Mohon tunggu...
Sang Arka N.J.P
Sang Arka N.J.P Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student Athlete

Atlet yang mengejar Pendidikan nya

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tekanan Media Massa Menjadi Salah Satu Alasan Mental Atlet Sering Turun

28 April 2024   21:46 Diperbarui: 28 April 2024   21:58 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi semakin maju, tetapi semakin banyak hal juga yang dikhawatirkan karena kemajuan teknologi ini. Salah satunya adalah bagaimana media sosial yang merupakan bagian dari kemajuan teknologi, sangat berdampak bagi kondisi psikis dan mental seseorang. Karena kemajuan teknologi ini juga, seseorang bisa secara langsung menyampaikan pesan atau berkomunikasi. Hal ini disebut sebagai media massa. 

Kritikan para netizen yang cukup keras, menghina dan pedas mampu membuat seseorang merasa down dan tidak percaya diri. Hal ini tak terhindarkan dan sering terjadi pada olahragawan yang sedang membangun karirnya. Terkadang mereka bisa saja patah semangat karena ketikan atau comment dari media massa yang seolah-olah membuat nama atlet tersebut menjadi buruk. 

Atlet merupakan profesi yang berfokus kepada kegiatan-kegiatan olahraga yang menggunakan kekuatan, kecerdasan dan juga kesehatan mental di dalam pertandingan ataupun pelatihan yang dilakukan. Namun, atlet biasanya menjadi sasaran empuk media massa apabila tidak tampil memuaskan di dalam pertandingan. Hal ini yang bisa membuat mental seorang atlet menjadi rusak atau tidak terkendali secara emosi dan akhirnya mempengaruhi penampilannya saat bertanding.

Salah satu media yang sangat sering melontarkan komentar pedas adalah media sosial. Komentar-komentar yang dilontarkan biasanya bersifat pedas, menurunkan semangat dan juga berupa hinaan kepada orang tersebut. Terkini, salah satu pilar Timnas Sepak Bola Indonesia U-23 yaitu Arkhan Fikri, mendapatkan hujatan dari para netizen karena gagal mengeksekusi pinalti kemenangan dengan baik saat Timnas Indonesia bertanding melawan Korea Selatan U-23 pada ajang Piala Asia U-23 2024 di Qatar, Kamis malam, waktu Qatar. 

Setelah tendangan pinalti Arkhan melebar ke arah kiri luar gawang, Arkhan langsung dibanjiri komentar netizen pada akun media sosial Arkhan, karena gagal menendang pinalti ke arah gawang. Mirisnya, komentar yang diberikan merupakan komentar pedas, hinaan dan juga hujatan kepada Arkhan karena membuat Timnas Indonesia U-23 harus melanjutkan babak adu pinalti lagi. 

Setelah Timnas U-23 memenangkan laga melalui pinalti Pratama Arhan dan penyelamatan gemilang oleh kiper Ernando Ari yang membuat skor pinalti menjadi 10-11 dan keunggulan kepada Indonesia, akun media sosial Arkhan Fikri masih saja penuh dengan komentar buruk karena gagal pinalti tersebut. 

Semenjak diserang netizen, akun Instagram dari Arkhan Fikri menonaktifkan komentar di beberapa postingan terbaru nya. Karena hingga artikel ini diketik, masih ada saja seseorang yang menghujat Arkhan Fikri. "Seenggaknya penalti ke arah gawang ,Segede gtu Masi aja melenceng" ucap salah satu netizen di salah satu postingan Instagram dari Arkhan Fikri. 

Untungnya salah satu public figure di sepak bola Indonesia, yaitu Justinus Lhaksana atau biasa disapa Coach Justin berpesan untuk berhenti menghujat Arkhan, seperti yang diucapkan pada salah satu video YouTube terbaru nya. Coach Justin berkata "Gue minta tolong kepada netizen tolong jangan bully Arkhan. Messi, Ronaldo, van Basten, semua pemain hebat, pemain besar, pernah tidak memasukan pinalti. Jadi tolong jangan bully Arkhan, justru kita butuh Arkhan. Gue minta kalian mendukung Arkhan biar dia mentalnya naik lagi agar dia nanti siap jika dibutuhkan untuk bermain. Tolong DM (Direct Message) Arkhan, kasih suntikan moral biar dia bangkit lagi." 

Cemoohan dan hujatan dari para netizen ini tentunya bisa membuat mental dari atlet tersebut menjadi turun dan juga merasa bersalah di hadapan publik. Hal ini juga bisa berdampak buruk pada pertandingan-pertandingan selanjutnya yang akan dimainkan. 

Ada tekanan mental dari media massa untuk tetap tampil bagus.  Hal ini membuat atlet tampil under pressure dan hal ini sangat tidak dianjurkan bagi atlet dari cabang olahraga apapun. Karena jika atlet terbiasa dengan tampil dibawah tekanan, hal ini memacu sang atlet merasa dirinya kurang atau suka menyalahkan dirinya karena tampil kurang baik. 

Hal ini terjadi pada Lando Norris, seorang pembalap Formula 1 untuk tim McLaren yang sering menyalahkan dirinya atau self-blaming apabila ia tampil tidak maksimal. Hal ini terjadi karena Norris sering mendapatkan tekanan dari media semenjak tahun 2019 karena statusnya sebagai pembalap wonderkid, debut langsung ke tim  McLaren dan karena Norris juga berasal dari Britania Raya. Britania Raya dikenal sebagai negara yang melahirkan banyak pembalap hebat, contohnya seperti Lewis Hamilton, Jenson Button, dan lain sebagainya.  

Karena ini, Norris digadang-gadang akan menjadi pembalap sukses di masa depan. Tetapi hal ini malah membuatnya sering depresi di luar pertandingan karena tekanan yang diberikan oleh media untuk memaksanya tetap tampil bagus. Beruntungnya, hal ini segera diketahui oleh tim McLaren, sehingga mereka langsung mencoba memperbaiki kondisi kesehatan mental Norris dengan mendatangkan psikiater dan psikolog untuk membantu nya. Hal ini cukup membantu Norris dalam mengatur kondisi mental nya, sebab pada musim-musim selanjutnya, Norris bisa tampil lebih tenang dan teratur.

Namun, sifat self-blaming nya muncul setelah balapan di Russian Grand Prix pada tahun 2021. Pada balapan tersebut, Norris sudah memimpin di posisi pertama dan kemenangan sudah di depan mata. Tetapi di penghujung balapan, hujan pun turun dan Norris membuat keputusan yang salah dengan tidak mengganti ban nya ke ban yang bisa menahan kondisi licin akibat hujan. Hal ini membuat Norris sering merasa depresi apabila ia tampil tidak baik. 

Buruknya, hal ini malah berlanjut kepada kondisi mental Norris yang sering menyalahkan dirinya. Bahkan disaat ia sudah tampil bagus dengan finis di posisi podium, ia tetap menyalahkan dirinya apabila ada kesalahan yang ia lakukan. Tentunya hal ini cukup berdampak buruk pada mental Norris. 

Hingga Chinese Grand Prix 2024 kemarin, Lando Norris belum pernah mencatatkan kemenangan selama karir nya di Formula One. Sepertinya hal ini didorong dengan fakta bahwa Norris sering kurang tenang saat menghadapi balapan karena tekanan dari publik untuk tetap tampil bagus. Apalagi kedatangan Oscar Piastri sebagai pembalap baru McLaren sempat membuat Norris tertekan karena Piastri yang masih muda dan tampil bagus, bisa mengancam Norris sebagai pembalap utama McLaren.

Salah satu contoh yang baik dari penanganan tekanan dari media massa dilakukan oleh atlet voli putri Indonesia, Megawati Hangestri Pertiwi. Mega, sapaan akrabnya, kini menjadi salah satu atlet voli putri terbaik Indonesia. Kini Mega bertanding di Korea Selatan dengan tim Daejeon Red Sparks. Posisi Mega sebagai opposite sempat diragukan. 

Karena posisi opposite tim Red Sparks sebelumnya adalah Inneh Varga, pemain Hungaria yang berhasil mencetak poin tertinggi pada musim 2022/2023. Inneh Varga yang telah meninggalkan tim Red Sparks sempat membuat pendukung Red Sparks bingung, karena tidak ada opposite yang sebagus Inneh Varga untuk musim 2023/2024. 

Akhirnya sang pelatih Ko Hee-jin memilih Mega sebagai pengganti Inneh Varga di posisi opposite. Mega sempat diremehkan karena di tim lain, posisi opposite biasanya diisi pemain asing luar Asia. Tetapi tim Red Sparks malah menggunakan pemain Asia. 

Publik Korea juga sempat pesimis pada Mega karena kualitasnya diragukan bisa menyamai dan melampaui kualitas dari opposite sebelumnya, Inneh Varga. Namun perlahan nama Megawati Hangestri Pertiwi mulai dielu-elukan publik Korea karena ia mulai menunjukkan kualitas nya sebagai opposite kelas atas dengan spike nya yang kerap memakan korban. Mega juga terpilih sebagai MVP putaran pertama dan juga masuk ke 10 besar Top Skor Liga Voli Korea.

Hal ini bisa dibuat contoh untuk atlet-atlet muda Indonesia yang ingin berprestasi di kancah internasional. Tekanan media massa memang terkadang cukup mengganggu kondisi psikis atlet. Maka yang harus dilakukan bagi para atlet, mereka harus berusaha tetap fokus pada tujuan utama mereka sebagai olahragawan meskipun tekanan-tekanan tersebut muncul. Apabila masalah tersebut muncul, sebaiknya atlet tersebut langsung berbicara kepada orang tua mereka sebagai perantara terdekat untuk membantu maslaah mereka. 

Atau bisa juga langsung mendatangi psikolog terdekat untuk membicarakan masalah mental mereka. Untuk para netizen dan media massa, sebaiknya mengurangi cemoohan, hujatan dan juga tekanan yang diberikan. Tanpa mereka sadari, apabila mereka sudah memberi hinaan pada seseorang walaupun online, mereka sudah melakukan tindakan bullying secara online. 

Sebaliknya mereka harus mendukung orang tersebut dalam konteks ini adalah atlet tersebut untuk terus berusaha mencapai dan melebihi potensi nya. Dengan ini, kita bisa menunjukkan mentalitas supporter yang baik dan terus berikan dukungan kepada atlet-atlet muda yang ingin berkembang dan berprestasi bagi negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun