surat Suara selanjutnya adalah ... Hah? Apa ini? Kenapa begini?"

"Apa?" tanya saksi A

"Kenapa?" tanya saksi B

"Apa yang terjadi?" tanya saksi C

Tempat penghitungan surat suara langsung heboh. Semua berkerubung. Semua orang menjadi penasaran dan ingin mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Apa?"

"Kenapa?"

"Apa yang terjadi?"

Salah satu surat suara tampak rusak. Gambar sang kepala daerah Incumbent tampak compang-camping. Banyak lobang pada gambar photonya. Mungkin ada puluhan ... mungkin ada ratusan. Semua orang saling berdebat. Semua menyatakan pendapat dan analisanya masing-masing.

"Sah!"

"Tidak sah!"

"Rusak!"

*****

Paginya, berita langsung menyebar karena koran-koran daerah dan nasional mengangkatnya menjadi HL dengan judul berita:

"SANTET DALAM PILKADA" kata media anu-01

"AWAS! SANTET MENGINCAR KEPALA DAERAH INCUMBENT" kata media anu-02

"SIAPA YANG BERMAIN? APA TUJUANNYA?" kata media anu-03

"PILKADA KOTA X LANGSUNG HEBOH KARENA ADA INDIKASI PERMAINAN ILMU HITAM BERBENTUK SANTET." kata media anu-04

Negeri ini langsung heboh. Segera saja, banyak bermunculan orang baru yang merasa sebagai 'ahli' yang  mencoba menganalisa kejadian dalam pilkada itu menurut rasa sok tau-nya masing-masing.

04/10/2010

FF ini lanjutan dari:

http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/10/04/flash-fiction-pilkada/

http://sangasiji.wordpress.com/2010/10/03/flash-fiction-pilkada/

cerita ini juga ada di:

http://sangasiji.wordpress.com/2010/10/04/flash-fiction-santet/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun