Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Esty Rohmiati, Pengisi Suara Multi Karakter

28 Oktober 2023   10:40 Diperbarui: 28 Oktober 2023   10:53 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Masyarakat bisa menikmati hasil kerja saya, dan saat bekerja saya melakukan dengan bahagia."


Jakarta - Salah satu dari sekian banyak perempuan Indonesia yang berprofesi sebagai Dubber adalah Esty Rohmiati. Perempuan kelahiran Kupang, Nusa Tenggara Timur yang biasa disapa Esty ini, terbilang sebagai pengisi suara multi karakter.

Sejak 2009 menekuni karir, Esty tercatat sudah puluhan kali menjadi pengisi suara berbagai karakter, baik itu di film animasi maupun film realis.

Esty tercatat pernah menjadi pengisi suara untuk karakter atau tokoh bernama Miumiu pada film animasi anak-anak Baby Bus. Esty juga didapuk menjadi pengisi suara tokoh animasi bernama Tony untuk channel Youtube JunyTony. Ada juga karakter bernama Sister pada film animasi anak-anak Super Jojo.

Sumber foto: Pribadi 
Sumber foto: Pribadi 


Selain film animasi anak-anak, Esty juga menjadi pengisi suara untuk film-film India seperti, karakter Harleen dan Yuvi di film Chooti Sardarni yang tayang di Moji TV, Rasyi, Hetal, Meera di film Gopi atau Saath Nibhana Sathiye di Anteve.

Tak ketinggalan, Esty menjadi pengisi suara karakter Mikasa Ackerman di film anime Attack On Titan dan Asuna di Sword Art Online.

Beberapa karakter game online, Netflix, Disney Hotstar, HBO, serta lainnya, juga pernah Esty lakoni sebagai pengisi suaranya.

Sebelum semua karakter tadi didapatnya, Esty menceritakan bagaimana perjalanannya, hingga ia menjadi seorang dubber yang profesional.

Sumber foto: Pribadi
Sumber foto: Pribadi


"Awal mulanya karena sebenernya saya sudah sangat lama ingin bekerja di dunia seni, tanpa harus berjibaku dengan visual secara fisik, tapi tetap bisa bekerja, berkarya, masyarakat bisa menikmati hasil kerja saya, dan saat bekerja saya melakukan dengan bahagia. Bisa bebas tapi tetap profesional. Alhamdulillah di Agustus 2007, Allah beri jalan menuju karir sebagai duber." ujar Esty membuka percakapannya.

Setelah karir sebagai dubber diraih pada 2007, Esty tak lantas menjadi besar. Justru ia butuh waktu selama 2 tahun untuk benar-benar meyakini betul, jika dubber sejatinya memang bisa menjadi sebuah pilihan profesi.

"Secara profesional saya percaya diri mengatakan, saya seorang duber itu di awal tahun 2009. Karena di akhir tahun 2007 - 2008 adalah masa-masa perjuangan untuk bisa melabeli diri dengan sebutan Dubber sebagai profesi." ungkapnya.

Sumber foto: Pribadi
Sumber foto: Pribadi


Pencapaian dalam menapaki karir sebagai Dubber, buat Esty seperti sebuah puncak dimana ia cukup lelah dalam bekerja di luar dunia ini.

"Momentumnya ada pada saat saya sudah sangat lelah dengan berbagai pekerjaan yang sudah pernah saya lakoni sebelumnya, yang tidak mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan batin." paparnya.

Menyertakan Tuhan dalam setiap pekerjaan, Esty percayakan itu betul adanya. Maka setelah menjadi seorang Dubber yang sudah wara-wiri di berbagai program, Esty merasa mantab bahwa profesi ini sebagai mata pencahariannya.


"Saya merasa yakin Dubber bisa dijadikan mata pencaharian utama karena saya yakin Allah selalu menyertai saya dengan segala bentuk perjuangan saya di dunia dubing." katanya lagi.

Sumber foto: Pribadi
Sumber foto: Pribadi


Esty mengaku selama menekuni karir sebagai Dubber, tak sedikit suka dan duka yang ia rasakan. Mulai dari pulang pagi hari hingga bertemu para seniornya, merupakan dinamika yang biasa terjadi di profesi ini.

"Dukanya diawal awal merintis itu tidak mudah langsung mendapat kepercayaan untuk memerankan suatu peran atau karakter utama dalam sebuah film (animasi ataupun realis). Harus punya kesabaran ekstra untuk tetap menunggu kesempatan dicasting datang, dan berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan kepada saya  Menunggu lama untuk peran-peran lewat atau bahkan kadang dianggap tidak mampu."

Sumber foto: Pribadi
Sumber foto: Pribadi


"Pulang malam bahkan kadang dini hari sampai pulang pagi.
Sukanya, selalu bersemangat dan bahagia dalam menjalankan pekerjaan. Apa lagi kalau tiap hari ada job, itu bahagianya luar biasa. Bertemu dengan nama-nama senior yang dulu hanya bisa saya baca di layar kaca, kini sudah hampir sebagian besar saya kenal, dan menjadi rekan kerja sesama duber. Bahkan ada beberapa yang menjadi teman dekat." tandasnya.

Menanggapi jika saat ini banyak konten video dibuat dengan menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence), Esty mengatakan jika hal itu bukan sesuatu yang harus dikuatirkan.

Termasuk banyaknya Dubber baru yang bermunculan secara dadakan tanpa pengalaman, Esty juga meyakini bahwa itu bukan sesuatu yang harus ditakutkan.

"Dengan kemajuan teknologi sekarang, saya sama sekali tidak ada kekhawatiran atau ketakutan sedikitpun akan kondisi sekarang. Karena profesi saya tetap membutuhkankan skill. Yang tidak dimiliki oleh para Dubber dadakan seperti itu. Dan satu lagi, saya percaya dan yakin sepenuhnya kepada Allah. Rezeki tiap orang sudah Allah atur sedemikian rupa." ujar Esty.

Di awal menapak karir sebagai Dubber, Esty mengaku jika honor pertama yang diperolehnya hanya cukup untuk makan dan transportasi dirinya berpergian saja.

"Tapi itu tetap saya syukuri. Karena itu adalah proses yang harus saya jalani." kenangnya.

Sumber foto: Pribadi
Sumber foto: Pribadi


Sementara menyoal karakter atau jenis suaranya, Esty yang pernah bekerja sebagai pramuniaga itu, menjelaskan jika dirinya bisa menjadi pengisi suara di berbagai karakter.

"Karekter suara saya lebih ke suara muda. Tapi bisa juga dipakai untuk suara ibu-ibu muda, remaja, bahkan anak-anak. Tapi kalau untuk tidak harus merubah suara, lebih ke suara ibu-ibu muda.
Saya lebih memilih bermain di film. Entah itu film animasi atau film realis."

"Saya cenderung menggunakan media promo dari rekan kerja, rekan pengarah dialog, dan rekan-rekan di PH tempat saya melakukan pekerjaan saya. Lebih ke lingkaran pertemanan." tandas Esty.

Terakhir, Esty mengaku beruntung jika dirinya bisa menjadi seorang Dubber. Namun satu hal yang diimpikannya, ia ingin sekali bisa terlibat dalam proyek film animasi anak bangsa yang kelak diputar di bioskop-bioskop global.

"Alhamdulillah sangat-sangat merasa beruntung dan bersyukur sekali. Atas jalan, petunjuk dan anugrah profesi duber yang Allah limpahkan kepada saya. Yang masih belum diraih, menjadi peran utama dalam projek besar film animasi lokal buatan anak negeri yang tayang di bioskop, syukur-syukur bisa tayang di bioskop luar negeri juga. Harapan saya, dunia sulih suara di Indonesia tetap ada dan bertahan, tidak tergerus oleh kemajuan zaman dan teknologi, projek kerjaan tetap ada dan lancar, animasi lokal terus bermunculan dan jadi tuan rumah di negeri sendiri." tutup Esty.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun