"Pulang malam bahkan kadang dini hari sampai pulang pagi.
Sukanya, selalu bersemangat dan bahagia dalam menjalankan pekerjaan. Apa lagi kalau tiap hari ada job, itu bahagianya luar biasa. Bertemu dengan nama-nama senior yang dulu hanya bisa saya baca di layar kaca, kini sudah hampir sebagian besar saya kenal, dan menjadi rekan kerja sesama duber. Bahkan ada beberapa yang menjadi teman dekat." tandasnya.
Menanggapi jika saat ini banyak konten video dibuat dengan menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence), Esty mengatakan jika hal itu bukan sesuatu yang harus dikuatirkan.
Termasuk banyaknya Dubber baru yang bermunculan secara dadakan tanpa pengalaman, Esty juga meyakini bahwa itu bukan sesuatu yang harus ditakutkan.
"Dengan kemajuan teknologi sekarang, saya sama sekali tidak ada kekhawatiran atau ketakutan sedikitpun akan kondisi sekarang. Karena profesi saya tetap membutuhkankan skill. Yang tidak dimiliki oleh para Dubber dadakan seperti itu. Dan satu lagi, saya percaya dan yakin sepenuhnya kepada Allah. Rezeki tiap orang sudah Allah atur sedemikian rupa." ujar Esty.
Di awal menapak karir sebagai Dubber, Esty mengaku jika honor pertama yang diperolehnya hanya cukup untuk makan dan transportasi dirinya berpergian saja.
"Tapi itu tetap saya syukuri. Karena itu adalah proses yang harus saya jalani." kenangnya.
Sementara menyoal karakter atau jenis suaranya, Esty yang pernah bekerja sebagai pramuniaga itu, menjelaskan jika dirinya bisa menjadi pengisi suara di berbagai karakter.
"Karekter suara saya lebih ke suara muda. Tapi bisa juga dipakai untuk suara ibu-ibu muda, remaja, bahkan anak-anak. Tapi kalau untuk tidak harus merubah suara, lebih ke suara ibu-ibu muda.
Saya lebih memilih bermain di film. Entah itu film animasi atau film realis."
"Saya cenderung menggunakan media promo dari rekan kerja, rekan pengarah dialog, dan rekan-rekan di PH tempat saya melakukan pekerjaan saya. Lebih ke lingkaran pertemanan." tandas Esty.