Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Satu-satunya dan Pertama di Ciledug, Gerai "Second Muamalah" Masih Sepi Peminat

26 September 2023   13:25 Diperbarui: 26 September 2023   13:27 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerai "Second Muamalah" di area Masjid Al Hikmah Peruri Ciledug/Foto: Pribadi

Tangerang Kota - Bila berkunjung ke kawasan Komplek Peruri di Sudimara Timur, Ciledug, Tangerang Kota, Banten, kita akan mendapatkan sebuah bangunan kecil yang berada di dalam area Masjid Al Hikmah. Bangunan kecil itu adalah gerai atau toko bernama "Second Muamalah".

Secara harfiah nama "Second Muamalah" terdiri dari dua kata, second dan muamalah. Second yang merupakan bahasa Inggris memiliki arti yang kedua atau dalam bahasa perdagangan disebut "barang bekas".

Sumber gambar: Pribadi 
Sumber gambar: Pribadi 


Sementara pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam ialah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama umat manusia untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan muamalah diantaranya adalah jual beli, sewa menyewa utang piutang, dan lain sebagainya.

Jadi merujuk arti dari "Second Muamalah" memiliki arti, jual beli barang bekas.

Sumber gambar: Pribadi 
Sumber gambar: Pribadi 


Gerai "Second Muamalah" yang ada di lingkungan Masjid Al Hikmah, diinisiasi oleh pemuda bernama Rama Yuswardhani. Pria yang tercatat sebagai Seksi Pemberdayaan Umat Yayasan Al Hikmah, Masjid Al Hikmah ini mengklaim bahwa "Second Muamalah" satu-satunya dan pertama di kawasan Ciledug.

"Betul sekali. Second Muamalah yang saya jalani saat ini adalah gerai atau toko berbasis pahala satu-satunya dan yang pertama di kawasan Ciledug. Walau sebenarnya saya mengadaptasi bentuk serupa dari masjid lain yang ada di kawasan Bintaro." ujar Rama Yuswardhani kepada saya dalam bincang-bincang santai belum lama ini.

Sumber gambar: Pribadi 
Sumber gambar: Pribadi 


Untuk memulai usahanya di "Second Muamalah", Rama menceritakan bagaimana beratnya memperjuangkan gerai atau toko barang-barang second itu ada dan berdiri hingga saat ini.

"Awalnya memang berat untuk membangun ini. Mulai dari lokasi sampai barang-barang, saya benar-benar memperjuangkannya. Bagaimana konsep ini saya ajukan ke pihak yayasan, tentu bukan perkara mudah. Belum lagi untuk mengumpulkan barang-barang bekas. Itu bukan pekerjaan gampang. Sebab seperti kita ketahui, orang masih banyak yang menjual barang-barang bekas ke tukang rongsokan daripada ke kami." urainya.

Kendati tidak sepeser pun uang dikeluarkan saat membuka "Second Muamalah", Rama tak menampik mengalami kesulitan dalam mengelola gerai berbasis pahala tersebut.

Sumber gambar: Pribadi 
Sumber gambar: Pribadi 


Dia mencontohkan bagaimana keuntungan di awal berdirinya "Second Muamalah". Pada awal operasional, Rama menjelaskan dapat meraup untung sebesar 100 persen. Namun hal itu berbanding terbalik saat ini. Keuntungannya tidak seperti pada awal.

"Kalau secara keuntungan yang jelas keuntungannya 100 persen. Omset bulan pertama kita opening itu Rp 3 juta. Program ini memang tidak mengeluarkan modal. Kita dapat anggaran dari Masjid seperti pembelian rak-rak baju, gantungan bajunya dan lain-lain. Nah kalau tadi bulan pertama itu ya Rp 3 juta, bulan selanjutnya udah pasti menurun terus." akunya.

Selain omset dan keuntungan yang menurun, Rama juga mengalami kendala, yakni terbatasnya orang yang bertugas menjaga "Second Muamalah".

Sumber gambar: Pribadi 
Sumber gambar: Pribadi 


"Memang kita ada kendala sebenarnya yaitu orang yang menjaganya gitu."

Termasuk untuk melakukan promosi di media sosial, Rama mengatakan jika dirinya juga sudah melakukan marketing lewat berbagai platform media sosial. Namun hal tersebut masih saja membuat "Second Muamalah" kurang diminati orang.

"Secara marketing kita sudah melakukannya lewat media sosial seperti Facebook atau Instagram." terang Rama.

Di samping memanfaatkan media sosial, Rama juga mengatakan sudah melakukan berbagai usaha dalam mempromosikan keberadaan "Second Muamalah". Salah satunya dia bersama remaja masjid menyebarkan brosur ke rumah-rumah warga.

"Kita juga sudah menyebarkan brosur ke rumah-rumah warga. Brosur tersebut untuk mengimbau warga agar barang-barang bekas mereka bisa kami terima untuk kemudian kami pasarkan di Second Muamalah ini." tandasnya.

Satu lagi yang menjadi kendala dalam memasarkan barang-barang bekas di "Second Muamalah", Rama mengatakan lokasi toko yang memang kurang strategis.

Sumber gambar: Pribadi 
Sumber gambar: Pribadi 


"Memang Second Muamalah ini lokasinya berada di dalam, jadi butuh ekstra untuk marketing." imbuhnya.

Rama berharap kedepannya "Second Muamalah" ini benar-benar dikelola secara serius dan profesional.

"Karena saya sudah merintis usaha ini, saya berharap agar jamaah mau memberi dan juga membeli barang-barang kami. Sebab keuntungannya juga untuk kemakmuran jamaah dan madjid Al Hikmah tentunya." tutup Rama.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun